Road trip — a way to draw closer the feeling of being far away from home. I enjoyed every moment when we take the road trip. Thus It's hard for me to fall asleep when we're on the road. And that is the time when my random thoughts circling around my head. 

Driving the ring road in Iceland by ourselves was our plan. But both of us cannot drive, so the only thing we can do to enjoy the road in Iceland is by taking bus tour. At first, we thought that we couldn't fully enjoy because of the "tour" thing. But, luckily we got an awesome driver and a tour guide that take us to some places that is not in the list and stop wherever there is a nice view (even it's just for 5 or 10 minutes). We also got the front - right seat, where Bre and I could see the road clearly without any obstacles. 

Some sceneries will take my eyes for long time. Then I'll take a deep breath, to make sure this isn't a dream.


Tidak ada yang menyapa kami pagi itu, kecuali supir bus yang membawa kami ke Fisherman Bastion yang ada di puncak bukit. Host kami pun masih tidur, karena jam 6 pagi kota ini belum bangun. Kami baru sampai Budapest sore kemarin, namun ia telah memikat hati kami. Maka esoknya kami bangun lebih pagi untuk menyapa Budapest yang memesona. Jó reggelt, Budapest! (Selamat pagi dalam bahasa Hungaria).


Pasar. Saya suka sekali pasar. Pasar itu berwarna. Di pasar banyak hal yang bisa kita lihat. Di pasar warga lokal berinteraksi satu sama lain. Di pasar saya menemukan banyak hal.


Kalau ditanya berapa persen perjalanan 50 hari keliling Eropa kami yang sesuai dengan rencana, saya akan jawab hanya 30%. Sisanya adalah kejutan. Begitu juga dengan Belgia, saya tidak memasukkan nya ke itinerary perjalanan kami. Jadi ceritanya sebelum berangkat, saya mencoba menghitung kembali anggaran selama di Eropa dan ternyata biaya hidup di Belanda lumayan tinggi. Maka saya mencoba memangkasnya dengan menyelipkan negara Belgia selama empat hari tiga malam. Tidak akan terpikir kota-kota cantik di Belgia seperti Ghent atau Antwerp akan masuk ke dalam itinerary, hanya Brussels, ibu kota Belgia yang terlintas di kepala saya waktu itu.


The best chocolate in the world. The best ... blablabla.

Saya kira kebanyakan guide atau beberapa tulisan mendeskripsikan sesuatu secara berlebihan sebagai the -est / the most -paling. Mungkin tujuannya biar kita "mau mencoba" atau "mau merasakan" sesuatu yang baru sehingga wajib kita masukan ke bucket list. Padahal bisa jadi hal-hal tersebut sebetulnya subjektif. Tapi pada akhirnya, memuaskan rasa penasaran, mencoba hal baru, dan menambah pengalaman merupakan hal yang lumrah bagi para pelancong. Dan memanjakan perut adalah wajib selain memanjakan mata saat mengunjungi suatu kota.