Sawarna, Pantai Pertamaku di Tahun 2012

6 Feb 2012

Tak ada yang lebih mendamaikan jiwa 
selain mendengar suara ombak dan menikmati desiran angin laut.  
Meski langit tak sebiru di bulan maret hingga laut tak memantulkan warnanya.

Disebelah tenda ada pohon tempat gue masang hammock

Setelah sehari sebelumnya bersusah payah mengurusi tetek-bengek tugas akhir, tanggal 30 januari fix gue daftar sidang. Sembari nunggu jadwal sidang keluar, gue bersama 3 travelmates yang sempat kemah bareng di Ranca Upas, ngewujudin rencana kita 2 bulan yang lalu, kemah di Tanjung Layar, pesisir Banten. Malam sebelum berangkat kami sempat briefing dulu buat bagi-bagi logistik. Persiapan gue yang seadanya, apalagi sebelum berangkat kartu atm gue hilang, dan duit di dompet cuma 50 ribu. Terpaksalah sms sana sini cari pinjeman uang. Hadeeh..

Pagi itu, setelah adzan subuh berkumandang kita bergegas menuju taksi yang telah dipesan malam sebelumnya. Hujan sedikit membasahi semangat kita di pagi yang masih gelap gulita. Sampai di terminal Leuwi Panjang, kita numpang bis Bandung-Sukabumi Non AC, yang ternyata butuh waktu 4 jam lebih untuk sampe terminal Degung. Baru mau turun dari bus kami terkaget, carrier yang kita bawa tau-tau di angkut orang-orang. Adegan kejar-kejaran yang memalukanpun terjadi. "Mau dibawa kemana tas kita?" sambil ketawa-ketawa ga jelas, dan beneran tanpa kita minta mereka itu sengaja ngangkutin tas kita minta imbalan. Ga dikasih duit marah, dikasih lima rebu kurang, euleuuh.. 



Setelah carrier masuk ke bagasi, kami sedikit bisa bernafas sejuk karna bus yang kita tumpangi ke Pelabuhan Ratu itu ber-AC. Baru mau bayar ongkos bis, ternyata kita dimintai lagi biaya bagasi, buset dah udah kayak pesawat ajah kalo kelebihan beban ada biaya tambahan..haha orang sukabumi matre2 apa yak..wkwk Sampe di pelabuhan ratu sekitar jam setengah 12 siang. Makan siang dengan lalap kol + sambel kecap bikin siang kita makin renyah, segala urusan tentang kuliah dan tugas akhir bener-bener lupa. Mungkin ini yang gue sebut "get lost", tersesat dari kesibukan dunia yang itu-itu aja. 




Waw nama gue eksis juga yah






Untuk menuju pantai Ciantir kami melewati desa Sawarna yang sawah nya telah meranggas karena sudah melewati musim panen. Pantai Ciantir ini adalah pantai yang paling ramai karena selain jadi lokasi surfing, pantai ini juga paling dekat dari penginapan-penginapan yang ada di desa Sawarna. Warung-warung yang ada di pantai Ciantir tutup. Ahh bener-benar seperti pantai milik pribadi. Sore itupun kita langsung menuju pantai Tanjung Layar yang letaknya tidak jauh. Mungkin butuh satu jam jalan kaki lewat pesisir *sambil foto-foto dan leha-leha. Setelah mendapat lokasi yang asik, kami bangun tenda persis di depan batu layar.

Senja yang ciamik di balik batu layar, lalu gelap yang kemudian diterangi bulan setengah dan bintang-bintang membuat malam itu begitu istimewa meski menu makan malam hanya nasi + ind*mie goreng seadanya. Ini ceritaku apa ceritamu? :p

Pantai Tanjung layar sangat sepi, meski ada warung, tak ada listrik disana. Merebahkan tubuh diatas hammock, mendengar suara ombak, sambil melihat ke langit. Bintang-bintang pun tak malu menampakkan diri. Ah~ pemandangan seperti ini mungkin akan lebih sempurna saat seseorang berkata, "Aku bahagia disini bersama kamu.." Braaag! ampir aja jatuh setelah ngelamun senyam-senyum mesam-mesum.. Malam itu gue tidur pake sleeping bag di hammock, karena tidur di tenda rasanya panas sampe keringetan. 

Hari kedua kami bangun lebih pagi untuk mengejar sunrise di Lagon Pari. Awan mendung masih terlalu angkuh pagi itu. Kami tak kecewa, matras dan ponco digelar, mari kita buat pancake! Dan pas sekali dengan secangkir teh tubruk panas. Kebersamaan kami pagi itu pun disambut dengan terik matahari. Kami lanjutkan perjalanan dengan mengitari bukit dibelakang kami. Awalnya hanya iseng saja, yang kemudian berbuntut kesasar. Untunglah kami bertemu dengan ibu Eti yang tanpa kami minta ia sedia mengantar kami sampai di penghujung bukit. Kesasar itu pun membuahkan sebuah pemandangan indah pantai Ciantir.




Siang itu kami habiskan dengan minum kelapa muda. Sorenya kami menikmati senja di pantai Ciantir. Sembari mencari informasi apakah esok kami bisa trekking di bukit sebelah barat. Sore itu pantai Ciantir mulai dikunjungi wisatawan. Tapi sedikit sekali yang singgah ke Tanjung Layar. Padahal jaraknya tidak begitu jauh. 

Seorang bapak yang sedang memancing di pantai Ciantir

Tak disangka-sangka, pagi terakhir di sana kami dapet golden sunrise. Perubahan warna langit mulai dari ungu kemudian merah, lalu jingga hingga kemudian kuning. Membuat gue betah duduk lama-lama sembari mengobrol dengan dance, sayang batere kamera gue abis. Mungkin itu siasat alam biar gue bisa menikmatinya lebih khusyuk hehe.. 

Setelah sarapan dan packing kami menyusuri pantai hingga ke ujung pantai sebelah barat. Kami mencoba mencapai bukit yang kata penjual warung sekitar bisa kita lewati. Niatnya sih susur pantai sampai Bayah. Tapi sepertinya ga mungkin. Sehabis melewati hilir sungai yang berlumpur aja kita udah ngos-ngosan. Belum lagi nyebrang muara sungai yang dalemnya sampe bikin underwear kita basah. Aaah menyesal cuma bawa satu biji, dan itu terakhir dipake T__T basah deh sampe Jakarta..

Kami menuju jalan setapak dan tak sengaja bertemu ojek dadakan. Kami hanya berniat menyewa ojek untuk menuju terminal Bayah. Tapi baru satu tanjakan kami lewati, kami disuguhi pemandangan yang dari kemarin kami incar. Desa Sawarna, Pantai Ciantir dan Tanjung Layar. Ini lah pemandangan yang terpampang di baliho pintu masuk desa Sawarna. Bukit yang kami lewati ini katanya bernama Gunung Kembang, sejuk karena dikiri kanan jalan terdapat banyak pohon besar. Kami juga melewati pantai pulo Manuk (*disini kami sempat numpang foto) dan pantai Karang Taraje. Setengah jam naek ojek ini kami disuguhi pesisir pantai Banten. Ada yang pasirnya nampak berwarna pink dari kejauhan. Next time kita harus susur pantai ini!

Ini video hasil gabungan asal rekam, yang bikin batere gue cuma bertahan dua hari.

2 komentar

  1. Balasan
    1. sayang langit tak secerah biru, hehe makasih nu
      ayoklah kapan kita traveling bareng

      Hapus