Berburu Si Ganteng Naga Terakhir

12 Apr 2013

Maaf ya ganteng, gak fokus. Motret kamu bikin deg-deg an.
Setelah tiga hari terombang-ambing di laut, lalu pagi, siang dan sore nyemplung, saatnya berwisata safari. Horee..! Kalau anak-anak akan riang diajak bermain ke kebun binatang Ragunan, maka kami para young traveler memilih kebun binatang yang lebih eksotis dari kebun binatang di mana pun. Karena kami akan berjumpa dan bercengkerama dengan naga terakhir di bumi, Komodo. 


Pulau Komodo dan Pulau Rinca adalah salah satu destinasi utama di Flores Barat. Setelah menikmati matahari terbit di hari ke empat sailing trip (18/11/2012), kami sarapan pagi bersama di atas kapal dengan menu pancake sederhana dengan selai nanas dan stroberi. Setelahnya, pelayaran dilanjutkan ke Pulau Komodo. Kami pun sempat melihat dari kejauhan desa di Pulau Komodo yang terletak di tepi pantai. 


Desa di Pulau Komodo yang bermayoritas Islam.
Dermaga di P. Komodo yang baru setengah jadi
Pulau Komodo, dikenal juga sebagai Loh Liang atau tempat pusat wisata dimana para wisatawan dapat melihat langsung satwa reptil terbesar di Pulau Komodo. Beberapa saat lalu di tahun 2011-2012 sempat terjadi gempar tentang new seven wonders untuk satwa ini yang saya sendiri tidak terlalu ambil pusing. Mungkin setelah kejadian itu, ada baiknya karena beberapa tahun terakhir, pulau ini mengalami perkembangan yang maju. Ya tentu harus bagus dong! Karena wisatawan dari seluruh dunia akan datang kemari melihat satwa naga terakhir di bumi yang satu-satunya hanya ada di negara kita ini. Tetapi dibalik itu ada "gerutu" dari beberapa teman saya tentang biaya masuk untuk Kamera DSLR dan pocket kamera sebesar lima puluh ribu rupiah. Hahaha.. 

50 ribu buat foto di sini! Cincay, berpikir positif aja lah buat kemajuan taman nasional ini :)
Kalau nggak mau bayar yaudah motret pake kamera ponsel saja.


Medium Trek, salah satu jalur trekking yang kita pilih. Kami ditemani Alvin, sang Ranger yang bahasa Inggrisnya jago uy! Beberapa kali kami melihat si Ganteng ini berkeliaran. Namun, semakin kamu mendaki justru tak satupun si Ganteng ini menampakkan wajahnya. Pendakian kami pun terhenti sebentar di Sulfurea Hills. Lanskap laut flores terlihat dari atas sana.

Yeah Tom, we didn't take a bath for 4 days yet!
Setelah turun dari Sulfurea Hills, kamu justru menjumpai banyak Komodo yang sedang berleyeh-leyeh di bawah rumah panggung yang kata Alvin adalah dapur. Kami pun berkumpul mengelilinginya, sambil menahan bau menyengat yang katanya bau kotoran Komodo. Saya pun sempat mendekati si Ganteng untuk merekam kedip matanya. Baru dua langkah maju, si Ganteng ini tiba-tiba menoleh ke saya dan... Hup! semuanya kaget lalu saya mundur dengan sigap. Fyuuh. my life shorten by 10 years..

Ngadem ya bang?
Terdapat sebuah cafe kecil di pulau ini yang dirancang untuk para wisatawan yang setelah lelah trekking dapat menikmati minuman dingin yang dijual. Sebenarnya jalur trekking medium tidak begitu panjang. Namun, panasnya matahari dan jarang sekali adanya pohon berwarna hijau membuat saya gerah dan ingin sekali meneguk teh botol dingin. Selain itu, ada beberapa penginapan yang berbentuk rumah panggung (tentu dibuat begitu biar si komodo nya ga sembarangan bisa masuk) yang bisa kita sewa jika ingin mengadakan penelitian di taman nasional ini. Sebelum meninggalkan pulau ini, jalur keluar menuju dermaga pun dirancang sehingga ada pasar kecil yang menjual souvenir si Ganteng.

Dari pulau Komodo, kami langsung ciao ke Pulau Rinca atau Loh Buaya. Tidak terlalu jauh dari Loh Liang. Kata Bang Adi, guide kami, Komodo di Loh Buaya jumlahnya lebih banyak di banding yang ada di Loh Liang. Hoho, apakah lebih ganteng? Kayaknya sama aja sih. Sama-sama menakutkan, takut di caplok tiba-tiba. 

Siap-siap buat trekking lagi. (12 pm. Panasnya gilaa!)
Saya, di sebelah kiri.
Kami memilih jalur medium lagi, karena tak mau berlama-lama dan ingin segera nyebur lagi ke Pantai Merah (-lagi, karena kemarin tak puas berenang di sana). Entah faktor beruntung atau tidak, justru di Loh Buaya kami tidak menjumpai banyak komodo. Dari ranger (saya lupa namanya), kami mendapat cerita neneknya beberapa bulan lalu pernah digigit komodo. Cerita lengkapnya saya lupa lagi, sudah hampir 6 bulan lalu sih, nyesel kan ngga langsung ditulis. Intinya sih dari perjalanan wisata safari demi ketemu si Ganteng ini membuat saya jadi benar-benar keling (hitam legam) dan bangga kalau udah ketemu Komodo. Hmm.. Kapan lagi? Keburu punah kan?

I couldn't be closer anymore!

7 komentar

  1. wao..keren mb..jelajahnya semakin jauh aja..

    BalasHapus
  2. Ini masih seri dengan tulisan sebelumnya atau kamu jalan kesini lagi? Eh.. tahun ini mulai Juli sampe September ada sail komodo 2013... ayo balik komodo lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih seri om, ni jg masih lanjut lagi buat petualanganku sehari di labuan bajo :D
      iya lagi cari cara ikutannya biar bisa gratis. heheh, next time kalo jadi kesana lagi kopdar ya om (ada yang masih ngutang kopi flores nih :p)

      Hapus
    2. Hahhahaha itu utang susah keknya, moga-moga deh... Juli-September entah ada penugasan kesana atau gak, masalahnya semua lokasi bisa full.. kadang bule pada nginep di perahu juga kalau dah kepepet

      Hapus
  3. hahaha baca tentang uang kamera pengen ketawa.
    seoalah olah malah mempersulit publikasi tentang keindahan pulau ini, ya 50ribu mungkin kecil bagi sebagian besar orang namun bagi sebagian kecil orang lumayan juga.
    sepertinya lebih baik jika bukan alasan kameranya di tarif mahal, bisa dengan tiket masuk kawasan yang sedikit di mahalkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kenapa gak tiket masuknya aja ya yang dimahalin? Sama seperti pesona pantai-pantai eksotis Indonesia yang masih sangat murah (bayangin masuk pantai cuma 3 rebu) atau malah gratis buat ngejamahnya, yang lama kelamaan justru bikin jadi kotor dan gak eksotis lagi.

      Hapus
    2. hehehehe ya kan :D
      klo ada tarif masuk si g papa bener kalo buat menambah pendapatan daerah tersebut.
      tapi g enak bgt klo di sebut uang kamera :(
      ngomong2 soal kotor dan ga eksotis bener juga.lama lama ancur juga surga2 di indonesia ini.

      Hapus