Italy

Tulisan ini ditulis oleh Bre, suami dan teman perjalanan saya ke Eropa selama 50 hari. 

— 


Juventus, siapa yang tidak tahu klub bola paling legendaris di Italia ini. Saya sendiri sudah jadi Juventini, penggemar klub Juventus, sejak mengenal sepak bola kira-kira kelas 2 SD. Alasan saya menyukai klub ini, mungkin karena pada saat itu Liga Italia sedang ramai-ramainya ditayangkan di televisi dan Juve adalah klub yang paling banyak menjuarai liga ini. Jika saat itu Liga Inggris yang ditayangkan, mungkin saya jadi Cityzens, penggemar klub Manchester City.

Bonsoir, Paris!
Sehabis kepanasan dan kesasar di Venice rasanya pengen langsung buru-buru terbang ke Iceland, nyari yang sejuk-sejuk biar adem. Tapi... tiket pesawat ke Iceland kalau dari Itali harus transit dulu di Barcelona, jauh, dan secara harganya jauh lebih mahal dibanding kalau kami berangkat dari Paris. Itu lah kenapa yang tadinya Paris ngga ada dalam itinerary, jadi masuk ke jurnal perjalanan kita —baru beli tiket ke Iceland pas di Innsbruck. Transit ke Paris sekalian melihat menara Eiffel biar ngga kebawa mimpi terus, kayak 5 tahun yang lalu.


Nyasar di kota ini adalah hal yang wajar. Bahkan pakai GPS pun menurut saya ngga akan ngebantu. Mau nanya orang juga susah karena petunjuk jalannya ngga akan membuat kita mengerti. Muter-muter di kota ini selama tiga hari udah cukup membuat ketek kita basah dan kaki bengkak-bengkak. Memang, nyasar adalah salah satu seni dalam traveling, tapi yang satu ini sepertinya ngga bikin kita mau balik lagi ke kota yang katanya bentar lagi akan tenggelam ini, karena faktor tempatnya yang terlalu crowded. Tapi secara keseluruhan, Venice the romatic city of water, kota ini cukup asik buat dijelajahi terutama bagi para pecinta kota dan bangunan tua. 
Older Posts