Jakarta
"Sudah sering, nikmatin aja."
Begitu kamu bilang, waktu saya mengajakmu untuk foto bareng dengan latar pantai Dolphin. Mendirikan tenda serambi menikmati senja. Mengajarimu berenang bebas tanpa rasa takut. Bercerita di atas kapal mengalahkan suara mesin.
Di malam yang terang dengan bayang-bayang pepohonan oleh cahaya bulan, kamu bilang, "Aku mulai suka sama laut." Sambil nyengir, karena selama ini yang saya tahu kamu hanya suka naik gunung, ke pantai tuh panas dan gerah. Hahaha, you've been trapped!
![]() |
![]() |
Pulau Kayu Angin Bira, Kepulauan Seribu bagian utara |
Kebanyakan dari para penyelam yang ingin memperoleh sertifikasi diving, lokasi penyelaman yang paling populer yang tidak jauh dari Jakarta adalah Pulau Pramuka, Kepulaun Seribu. Tidak hanya wisatawan lokal saja, banyak wisatawan asing juga mengetes kemampuan scuba diving nya di sana. Keindahan bawah laut di Pulau Pramuka terkenal karena adanya spot Monas di dalam air dan wreck atau kapal karam. Tempat penyewaan alat diving yang lengkap juga mendukung wisatawan lebih memilih Pulau Pramuka. Tetapi jika Anda ingin benar-benar merasakan kehidupan bawah laut yang sebenarnya, Anda bisa diving ke spot diving di sekitaran Pulau Kayu Angin Bira. Memang jaraknya agak jauh, memakan waktu sekitar satu setengah jam dari Pulau Pramuka menggunakan kapal motor.
Tidak hanya bagi orang yang hobi diving, Anda juga bisa snorkeling di sekitaran Pulau Kayu Angin Bira. Dalam jarak 5-15 meter dari tepi pantai, anda bisa menyaksikan kehidupan bawah laut yang sangat kaya. Penyu, ubur-ubur raksasa, lion fish, sea ell dan clown fish masih bisa ditemukan di sana.
![]() |
Sea turtle |
Pulau Kayu Angin Bira memang baru-baru ini mulai terdengar namanya. Biasanya pulau ini hanya jadi salah satu spot dari hopping island untuk foto-foto. Tak banyak yang tahu bahwa keindahan bawah lautnya tak kalah dengan keindahan bawah laut Kepulauan Karimun Jawa. Anda akan puas berenang, snorkeling dan diving tanpa harus menyewa kapal kecil untuk menuju spot yang banyak sekali ikan dan terumbunya. Pasirnya yang halus dan putih membuat kita betah berlama-lama di pulau ini. Apalagi pemandangan matahari terbit dan tenggelam bisa dinikmati dari pulau ini.
![]() |
Menikmati matahari tenggelam |
Pulau Kayu Angin bira terletak tidak jauh dari Pulau Harapan, pulau yang padat penduduknya. Hanya butuh waktu kurang dari setengah jam dengan kapal kecil, Anda bisa mencapai Pulau Kayu Angin Bira dari Pulau Harapan. Oleh karena itu, Anda bisa menyewa homestay atau penginapan di Pulau Harapan. Untuk menuju Pulau Harapan Anda bisa menggunakan kapal kerapu dari pelabuhan Kayu Adem. Waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan menggunakan kapal motor dari pelabuhan Muara Angke, kurang dari dua jam Anda sudah bisa mencapai Pulau Harapan.
Jadi, jika Anda hanya punya waktu sempit seperti libur akhir pekan, tetapi Anda tetap ingin liburan wisata bahari, Pulau Kayu Angin Bira adalah pilihannya. Saya sudah dua kali kesana saat libur akhir pekan. Melepas penat setelah lima hari bekerja, lalu semacam short escape selama dua hari dari kesibukan di kota menikmati keindahan bawah laut yang tidak jauh dari Jakarta.
Keterangan:
Seluruh foto selain foto underwater adalah karya penulis.
Foto bawah laut oleh Agus Hong (agus_hong@hotmail.com)
Kalau ingin menjumpai pantai "tergerah" di Bali kita bisa ke pantai Kuta. Nah, kalau di Jakarta kita bisa ke pantai Ancol. Pantai yang mungkin perbandingan jumlah orang dan luas tanahnya hampir satu banding satu. Hehe. Dan urutan kedua setelah Ancol, menurut saya adalah P. Untung Jawa yang bisa ditempuh kurang dari satu jam dari Tanjung Pasir, Tangerang.
![]() |
Ternyata ada tiket masuknya, dan kami pun lolos ngga bayar karena saking ramenya ngga ada yang merhatiin :p |
Ketika sampai di sana [15/7], kami benar-benar dipadati orang. Rasanya mau leyeh-leyeh dipantai pun tidak bisa, keburu diinjek orang saking ramainya. Tapi kenapa ya saya ingin ke pulau itu? toh saya tidak bisa bersantai dan berjemur di sana. Dan jawabannya apalagi kalau bukan karena penasaran. Di sana saya menemukan otak-otak favorit di jaman SMA dulu kala, dan banyak lagi tukang jualan yang sering ditemukan di sekitaran rumah kita seperti tukang bakso, somay, warkop, sampai tukang jualan mainan anak-anak.
![]() |
Elang laut yang melintas di atas kepala saya |
Informasi tentang adanya Pulau Rambut tak sengaja saya peroleh ketika sedang asyik scrolling TL twitter. Dan tak sengaja pula, keesokan harinya saya diajak untuk mampir ke pulau yang terkenal dengan surganya para burung itu. Pulau Rambut masih masuk dalam kelurahan Kep Untung Jawa yang masih masuk dalam provinsi DKI Jakarta. Sebenarnya tak mudah untuk bisa masuk ke Pulau Rambut, karena pulau yang luasnya 20ha itu adalah konservasi atau cagar alam bagi burung-burung yang tinggal didalamnya. Hanya para akademisi yang memiliki surat ijinlah yang dapat memasuki pulau itu untuk melakukan penelitian. Dan bagaimana cara kita masuk? ini saja sih prinsip yang kami terapkan dimanapun kami berada. Selama tidak mengambil apapun selain gambar, tak meninggalkan apapun selain jejak kaki dan tak membunuh apapun selain waktu, tentu kami bisa masuk ke sana. Karena tidak semua orang bisa menerapkannya kan. Hehee..

Langit masih gelap, jalanan sepi. Jam menunjukkan pukul 4 dini hari. Saya melajukan kendaraan roda dua dengan membonceng ayah saya menuju stasiun Lenteng Agung, stasiun terdekat dari rumah saya. Demi bisa naek kereta paling pagi jam 4.50. Setelah 40 menit tertidur di commuter line, saya sampai di stasiun Kota. Dance, Ryan, dan Alan yang sudah sampai sejam sebelumnya dari Bandung menyambut saya dengan senyum lebar. Sambil menggendong ransel "Ya, hari ini kita akan berpetualang!"
Tanpa basa-basi kami langsung mencari taksi untuk menuju pelabuhan Muara Angke. Sebenarnya masih ada satu orang lagi yang kami tunggu dan membuat kami panik. Tapi daripada kami semua harus ketinggalan kapal yang pasti berangkat jam 7 pagi, mending satu orang saja yang ketinggalan. Hehehe.. Ferga, seorang teman dari Bekasi yang tiba-tiba mengirim sms ke saya di H-1, yang merasa jenuh dengan aktifitas kesehariannya, memaksa ikut.
Tujuan awal kami menuju Pulau Pari berbelok ke Pulau Harapan. Dari rencana camping satu malam pun jadi tiga hari dua malam. Juga tambahan satu personil pun dadakan. Sepertinya gaya dadakan sudah jadi style traveling kami. Di dalam kapal yang menuju Pulau Kelapa, saya dan Ferga telpon-telponan. Yasudahlah, akhirnya saya menyuruhnya naek taksi dari Bekasi. Tak ada setengah jam ternyata ia sampai juga di Muara Angke meski harus merogoh kocek seratus ribu. Kami komplit, perjalanan kami pun semakin seru karena kami berbarengan dengan rombongan koper yang dikepalai oleh Mira, si biang yang membuat saya pindah haluan ke Pulau Harapan.
![]() |
Bengong ... | Pulau Kayu Angin Bintang |
![]() |
Bersama genk koper waktu snorkeling bareng |
Hari pertama di pulau seribu bagian utara kami habiskan dengan snorkeling ke Pulau Genteng, melihat alam bawah laut, terumbu karang dan ikan warna-warni. Bermain pasir dan berfoto-foto ria ke Pulau Kayu Angin Bintang. Pasir putihnya menggoda mata. Kemudian snorkeling lagi ke pulau apa entah namanya saya lupa. Kalau udah nyebur jadi lupa segalanya. Hehehe.. Saat hampir senja, kami berlima ditinggalkan di Pulau Perak dan berpisah dengan rombongan koper.
![]() |
Dermaga pulau Perak |
Senja hari pertama di pulau yang hanya berpenghuni satu keluarga ini membuat hari semakin sempurna. Dengan nyala api unggun kami berlima mulai merasakan kesunyian di pulau yang tanpa sumber listrik ini. Tapi kesunyian itu pecah karena pesta kecil yang kami buat untuk merayakan ulang tahun Dance. Apalagi di tengah malam, kami merasakan badai pasir karena angin kencang serta hujan sehingga kami harus berteduh sampai pagi esoknya di gubuk kecil milik pak Minang. Kalau ingat bagaimana paniknya kami malam itu, kami pasti tertawa terbahak-bahak. Norak deh!
Pagi kedua kami bangun kesiangan karena tidur di dalam gubuk begitu hangat sehingga kami malas sekali untuk bangun. Setelah sarapan seadanya, kami menyusuri Pulau Perak. Bertemu dengan banyak pari kecil yang bertotol-totol biru. Karena pari itu bahaya, maka kami menyusuri lewat bibir pantai yang berpasir...terlalu bahaya untuk sambil main air. Langit semakin biru, sehingga refleksinya membuat warna air laut juga biru.
![]() |
Masih di pulau Perak |
Pantai Pulau Bira | photo by Ryan
|
Siang harinya pak Minang mengajak kami ke pulau Bira untuk menjemput satu rombongan lain yang juga akan menginap di pulau Perak malamnya. Segerombolan empat anak muda yang tidak jauh beda dengan kami, hanya saja mereka memilih untuk nge-camp di pulau bagian timur, berbeda dengan kami yang bangun tenda menghadap sunset. Makan malam kami dengan indomie rebus. Lalu bakar tedong, sejenis kerang laut yang dagingnya kenyal dan rasanya seperti kepiting. Main kartu di dermaga sampai larut malam, sambil menghitung bintang jatuh, dan menertawakan malam minggu. Berbicara tentang mimpi, tentang mimpi saya yang malam itu terikrar, saya harus punya kapal pesiar!
![]() |
![]() |
Kehangatan kami bersama senja dan api unggun |
![]() |
Hi Sun! Good Morning.. |
Kami kembali ke Pulau Harapan di siang hari, kemudian menikmati makan siang yang nikmat di warteg sambil ditemani hujan deras. Jam menunjukkan pukul satu siang, kami dipanggil ke Kapal Dolphin untuk kembali ke Jakarta. Saya percaya suatu saat pasti saya akan kesini lagi, untuk memenuhi janji saya pada bang Ilham, pada orang-orang pulau, pada pulau-pulau yang masih milik orang pulau, dan pada pulau-pulau yang saya sayangkan ternyata sudah menjadi milik orang asing.