Lima Hari Untuk Selamanya (Part 3)

May 9, 2015

Selama lima hari perjalanan (27 November - 1 Desember), penginapan di Phuket Town ini lah yang setidaknya paling asik dan kesannya honeymoon banget. Hahaha.. Seumur-umur nginep di hotel ngga pernah keren, karena selalu nyesuaikan budget. Namanya Casa Blanca Boutique Hotel, lokasinya strategis banget terletak pas di perempatan depan gedung tua (aduh lupa namanya). Jadi pas hari kedua kita muter-muter Phuket Town, sekalian lah kita reservasi. Baru inget, ternyata hotel ini sebenernya rekomendasi nya Mink, pemilik Cozy Coco Apartment. Nah pas kita lagi jalan-jalan mau ke taman tengah kota, kita ngelewatin hotel ini.

Brew masuk duluan buat reservasi besok

Setelah pulang dari trip ke Kepulauan Similan, kita ngga punya banyak waktu buat main-main lagi karena kecapean abis berenang seharian. Jadi setelah balik dari pasar malam Talad Kaset, kita hanya duduk-duduk bentar sambil ngobrol di tengah taman kota (menyerupai alun-alun). Menertawai kekonyolan trip kita, setelah kamera kecebur dan jam tangan saya hilang di pantai Patong. Juga, acara wisudaan Brew yang "sengaja" dilupain dan baru keinget pas kita udah di antah berantah. Malam pun berlalu cepat, paginya kita dijemput ke pelabuhan, melanjutkan perjalanan ke Krabi. Untuk pelayaran ke Krabi, saya memesan agent kapal ferry yang supaya kita bisa singgah ke pulau Phi Phi. Ciee, akhirnya ke pulau Phi Phi. Hahaha.. Norak makes our journey's awesome, doesnt it?

Kapal ferry milik Andaman Wave Master ini punya dua jadwal. Nah kita ngambil rute Phuket - Phi Phi - Krabi. Berangkat jam 8 pagi, sampai di Koh Phi Phi jam 11 siang. Kemudian berganti kapal, lanjut ke Krabi berangkat setengah 4 sore. Lalu sampai Krabi sekitar mendekati sunset.

View asik dari kapal

Silaaaau men!

Saat menjelang sampai ke Koh Phi Phi, dari kapal kami disuguhi pulau-pulau berbentuk karang. Di beberapa spot juga terlihat adanya kapal-kapal kecil yang membawa turis berkeliling. Ah sayang sekali, selama di Koh Phi Phi kami ngga ikutan tour Maya Bay. Karena kita cuma punya waktu 4 jam transit selama di sana. Ada kejadian lucu, kapal kami yang transit di pelabuhan Tonsai, Koh Phi Phi ternyata ngga lama parkirnya. Mereka hanya menurunkan penumpang saja. Kami hampir aja kebawa ke pulau lain karena kapalnya langsung menuju ke Koh Lanta. Kejadiannya karena pas nurunin penumpag di Koh Phi Phi saya lagi di kamar mandi. Dan ternyata pas saya keluar, kapalnya udah 10 meteran jalan ninggalin pelabuhan. Jadilah kami teriak-teriak ke awak kapal. Para crew pun langsung ngasi aba-aba buat balikin arah kapal ke pelabuhan Tonsai. Huft! Kami loncat dan langsung dadah-dadah ke kapal.

Dadah-dadah ke kapal. Hampir aja kebawa!

Berhubung kami berdua ngga mau repot bawa-bawa carrier, kami menitipkan tas di kantor administrasi pelabuhan. Cukup bayar 20 Baht aja satu tas. Karena tujuan utama kita ke Phi Phi ya karena mau nanjak sampai ke View Point. Peta udah kita foto, selanjutnya kami jalan menelusuri gang-gang hingga akhirnya kami nyasar!

Jalanan area turis di Koh Phi Phi
Kayaknya asik yah bermalam di sini


Kenapa kami nyasar? 
Karena banyak sekali belokan yang bikin bingung. Sementara plang "View Point" dan jalur yang ada di peta agak sedikit berbeda. Dan doi kekeuh nyari jalan pintas nyesuain sama yang ada di peta. Jadilah kami siang bolong sampai ke perkampungan warga, yang jalannya udah bukan jalan turis lagi. Kanan-kiri banyak kebon dan rumah warga yang sebagian besar memelihara ternak. Pokoknya kami sampai sendirian, udah ngga ada lagi orang yang lewat. Jalanan yang dilalui lumayan lebar, yang sepertinya memang dilalui kendaraan roda empat. Matahari pun semakin terik dan kami semakin lelah. Hingga akhirnya ada mobil pick up yang sedang membawa banyak kardus yang lewat dan saya berhentikan. "Hitching ah sekali-kali biar kayak Ejie." Senyum saya pada nya. Pak supir pun mau mengantar kami sampai ke View Point. Karena bagian belakang sudah agak penuh kami pun berdiri. Ceritanya ... saya simpan ya buat anak cucu kami. Hehehe ..

Kami pun diturunkan pas di depan plang bertuliskan "View Point". Tulisan ini ditulis seadanya dan ditancap tepat di pohon. Pepohoan yang ternyata merupakan jalan masuk ke hutan. Ternyata dari hutan itu, kami masih harus sedikit nanjak lagi. Huaaah, sambil ngelap keringet. Jalan cuma berdua. Disitu saya agak sedikit parno. Sambil jalan kami ngobrol, sampai ketemu bule juga yang baru turun. "Oh ada juga ternyata yang lewat sini." Tapi jarang banget, itu pun mereka semua arah turun. Oya selama melewati hutan, saya ngga berani foto-foto. Setelah satu jam jalan menanjak, akhirnya kami sampai di pos View Point. Bayar tiket lalu kami menaiki tangga lagi.

PeePee or Phi Phi?

Semuanya terbayar saat kami sampai ke puncak! Duileh puncak, cuma nanjak sejam doang. Hehehe.. Dan memang terbayar kok. Sampai di atas, pemandangan yang disajikan bikin mata ngga bisa merem. Sayangnya matahari udah di atas kepala. Langit jadi agak over. Tapi tak apa lah, di akhir November ini kami udah beruntung banget dapat langit yang cerah.

Tadi kita jalan dari ujung sana!
Sambil nunjuk ke pelabuhan Tonsai yang sebesar titik

Sambil minum jus jeruk dan air kelapa muda, kami nikmati siang yang sebentar ini di warung yang memang cuma ada satu di puncak. Tidak banyak turis di sini. Bisa dibilang sepi. Paling ada pun mereka ngga lama-lama, cuma mampir foto terus beli air minum lalu turun lagi. Macam joging aja. Di sini kami duduk-duduk lumayan lama, sampai akhirnya kami kelaparan karena jam makan siang udah lewat. Kami pun mencoba turun melalui jalan yang saya lihat beberapa kali dilewati turis. Ternyata ini jalur yang benar! Disitulah kami menyadari, kalau kami nyasar pas naik tadi. Jalur turis ini lebih rapi dan berbentuk anak-anak tangga. Kanan-kiri juga banyak toko, hostel dan penginapan.

Di jalan kami mampir ke toko pakaian. Seorang bule asal Jerman yang ternyata sudah tinggal 6 tahun di Krabi menyapa kami. Ia bertanya, kenapa ya banyak turis asia yang suka ngabisin duitnya buat beli oleh-oleh, kamu juga? Saya pun menjawab sambil tersenyum, saya beli buat saya sendiri kok. Ngga ada budget buat ngasih orang-orang. Hahaha.. Tawa pun pecah. Saya dapat satu sarung bermotif gajah. Lalu kami jalan bareng dan diantar kan ke pantai Loh Dalum. Kapan-kapan kalau ke Koh Phi Phi lagi, katanya kami dipersilakan menginap di penginapannya. Lalu kami menikmati makan siang di jejeran warung makan di pantai Loh Dalum. 

Setelah makan, kami pun langsung terburu menuju pelabuhan. Di sana ternyata sudah ramai. Sempat terlibat percakapan lama dengan crew kapal karena kami belum sempat check in di stand Ao Nang Princess yang terletak di area pertokoan. Karena waktu keberangkatan yang mepet akhirnya kami diperbolehkan masuk. Sebelum kapal berangkat, saya coba browsing di Agoda hostel murah di Krabi. Karena udah capek nanjak tadi, kami pun tidur di kapal. Hanya dapat satu view ini aja lalu lanjut tidur lagi.

Ayo itu apaan?


Kami sampai di pelabuhan Ao Nang tepat sebelum matahari tenggelam. Lalu kami memperoleh service tumpangan dari Ao Nang Princess untuk ke penginapan masing-masing. Awalnya kami sudah reserve untuk drop di Mini House Ao Nang (rekomendasi Mink). Namun di perjalanan kami melewati Lanna Beach Guest House, penginapan yang belum sempat saya book pas di Koh Phi Phi. Kami pun minta berhenti saat itu juga. Lalu menuju penginapan itu yang tentunya kami pilih karena jauh lebih murah dari penginapan yang direkomendasikan Mink. Memang lebih murah sih, untuk double bed kami hanya kena charge 700 B/room. Tapi ternyata kamarnya ada di lantai paling atas yaitu lantai 4, tanpa pakai lift!


Tuk-tuk yang pertama kami naikin ada di Krabi
Trotoar lebar sepanjang jalan menuju pantai Ao Nang

Habis naro tas di kamar dan sholat, kami bergegas menuju pantai mengejar sunset. Nggak terlalu jauh dari penginapan sih. Karena sudah kelihatan di ujung jalan langit mulai berwarna jingga. Kami habiskan sore terakhir di pantai Ao Nang. Menikmati senja dan matahari yang kembali keperaduannya. 

Takkan pernah bosan. Dengan kamu.

Setelah matahari tenggelam, kami berjalan kaki menyusuri jalan yang sejajar dengan garis pantai.Trotoar yang lebar, memudahkan para turis menikmati sepanjang jalan yang di kanan-kiri nya dipenuhi pertokoan souvenir. Beberapa kali kami disapa dan diberikan brosur cabaret show oleh para ladyboy yang amat heboh dengan dandanan kabaretnya. Malam pun semakin larut, perut meraung waktunya makan malam. Sambil jalan balik ke penginapan, kami mampir ke Lemon Seafood Restaurant yang tidak jauh dari penginapan. Karena harga seafood di sini bisa dibilang lebih murah dibandingkan di Jakarta, di sini kami memuaskan diri sampai nambah-nambah. Kenyang. 

Pagi hari esok nya kami lebih santai, karena penerbangan kembali ke Jakarta agak siang. Kami memesan seat bus mini untuk ke bandara, melalui agen travel yang terletak persis di sebelah penginapan. Lalu kami dijemput, ehm agak molor dari jadwal sih tapi karena kami pesan 2 jam sebelum keberangkatan jadi kami masih punya waktu longgar. Bandara Krabi ini termasuk bandara kecil, dari terminal 1 ke terminal 2 jaraknya tidak terlalu jauh, cukup berjalan kaki saja. Kami menunggu di bawah sambil makan pop mie nya Thailand (suka banget yang rasa bebek). Saya pun tersadar, ternyata nama Krabi diambil dari kepiting. Terlihat dari baliho besar bertuliskan "Welcome to Krabi" dengan gambar kepiting yang besar. Mungkin maksudnya Krabi dari crab kali ya. Hehehe.

Perjalanan 2 jam pun dilanjutkan ke Penang, nggak langsung ke Jakarta. Lho kok ke Penang? Lagi-lagi setelah transit di SIngapur, kami iseng transit di Penang, Malaysia. Kata temen-temen sih Penang tempat wisata kuliner. Pas sampe bandara, kami pun buru-buru nyari bus ke kota. Karena belum sempat nukerin receh, kami bolak-balik jajan ke toko yang bisa balikin receh. Hal itu karena kalau naik bus di Malaysia kita musti nyiapin receh karena uang nya langsung masuk ke box, ngga ada kembalian. Sayang juga kalo 50 ringgit harus ludes gara-gara ga ada receh. 

Tiket bus yang ada di Penang

Karena ngga ada persiapan, kami cuma dapet info tentang George Town, dari mbak-mbak yang duduk disebelah saya sehabis sholat Zuhur. Itu pun kami ngga tau harus turun di mana. Bolak-balik nanya sama supir bus, yang ternyata baik kami pun dikasih tau bakal turun dimana. Tapi karena miss-communication kami malah jadi turun di antah berantah. Akhirnya kami cuma makan, terus balik lagi ke bandara. Beneran kan, wisata kuliner di Penang. Hahahaha saat kembali ke bandara kami hanya menertawakan sisa-sisa waktu yang sangat mepet. Di tambah lagi ternyata maskapai penerbangan kami L*on Air dari Penang ke Medan jadwalnya dipercepat 2 jam. Dan hal tersebut sudah diberitahu lewat email 2 hari sebelumnya. Pret! Mana sempet baca email orang lagi liburan. Jadilah kami ketinggalan pesawat. Untungnya, pihak maskapai mau mengganti tiketnya karena kasian kali ya. Mereka sebenernya juga kesal, karena yang mengubah jadwal tiba-tiba itu dari pihak maskapai yang ada di Indonesia. Waktu itu hanya ada tiga orang. Saya, si suami dan satu orang Indonesia juga. Alhamdulillah syukur banget ternyata mereka mau bantu sampai kami mendapatkan tiket pesawat penerbangan ke Medan berikutnya menggunakan maskapai lain.

Kenapa sih kita musti transit berkali-kali? Ke Medan pula. Hahaha.. Alasannya tentu saja biar bisa dapet tiket yang lebih murah. Penerbangan pulang pergi CGK-HKT di tanggal segitu lagi mahal-mahalnya. Makanya sekalian deh saya puter-puterin biar makin kerasa jalan-jalan nya. Hehehe.. Mampir ke Medan, sudah pasti saya membungkus dua gulung bolu meranti rasa keju yang makannya aja mungkin setahun sekali, itupun karena ada temen yang mau dititipin. Jadi kalau ada yang nanya, ngapain transit ke Medan. Jawabannya "Bolu Meranti!".

Perjalanan yang takkan terlupakan. Bersama kamu. Lima hari yang selalu saja masih teringat di kepala. Walau ada beberapa hal detail yang saya lupa, karena sepanjang jalan kita selalu ngalamin hal-hal yang tak terduga. Juga cara kamu yang ngga pernah nyebut Baht, tapi Beri karena penampakan mata uang Thailand yang mirip sama mata uang di anime kesukaan kita. Petualangan di Penang yang bener-bener ngga penting, ketinggalan pesawat, nyasar ke hutan-hutan, kamera yang kecebur, jam tanganku yang hilang, hampir kebawa ke Koh Lanta, nyasar ke pecinan mesen mie pake minyak babi, berapa kali makan pop mie nya Thailand yang rasa bebek (waktu di kapal juga), berapa kali makan seafood yang murah meriah, semua sunset yang kulihat bersama kamu, dan akhirnya paspor kamu yang udah keisi empat cap negara (termasuk Indonesia ya). Let's wander as long as we're still alive! To make a story for tomorrow!


Perjalanan itu bukan tentang jauhnya, atau tentang menuhin cap di paspor.
Tapi tentang setiap momen yang akan kita ceritakan di esok nanti.

1 comment

  1. Let's wander as long as we're still alive! To make a story for tomorrow! :D
    Di Thailand ngliat asap cuma sekali, itupun di perahu. *heran tuk tuk yang keliatan mobil tua gitu kok ga ngasap

    ReplyDelete