So this year, we couldn't make to explore our destination dream.

Kenapa Macau?

Kami berdua sama-sama suka keliling kota. Maka pilihan paling pas untuk long trip sekalian honeymoon dan anniversary kami adalah keliling kota! Jatuhlah ke Macau, dengan alasan karena tergiur promo. Hehe.. Selain itu karena memang setelah browsing, kota Macau menyimpan banyak pesona sisa-sisa jajahan Portugis sehingga berjalan diantara bangunan-bangunan tua dan memiliki arsitektur yang kaya memberi romansa yang tak pernah membuatku bosan. 

Sepanjang perjalanan trip selama 5 hari ke Macau, kami mampir ke Kuala Lumpur, Hong Kong dan Bangkok. Kenapa jadi banyak mampirnya, hahaha.. Rencana awal mau ngabisin 5 hari di Macau batal gegara di Macau lagi ada Grand Prix (19-22 November, di mana jadwal trip kita 19-23 November). Karena tiket udah terlanjur di tangan dan males ribet ngurus reschedule, akhirnya kita ubah itinerary dan mampir ke Hong Kong. Tiga jam di bandara Kuala Lumpur, dua hari di Hong Kong, tiga hari di Macau dan tujuh jam di bandara Dong Mueang. Butuh itinerary lengkap? Mail me!

Selama tiga hari di Macau, kami keliling kota mengunakan bus dan jalan kaki. Dengan modal itinerary yang saya print, serta beberapa screen shot map di ponsel. Kami ngga beli SIM card seperti waktu perjalanan kami keliling Phuket naik motor, karena kami memperoleh info kalau di Macau wifi nya tersebar di spot-spot turis jadi ngga perlu khawatir bakal nyasar.  

Sekilas Macau : The Little Europe and Las Vegas of Asia

Macau, kota kecil bagian dari Cina yang terkenal dengan judi dan kasino-kasino nya ini mirip Las Vegas. Awalnya kami pikir hanya ini yang jadi sorotan wisata di sana. Terus teringat kembali sama drama Korea yang berkisah Gum Jan Di berkelana ke Macau ngejar-ngejar cintanya Gu Jun Pyo, banyak spot-spot yang dimunculin yang kayaknya buat promosi wisata kali yah. Kemudian saya coba browsing dan ternyata Macau menyimpan harta karun berupa arsitektural dan tata kota yang cantik. Macau adalah bekas jajahan Portugis yang baru merdeka tahun 1999. Banyak bekas peninggalan Portugis yang masih terawat dan menjadi daya tarik wisata. 

Screenshots KDrama Boys Before Flowers di Macau
Sumber: http://evacuatewithstyle.org/blog/2009/02/boys-before-flowers-episode-14/

Macau sebenarnya adalah wilayah administratif khusus yang berada di pesisir selatan Cina, yang memiliki mata uang sendiri dan bebas visa. Terdiri dari 3 wilayah yaitu Macau Peninsula, Taipa dan Coloane. Saat ini ada pulau baru bernama Cotaipa yang merupakan pulau buatan yang menggabungkan Taipa dan Coloane. Di pulau Cotaipa ini lah berdiri bangunan-bangunan megah berupa hotel, resort dan kasino. Beberapa nama bangunan di Macau menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Portugis dan bahasa Inggris. Meskipun begitu, bahasa yang digunakan oleh warga lokal adalah bahasa Mandarin atau Kanton. 

Pendudukan Portugis di Macau selama lebih dari 400 tahun, menjadikan Macau kaya akan kuliner yang juga menjadi daya tarik wisata dan arsitektur nya membuat kita serasa jalan-jalan di Eropa. Rasa-rasa nya Macau bisa jadi obat penenang kegelisahan kami gundah gulali karena menunda keberangkatan kami ke Eropa tahun ini. 

Menuju Macau

Sebetulnya kami beli tiket PP Jakarta - Macau, namun karena adanya GrandPrix kami putuskan untuk mengeksplor Hong Kong dahulu baru Macau. Jadi saat hari pertama sampai Macau, kami langsung ciao ke pelabuhan dan nyebrang ke Hong Kong. Baru lah di hari ketiga trip, kami berlayar ke Macau untuk menjelajah kota cantik itu sesungguhnya.

Dari penginapan kami di Hong Kong (21/11) kami jalan kaki menuju Hong Kong China Ferry Terminal (KowLoon Ferry Terminal) untuk go show membeli dua tiket ke Macau. Masih pukul delapan pagi tapi di lokasi departure yang berada di lantai 1F ini sudah ramai. Beberapa counter tiket menempelkan jadwal jam keberangkatan yang tersisa ke Macau. Pukul 12:00, dan kami harus menunggu selama 4 jam untuk ke Macau. Ngga peduli weekday atau weekend, kejadian kayak gini udah sering terjadi, makanya kita musti dateng lebih pagi atau pesan lewat online. Sayangnya pesan lewat online ini, jika kita telat datang dari jadwal yang sudah dipilih, tiketnya hangus. Maka nya kami terpaksa go show dan pasrah ketika harus nunggu selama itu. But wait, ngga ada yang namanya bosen dalam kamus jalan-jalan kami, 3 jam kami habiskan mampir ke KowLoon park yang lumayan luas dan lokasinya tidak jauh dari Ferry Terminal.

Tiket Turbo Jet Macau Outer - KowLoon. Tiket normal HK153, karena ini malem jadi kena HK189
Ingat tiket malam hari selalu lebih mahal kira-kira HKD36 (sekitar 60ribuan)
Space untuk kaki lumayan lebar jadi bisa selonjoran

Kapal ferry yang melayani penyebrangan dari Hong Kong menuju Macau dan sebaliknya ada dua, TurboJet dan CotaiJet. Info jadwal Ferry dari Macau dan Hong Kong lengkap sudah saya tulis di sini. Berhubung kami menginap di daerah KowLoon maka kami naik ferry dari Hong Kong China Ferry Terminal. Kami memilih naik TurboJet karena rutenya langsung menuju Macau, tidak seperti CotaiJet, meskipun berangkat lebih awal satu jam ternyata rute CotaiJet belok dulu ke Hong Kong International Airport (Sheung Wan Ferry Terminal).

Di dalam Ferry, kami harus pake sabuk pengaman. Jadi ngga ada yang mondar mandir kecuali ke toilet.

Taipa Ferry Terminal
Lokasinya berada dekat di samping Macau International Airport. Siang hari kita bisa jalan kaki langsung menuju kesana. Kalau malam hari agak riskan karena ngga banyak penunjuk jalan.
Cotai Jet
Operations Hours: 24 hours
Turbo Jet
Operations Hours: 14:00 - 17:00

Macau Outer Ferry Terminal 
Lokasinya berada di Macau Peninsula (pusat kota Macau).
Cotai Jet
Operations Hours: 09:30 - 17:00
Turbo Jet
Operations Hours: 24 hours

Hong Kong China Ferry Terminal (TST Pier, Kowloon Ferry Terminal)
Cotai Waterjet
Route : TST Pier - Taipa, TST Pier - Outer Harbour
Counter : Chu Kong Passengers Company Limited, Shop 1-5A, 1/F China Ferry Terminal, 33 Canton Road, Tsim Sha Tsui
Turbo Jet
Counter : Shop No. B09, 1/F China Ferry Terminal, 33 Canton Road, Tsim Sha Tsui

Hong Kong Macau Ferry Terminal (Hong Kong Island)
Cotai Waterjet
Route : TST Pier - Taipa, TST Pier - Outer Harbour
Counter : Shop 305D, Shun Tak Centre, 200 Connaught Road, Sheung Wan, HK
Turbo Jet
Counter: 3/F Shun Tak Centre, 200 Connaught Road Central, Hong Kong

Kami sampai Macau sekitar pukul satu siang, sudah ramai sekali karena Macau Ferry Terminal bersebarangan langsung dengan trek GrandPrix. Seperti anak ayam kami mulai kebingungan karena beberapa jalur bus ditutup. Seharusnya kami menggunakan bus no 10 ke penginapan. Namun ternyata hanya ada bus no 12X yang beroperasi ke Praca Ferreira Amarral. Haduh di mana itu? Kami masih coba bolak-balik di depan ferry terminal dan ternyata memang cuma ada bus itu. Yaudah deh kita masuk aja iseng dan ternyata free. Baru tahu setelah baca di sini memang saat musim Macau Grand Prix walaupun pusat-pusat turis tetap buka, namun ada sedikit gangguan transportasi umum.

Ternyata Praca Ferreira Amaral adalah terminal bus top yang paling rame, karena menjadi bus stop yang paling banyak di lewati bus-bus di Macau. Lokasinya persis di depan Grand Lisboa dan Hotel Wynn. Di sinilah para pelancong yang kebanyakan berasal dari Cina Selatan tumpah ruah. Penuh sesak seperti layaknya suasana mudik di terminal, dan ini di tengah kota!

Karena kami sudah mulai kelaparan, kami mencoba berjalan kaki menuju penginapan, sambil cari-cari makanan di sepanjang jalan. Trotoar penuh sesak oleh para pelancong, membuat kami mulai pusing karena lapar dan terlalu banyak orang. Lalu muncul lah secercah harapan di ujung jalan, sebuah plang berlogo Pizza Hut membuat mata kami berbinar-binar. Langsung lah kami belok dan masuk melalui lift karena Pizza Hut ada di lantai 2. Kami bertemu pelayan dan langsung di antar ke meja. Orang-orang di sekiling banyak yang melirik kami. Kenapa ya, ada yang salahkah dengan penampilan kami yang acak adut karena belum sempat mandi sejak dari Hong Kong? Ternyata .. oh ternyata kami baru sadar setelah melihat meja yang sudah tersusun rapih dan melihat menu yang harganya minimal 250HKD (sekitar 450ribu). Pizza Hut di Macau ini tipenya Full Course, ada appetizer, main course dan dessert. Beda banget sama yang di Jakarta. Ini alesannya kenapa banyak yang ngelirik kita yah, gembel mau coba makan di sana. Hitung satu dua tiga, saya dan Brew pura-pura ke kamar mandi (sambil bawa tas ransel) dan ngga balik lagi. That's the second time kami salah masuk restoran. Hahaha.. Di jalan kami ketemu dengan salah satu toko kue yang menjajakan Portuguese egg tart, langsung lah lahap dua biji kami makan di pinggir jalan. Ahm.... emmm... (sambil menelan telurnya yang lebut) enyaaaaak.. Lebay gitu lah sambil merekahkan senyum lebar, kue terenak yang pernah kami makan!

Yuuuum!
Setelah sampai penginapan, dengan percakapan yang acak kadut karena penjaga penginapannya ngga ngerti bahasa Inggris sama sekali, kami lalu diantar ke kamar yang ternyata kamarnya menyeramkan! Benar-benar ngga recommend deh ini Sanva Hotel. Tapi apa boleh buat, kami udah keburu bayar sebelum sempat ngecheck dulu kamarnya. Ngga lama-lama di kamar, kami langsung ciao keluar hostel. Baru aja keluar ke jalan Riberio, para pelancong masih membanjiri jalan. Kami masih mencoba mencari alternatif makan siang (yang sebenarnya sudah pukul 4 sore), mencari makanan halal di sekitar penginapan.

Karena masih buta peta, kami langkahkan kaki saja tanpa arah yang jelas menuju Ruins of St Paul dan yang ketemu bukannya toko makanan tapi lautan manusia. Sedih banget kan, maunya refreshing jadinya malah ikut-ikutan berdesakan kayak mau nonton konser. Akhirnya kami keluar lagi ke jalan raya dan balik ke toko kue yang menjual Portuguese egg tart tadi. Lalu menggunakan bus no 26A, tanpa pikir panjang kami langsung naik dan berhenti di daerah antah berantah. Sempet mau nangis, dan pake adegan lari-larian karena jalan Avenida do Oceano, spot buat ngeshoot Macau Tower yang udah ada di itinerary kami ternyata sedang dalam perbaikan. 
Short escape dari ramenya Kota Macau


Begitulah sepelintiran awal kisah petualangan kami di Macau. Baru mulai dan udah bikin gundah, karena kami dihadapkan pada situasi yang ngga enak mulai dari penginapan yang ngga sesuai ekspektasi, itinerary yang gagal, penuh sesaknya jalanan, kelaparan, nyasar, dan hari yang mulai gelap. Tapi ternyata, ada kejutan-kejutan yang sudah menanti. Life's like a box of chocolate. Perjalanan kami di Macau masih berlanjut. You're never know what you're gonna get. Banyak kejutan menunggu untuk diceritakan.

Bersambung . . .

Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 1)
Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 2)
Mengabiskan Sisa Hari Di Coloane 

Guia Light House and Chapel

Jika punya waktu lebih dari sehari di Macau mampirlah ke Guia Hill, salah satu tujuan wisata di Macau yang tidak dipadati turis. Apalagi kalau misalnya kita datangi saat pagi hari, sepi sekali. Pemandangan yang sangat berbeda dibandingkan Ruin's St Paul atau Senado Square, padahal jarak dari sana ke Guia Hill kurang dari dua kilometer berjalan kaki. 

Pagi itu, setelah sejam duduk-duduk unyu di tangga Ruin St Paul (waktu terbaik mengunjungi benteng ini adalah sebelum pukul delapan pagi), kami langsung menuju Guia Hill. Karena terlanjur jalan kaki memutar ke Senado Square, akhirnya kami putuskan naik bus dari bus stop Praia Grande, sekalian sarapan roti di toko kue di depannya. Sembari menukar uang receh, karena selama di Macau kami menggunakan bus (tanpa Macau Pass!). Setelah bolak-balik nanya dan ngecek map, tanpa ragu kami langsung naik bus no 7 (Praia Grande - Estrada Do Cemiterio, 2 stops) yang ternyata lumayan jauh dari pintu masuk Guia Hill.  Lalu mampir ke CK, sambil jajan dan nanya-nanya. Eh ternyata kasirnya wong Semarang, hahaha.. sukses deh kita sampe ke Guia Hill berkat pertolongan mbak Nana. 

Zooming in Guia Light House dari depan CK

Setelah nanya-nanya sama petugas polisi,
kami dapat info jalan pintas sementara menuju Guia Hill karena jalan utama ditutup sama Macau GrandPrix

Beberapa warga lokal ikut asyik nonton GrandPrix gratis

Pas kami sampai di gerbang masuk Guia Hill, di sini lah awal mula kami get lost (yaelah cuma jalan menanjak 15 menit aja pake nyasar). Banyak warga lokal yang melakukan jogging di Guia Hill, maka tanpa pikir panjang langsung aja kami ikutin. Kalau mereka jogging kami santai jalan kaki. Yang lain lengkap dengan training suit kami pake jeans sama kaos hahaha. Setelah lumayan jauh kok kayaknya ngga sampe-sampe ya, jalannya juga ngga begitu menanjak tapi datar-datar aja. Kami mulai nyari tangga sepanjang jalan, dan mulai nanya-nanya ke warga lokal yang lagi jogging. 

Karena masih jam 9 pagi, kami belum ketemu turis lain! Tau lah warga lokal ngga begitu banyak yang ngerti bahasa Inggris, campur aduk sama bahasa tubuh, akhirnya salah satu dari mereka bilang kalo jalan yang kita lewatin ini trek jogging bukan trek ke Guia Light House. Doeeeng...! Masa kita musti balik lagi.. akhirnya kita nemu tangga yang sangat-sangat mencurigakan. Kami nekat naik lewat tangga itu.  Kanan kiri hutan, sepi ngga ada yang lewat.  Kami mantepin dan terus melaju melewati tangga bebatuan yang sempit sampai akhirnya tembus ke jalan yang lumayan lebar. Wuih.. ternyata tangga ini adalah jalan pintas ke jalan umum menuju Guia Light House. Kalau diinget-inget, kejadian ini mirip sama pas kita ke Puncak Phi Phi, berangkat nyasar, pulangnya lancar. Hahaha..


Dari tangga pintas tadi tembus ke sini,
ngaso dulu sambil kipas-kipas

Mirip-mirip sama benteng bukit Kahlenberg gitu lah
(inget film 99 cahaya di langit Eropa)
Dari jalan menuju Guia Light House sudah mulai terlihat skyline kota Macau
Sampai di Guia Fortress kami hanya bertemu petugas penjaga dan seorang bapak-bapak narsis yang minta difotoin melulu padahal kita lagi nikmatin pemandangan kota Macau dan sepoi-sepoi angin sejuk di atas bukit. Setelah 10 sampai 15 jepret dengan berbagai gaya akhirnya si Bapak yang setelannya pake training suit ini pamit pulang. Sangat sepi! Cuma berdua, me time banget lah. Jungkir balik guling guling nyanyi-nyanyi nari-nari dengan latar belakang kota Macau!

Macau tower nya keliatan, kecil banget tapi yah, kalah sama gedung Grand Lisboa yang sangat menonjol.

Guia Chapel and Lighthouse
Meriam yang ada di sebelah kiri benteng, menghadap ke jembatan San Va penghubung ke Pulau Taipa

Sayang nya kami tidak bisa masuk ke Lighthouse (padahal dari sana kita bisa melihat 360 derajat kota Macau). Yang bisa kita masuki hanya chapel yang ada di sebelahnya dan Guia Fortress Information Center yang ada dibawah. Sejak summer 2015, banyak dilakukan pemugaran di dalam chapel. Begitu juga dengan Information Centre yang sangat membantu turis. Lumayan sekali lah kami ngadem di dalam ruang Information Centre yang designnya bikin kita betah di dalamnya. 

Miniatur Guia Fortress di dalam Guia Information Centre

Gambar kiri: meja tempat kita ngisi buku tamu
Gambar kanan bawah: Ada buku catatan kesan yang bisa dibubuhi dengan cap Guia Fortress

Guia Fortress tidak terlalu banyak dikunjungi wisatawan pagi itu, mungkin karena kebanyakan turis baru tiba dari Hong Kong sekitar di atas pukul jam 11 siang dan kebanyakan beredar di sekitaran Senado Square. Sungguh pagi menuju siang yang menyenangkan, serasa di antah berantah. Sesekali terpikir berasa di Santorini, sebuah pulau di Yunani yang menjadi kota impian kami. Anggap saja ini permulaan dari perjalanan menuju mimpi. Setelah matahari mulai terik, dan saatnya mengisi perut lagi karena waktunya makan siang, kami kembali ke jalanan kota yang sudah mulai ramai. Melanjutkan kembali petualangan kami di Macau sampai ke Coloane. 

Last but not least,
Berkat bantuan tripod, bisa mejeng foto buat anak cucu kami nanti



Hong Kong itu kebayangnya Chow Yun Fat, Stephen Chow, Andy Lau sama Jimmy Lin. Dulu waktu masih SD ngefans banget sama Jimmy Lin, eh tapi dia mah dari Taiwan yah hahaha. Tapi satu hal yang pasti, Hong Kong is probably world's best shopping site with shopping malls, markets and, where the best three buys are clothes, cosmetics and e-products (kutip dari chinahighlights.com). Jadi kalau denger ngetrip ke Hong Kong pasti mikirnya belanja, belanja dan belanja. Tapi belanja itu "A big NO" buat budget traveler kayak kami yang buat beli tiket aja cari promo dulu. Makanya waktu memutuskan untuk mampir ke HongKong, kami cari wangsit dulu ke temen kami Gugum yang udah merantau ke HongKong buat cari tau destinasi explorer bukan destinasi turis. Hihi.. jatuh lah pilihan ke Dragon's Back, selain itu masih ada Repulsive Bay, Stanley Beach and Market, St Stephen Beach dan sebagainya. Terus karena kami cuma punya waktu kurang dari dua hari HongKong, maka itinerary kita ini sederhana dengan budget secukupnya, tapi seru!


Makan Dimsum halal di Wanchai

Jam satu siang, setelah hiking ke Dragon's Back dan leyeh-leyeh di Big Wave Bay, waktu nya mengisi perut yang udah keroncongan karena cuma diisi roti pas sarapan. Di Big Wave Bay ada resto kecil, namun kami urung kesana, takut-takut banyak babinya. Memang susah banget nyari makanan halal di HongKong. Tapi dari susahnya itu, pasti ada yang halal juga. Tinggal gimana kita mau usaha buat nyarinya. Dibanding Macau, muslim di HongKong jauh lebih banyak karena masih ada masjid di sekitaran HongKong. 

Add caption

Di daerah Wan Chai ada sebuah komunitas muslim, namanya Osman Ramju Sadick Islamic Centre. Di dalam nya terdapat masjid dan kantin yang ada di lantai 5. Kebetulan sekali menu andalan yang ada di kantin tersebut adalah dimsum. Nah, rasanya ada yang kurang kalau mampir ke HongKong ngga makan dimsum. Langsung lah kami ciao dari stasiun Shau Kei Wan, menggunakan MRT menuju Central, turun di stasiun Wan Chai. Dari stasiun Wan Chai, exit A3 lalu kami jalan kaki menyusuri Johnston Rd sampai ke O Kwan Rd dengan modal peta yang kami screenshot pas di hostel (tips get lost: ngga terhubung ke internet). Awalnya kami beneran nyasar sampe muterin O Kwan Road (namanya O mungkin karena jalannya melingkar), dan baru nemu Islamic Centre pas di penghujung jalan. Jadi ujung ke ujung kami nyusurin O Kwan Road.


Berhubung hari mulai sore, menu yang kami pesan adalah sisa dimsum yang ada di meja karena sebagian besar sudah habis. Kami memesan soybean sheet with chicken and vegetable, siu mai with beef, seaweed rolls with seafood, dan tofu with shrimp. Dimsum yang terakhir itu yang paling enak. Range harga dimsum antara HK11 - HK15. Jangan lupa ditemani teh tarik nya yang segar.

Lokasi:
Islamic Centre Canteen
5/F Osman Ramju Sadick Islamic Centre
40 Oi Kwan Rd. Wanchai


Nyobain Tram

Belum ke Hong Kong kalau belum nyobain tram nya. 
Tram ini hanya beroperasi di main island Hong Kong. Hanya ada dua rute, East Bound dan West Bound. Jalurnya hanya ada di bagian utara dari pulau Hong Kong. Untuk informasi lengkap tentang rutenya bisa dibuka di sini. Tarif transportasi umum ini adalah yang paling murah dibandingkan dengan bus atau MTR. Jauh dekat hanya dikenakan HK2.8 atau sekitar 5 ribu rupiah dengan mata uang saat ini. Tram ini sama seperti bus tingkat namun bentuknya lebih ramping dan memiliki jalur sendiri seperti kereta. Asiknya naik Tram dia jalan lebih lambat di banding kan bus, jadi kita bisa cuci mata sama bangunan-bangunan di pulau Hong Kong. Karena itu hari Jumat, ada banyak warga Hong Kong yang seliweran sana-sini. Meskipun rame, kondisi jalan tetap rapih. 

Trem dari arah berlawanan, dan di belakangnya bangunan legislatif Hong Kong, Old Supreme Court.

Bedanya dengan Bus, kalo tram kita masuknya dari belakang, keluar di depan sekalian bayar. Kalo Bus, kita masuk nya lewat depan, bayar dulu. Lalu turun di bagian tengah atau belakang. Bayar pake koin tanpa kembalian atau tap pake Octopus Card. Jangan khawatir ketinggalan tram, karena tram disana banyak, tunggu aja dua sampai lima menit pasti ada lagi. Kami naik tram dari Burrow Street (halte terdekat dari Islamic Centre), dan turun di Bank Street. Kami turun di Bank Street untuk nyobain Peak Tram ke Victoria Peak. Di sana kami salah turun, karena kelewatan akhirnya jalan kaki lagi ke Bank Street, dan setengah jam nyasar nyari gedung Peak Tower. Begitulah asiknya tanpa GPS, mau ngga mau kami mulai hafal jalanan di Hong Kong (meskipun baru sehari). 

Tram dari jendela, dan Brew lagi mejeng asik di stop tram Burrows street

Tram stop bertanda kuning. Tram nya warna-warni bergambar iklan.


Hiking Dragon's Back

Meeen, jauh-jauh ke Hong Kong malah naik gunung. Hahaha.. ya, itu juga ke Hong Kong kan dadakan karena di Macau lagi ada GrandPrix. Terus browsing blog Indonesia belum banyak yang ngebahas soal Dragon's Back. Padahal mah kata Gugum dan temennya yang udah kesana, katanya biasa aja kalau dibandingin gunung-gunung di Indonesia. Ya iyalah! Indonesia's the best, tapi kalo mau bandingin berarti kan harus nyoba dulu. Kita ngga akan tau seberapa nikmatnya sambel terasi kalau belum ngerasain tinggal di luar negeri di mana nyari tempe aja susah. 

View sebelah kiri Dragon's Back: Tai Tam Bay

View sebelah kanan Dragon's Back: Shek O Village

Hiking ke Dragon's Back ini kita ngga dipungut biaya. Cukup bayar transportasi aja dari hostel sampai ke Shek O Road. Jangan lupa bawa air minum dan pakai sepatu yang nyaman. Karena ini mau masuk musim gugur, udara sudah mulai dingin dan berangin jadi jangan lupa bawa jaket. Tulisan lengkap tentang Dragon's Back sudah saya ulas di sini.


Leyeh-leyeh di pantai Big Wave Bay

Setelah lelah menempuh jalan kaki sembilan kilometer naik turun bukit, saatnya leyeh-leyeh di pantai. Meskipun di pantai, tapi suhu udara mencapai 23 derajat celcius, cukup dingin walaupun baru pukul setengah satu siang. Kalo summer, pasti udah banyak bule mejeng-mejeng perut di sini. Di sini yang ramai hanyalah anak-anak SMP yang masih menggunakan training suit dan beberapa turis yang sedang selancar air.

Salah satu safety guard tower di sebelah kanan pantai

Pantai yang menghadap gunung


Sky Terrace 428 Victoria Peak

Menghabiskan sore di pulau Hongkong, rencana awal kami adalah mampir ke Stanley Beach yang terletak di paling selatan pulau. Tapi ngerasa kami udah tau gimana pantai di Hong Kong (tulisan di atas pantai Big Wave Bay), kami jadi urung dan langsung bergegas ke Victoria Peak. Pengen liat sunset dari ketinggian 500mdpl. Karena kelamaan nyasar, pas sampe Peak Tower di sana udah ada antrian panjaaaaang sekali, banyak turis berderet mengantri untuk naik Peak Tram. Kalau dihitung total kami ngantri adalah satu jam! Padahal naik Peak Tram nya ngga ada sepuluh menit. Hahaha.. Tapi serunya, tram ini kemiringannya 45 derajat, jadi sensani naik tram miring ini serasa lagi naik halilintar tapi jalannya pelan. Ada 2-3 pemberhentian, di mana tiba-tiba tram berhenti di stasiun kecil yang memajang papan tulisan bersejarah.  Pikiran yang ada di kepala kita saat itu adalah.. "Huaaa.. takut merosooooot..!"

Sumber: http://www.hongthai.com.sg/img/timage/feasy_389.jpg
Peak Tram berhenti di dalam mall Peak Tower. Kita langsung disuguhkan area pernak-pernik Hong Kong untuk oleh-oleh. Saya dan Brew pun langsung menuju lantai GF untuk menuju Costumer Service Center untuk membeli tiket ke Sky Terrace 428. Kami beli on the spot seharga HK48 untuk tiket Sky Terrace nya saja. Untuk Peak Tram, kami menggunakan Octopus Card, sekali pakai kena tarif HK12. Kalau dari website resmi nya The Peak, untuk return ticket dan Sky Terrace kena HK83. Jauh lebih murah kita beli on the spot yaitu HK72 (Sky Terrace HK48 + Peak Tram PP HK24).

Sky Terrace 428 berdiri diatas 428mdpl adalah lokasi view point tertinggi di Hong Kong dengan 360 derajat panoramic view kota Hong Kong. Di sana kami diberikan "Hong Kong Sky Tour", sebuah gadget dan headphone sebagai interaktif audio tour yang tersedia dalam enam bahasa. Di sini lah pusat destinasi turis. Saking rame nya, untuk masuk dan keluar The Peak, kami harus ngantri masing-masing satu jam. Dari sekian tourist attraction nya Hong Kong, di sini lah kami ngerasa sesak napas, dan baru bisa bernafas lega pas ngelihat pemandangan di bawah.



View kece dari Sky Terrace 428


Tidur siang di Bangku Taman KownLoon Park

Destinasi ini adalah bonus di hari kedua di Hong Kong. Rencana kami pagi-pagi sekali ngejar Ferry ke Macau, tapi apa daya, kami baru dapat tiket Ferry jam 12 siang. Jadilah terlunta-lunta di HongKong lagi selama 3 jam. Karena Octopus Card sudah kami refund, jadi kami putuskan untuk ngaso di KowLoon Park, yang lokasinya tidak jauh dari Mall HongKong China Ferry Terminal. Cukup jalan kaki atau nyebrang melalui mall di sebelahnya. Ngabisin waktu dua jam di sini sambil nikmatin angin semilir dan rindangnya pepohonan. What a great adventure ya Bre, walaupun cuma sehari semalam. The memory of this moment will never fade, as long as we still can make another story for tomorrow.



Gambar atas: Hong Kong Museum of History

Ini tidur beneran, sampe saya tinggal jalan-jalan keliling taman, 
balik-balik masih tidur -___-



Jika masih ada yang nanya, ngapain jalan-jalan keluar negri kalau Indonesia itu udah Indah? Jawabannya seperti ngutip dari postingan mas Angga:

Indonesia itu indah. Begitupun dunia.


Modal pake gagang tripod sama SLR
Foto selfie buat nunjukin ke anak cucu, terus lanjut balik ke KowLoon, nyari sevel buat makan malam

Welcome to HongKong!

Hari masih gelap, setelah menumpang taksi yang kami pesan malam sebelumnya, kami naik bus damri dari terminal Pasar Minggu menuju bandara Soekarno Hatta. Cara paling cepat dan hemat untuk menuju bandara dari rumah kita yang jauh dari mana-mana. Dua carrier besar sengaja kami bawa, supaya beban bisa kebagi dua, karena ngga pesan bagasi jadi berat maksimal satu tas tujuh kilo. Pesawat kami take off pukul 8:30 pagi ke Kuala Lumpur, lalu lanjut penerbangan berikutnya ke Macau pukul 14:55, dengan total waktu transit di bandara KLIA2 selama 3,5jam. Lumayan lah, kami putuskan buat jalan-jalan cuci mata keliling KLIA2.

Hiking Dragon's Back & Lying Around Big Wave Bay


Dragon's Back

Setelah packing secukupnya, saya bawa daypack dan Brew bawa carrier (memuat raincoat dan jaket-jaket serta tripod), kami mulai perjalanan di Jumat pagi yang agak mendung itu di McD depan mansion. Hahaha, gegayaan sarapan di McD, ujung-ujungnya cuma beli roti manis karena canggung takut ngga halal dan harganya juga ngga kejangkau buat budget sarapan. Kami mampir ke 7 Eleven untuk membeli On Loan Octopus card yang ternyata mereka tidak menjualnya, mereka hanya menjual Sold Octopus card yang biasanya dibeli para turis. On Loan Octopus card bisa didapat di tiap stasiun MTR. Untuk bedanya check disini aja ya. Dua tiket On Loan Octopus card seharga masing-masing 150HK, dengan deposit 50HK ini bisa digunakan di semua transportasi di HongKong dan juga untuk berbelanja.

Tsim Sha Tsui MTR

Untungnya, Chungking Mansion letaknya dekat sekali dengan stasiun MTR. Cukup jalan kaki dan nyebrang dari depan mansion menuju Tsim Sha Tsui MTR. Pukul setengah 8 pagi, subway MTR ini sudah lumayan ramai lalu-lalang warga HongKong yang akan berangkat kerja dan sekolah. Kami langsung menuju Tsuen Wan line tanpa nyasar, tenang saja, petunjuk arah di dalam subway HongKong sama seperti di Singapura, cukup jelas dan sangat membantu untuk first time visitor.

Booth tempat membeli dan refund Octopus card

Sampai di Shau Kei Wan station, cek itinerary dulu untuk menuju Shau Kei Wan terminus

Dragon's Back terletak di sebelah tenggara Pulau HongKong. Rute untuk menuju Dragon's Back dari KowLoon sangat lah mudah, ada beberapa alternatif diantaranya:

Menggunakan MTR dan Bus
Dari Tsim Sha Tsui station, pilih jalur Tsuen Wan Line menuju Central lalu berhenti di Admiralty station (1 stop), lalu lanjut menggunakan jalur Island Line menuju Chai Wan dan berhenti di Shau Kei Wan station (9 stop). Ngga perlu takut salah turun, di setiap MTR ada map interaktif dan pengeras suara yang mengarahkan setiap pemberhentian di stasiun. Setelah sampai di Shau Kei Wan station, cari jalan keluar menuju Shau Kei Wan terminus, ditunjukan dengan Exit A3.  Dari Shau Kei Wan terminus, kita menuju tempat pemberhentian Bus No. 9. Di sana sudah berjejer antri para penumpang yang akan menuju Big Wave Bay. Perjalanan bus kurang dari setengah jam, kami berhenti di To Tei Wan (11 stop).

Menggunakan Ferry, Tram dan Bus
Menggunakan Ferry menuju Pulau Hongkong dari Tsim Sha Tsui Star Ferry pier yang ada setiap 15 menit sekali. Cek di sini untuk biaya dan jadwal rutenya. Menggunakan Ferry lebih murah dibandingkan dengan MTR. Lalu dilanjutkan dengan menggunakan Tram jalur East Bound dan berhenti di Shau Kei Wan Main Street, lalu menuju Shau Kei Wan terminus untuk menumpang Bus No. 9.

Bus No 102, kami harus berjalan sampai ujung terminal untuk nemuin Bus No. 9

Tentunya karena kami mau ngejar pagi, kami memilih alternatif pertama yang lebih cepat. Alternatif kedua kami rencanakan untuk perjalanan pulang dari Dragon's Back ke KowLoon. Saat naik bus, pilih di bagian atas dan paling depan. Kebanyakan supir di sana ngebut ditambah Shek O Road ini jalanannya kecil, naik turun dan berliku membuat kami serasa naik halilintar di Dufan. Oiya, ini pertama kalinya kami naik bus tingkat! Jadi agak norak dikit gapapa lah ya. Hahaha..

Setelah perjalanan kurang dari satu jam, kami sampai di To Tei Wan stop. Di sini lah kami memulai untuk trekking ke Dragon's Back. Jalur yang kami pilih ini adalah Stage 8 ditambah jalur ke Big Wave Bay. Untuk map nya bisa di download di sini.

Section 8
(sumber: http://hiking.gov.hk/eng/longtrail/hktrail/hktrail/hktrail08.htm) 

Awal perjalanan lima hari yang dimulai dengan hiking ini adalah keputusan yang sangat mendadak. Karena dari awal kami ngga ada niatan ke HongKong, namun karena di Macau sedang ada GrandPrix jadilah kami sampai di sini. Iseng-iseng ceritanya kita ingin mengulang perjalanan trekking puncak Phi Phi tahun kemarin, jadi tahun ini kami mau sampai ke puncak Shek O yang tingginya tidak lebih dari 280 meter diatas permukaan laut.

Penunjuk arah menuju Dragon's Back tepat di To Tei Wan stop

Tai Tam Bay
Baru lima belas menit jalan, udah disuguhin pemandangan asoy begini

Coba ngga mendung yah, pasti bakal jelas banget horizon nya keliatan.
Ini belum sampe Dragon's Back yah, baru seperdelapan perjalanan dari total 8,5 km.

Berenti dulu Broh!
Beberapa kali kami dilewati banyak anak-anak seusia sepuluh sampai dua belas tahun. Mereka bule-bule kecil yang sepertinya trekking itu kayak main-main aja. Sambil kejar-kejaran mereka ngga mau kalah sama yang udah duluan jalan. "Morning.. morning." Begitu tiap kami dilewati. Saya dan Brew tentu saja tidak terburu dan santai menikmati hiking, karena sebelum sampai di puncak Shek-O perjalanan kami disuguhi pemandangan asoy di kiri pesisir Tai Tam Bay dan kanan pesisir Big Wave Bay.

Setelah satu setengah jam trekking, akhirnya kami sampai di puncak Shek O. Angin makin kencang, untuk foto aja tripod kami sampai goyang dan mau ngga mau minta tolong sama bule yang lewat. Oiya, jarang sekali ada turis cina yang Hiking ke Dragon's Back. Kalau pun ada kebanyakan sudah sesepuh, sepertinya mereka warga asli yang sudah berumur, berjalan pelan dan sambil menyetel musik klasik mandarin menggunakan loudspeaker handphone. Sungguh pemandangan yang sangat berbeda sekali dengan hiruk pikuk pusat turis di kota HongKong.



Puncak Shek-O, masih sekitar setengah jam sampai ke Dragon's Back

Setelah Dragon's Back, pemandangan hanya berupa bukit-bukit sampai ke Big Wave Bay

Dari Dragon's Back, di sini lah kesabaran dan kenekatan kami diuji. Dragon's Back adalah sepertiga dari total trail 8,5km. Apakah kami harus kembali ke To Tei Wan, atau lanjut 2/3 perjalanan lagi ke Big Wave Bay? Karena dari Dragon's Back, tidak ada pemandangan sama sekali, yang ada hanya bukit-bukit serta semak-semak, di mana kami mulai masuk ke hutan-hutan. Perjalanan total sampai ke Big Wave Bay yang kami tempuh adalah tiga setengah jam, kalau sesuai dengan data trail diatas kelebihan setengah jam adalah untuk foto-foto dan santai-santai. Setelah sampai di titik akhir trail Dragon's Back, kami sampai di kampung Tai Long Wan. Dari sana, tinggal ikuti jalan menuju pantai Big Wave Bay.

Jalan memotong menuju Pantai Big Wave Bay

Setelah 3,5 jam trekking sampai di sini juga akhirnya!

Pantai Big Wave Bay sudah ramai pengunjung, di dominasi oleh anak-anak SMP dan beberapa turis asing yang melakukan olah raga selancar air. Pantai ini lebih ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang menyukai surfing.

Salah satu safety guard tower di sebelah kanan pantai

Bermain dodge ball

Pantai Big Wave Bay, dan di belakangnya bukit Dragon's Back

Udara dingin, tapi kurang lengkap rasanya kalo ngga makan eskrim di pantai

Leyeh-leyeh di pantai ngelemesin dengkul, setelah menempuh hiking tiga setengah jam. Sembari menikmati desir angin dan deru ombak. Tjieeh.. Hampir setahun kita bro!

Sekarang tanggal 20 November di Big Wave Bay,
3 days to go!