Sekarang sudah 2013, memasuki bulan kedua pula. Sudah lewat hampir tiga bulan lalu, catatan perjalanan saya ke Flores terhenti di pulau Sumbawa. Tentu saja sebelum benar-benar basi atau jadi lupa. Hehe.. Sailing trip adalah pilihan paling tepat untuk saya, karena saya ingin lebih dekat dengan laut, beromansa, bersetubuh dan merasakan setiap lekuk dan aromanya. Selama empat hari, makan dan tidur di kapal, menikmati terik mentari, timbul dan tenggelam, fajar dan senja dari kapal. Untuk menuju Flores saya memilih berlayar dari Lombok selama empat hari.

Selamat pagi!


Flores menyambut ku pagi itu(17/11). Apa kamu ingat? pertama kali kamu bilang tanpa berpikir panjang, saat sedang minum kopi flores di warung kopi depan kampus. Ah simpan biji kopinya di dompet, siapa tau bisa sampe sana. Pagi ini yang menyapamu adalah mentari bulat-bulat dari laut timur. Bukan mimpi, ini nyata. Saat awak kapal dan teman-teman seperjalanan masih puas tertidur setelah delapan belas jam pelayaran dari laut Sumba, saya sudah terbangun dan duduk di dek depan menunggu mentari. Saat paling intim dengan merasakan angin laut timur dan menikmati suara debur ombak yang menabrak dinding kapal.

Sedikit pose ala "saya seorang pelaut"
Bintang-bintang yang berkedip di malam sebelumnya menandakan bahwa esoknya, hari ketiga dalam perjalanan sailing trip ini akan cerah. Benar saja, biru langit meneduhkan sepanjang pelayaran kami untuk mengeksplor bagian barat pulau Flores. Kalau pulau-pulau lain terlihat hijau dari kejauhan, maka pulau di Flores terlihat lebih mentereng dengan dominasi warna coklat atau kemerahan. Ini lah yang menjadi ciri khas pulau-pulau di Flores. 

Saat di pulau Jawa sudah memasuki musim hujan, pertengahan November di Flores ternyata masih kering. Meski sempat hujan di malam pertama sebelum memasuki Sumbawa, di Flores saya tidak menemui hujan serintik pun. Matahari menjadi kawan setia selama 3 hari terakhir saya di kepulauan paling barat dari Nusa Tenggara Timur ini.

Can't stop looking at you..
Setelah tiba di laut Flores, kami menuju perbukitan tinggi Gili Laba untuk melihat view Flores dari atas.  Membutuhkan sedikit trekking untuk mencapai puncaknya. Sendal jepit saya pun semakin longgar karena beberapa kali harus menahan beban di kemiringan dan menabrak batu-batu. Beberapa teman saya yang pakai flip-flop pun akhirnya nyeker berpanas-panas ria. Nggak masalah kali buat bule yak, trekking aja pake bikini. Hahahay..

Kepulauan barat Flores dari atas.
So, what are you doing here, Niken? 
I feel like in another world..
"How many days did you need when climb Mt Rinjani?" He said 3 days. Gilaaak.. Keren abis lah orang-orang dari negeri barat ini, karena orang Indonesia butuh 5 sampai 6 hari untuk naik turun gunung Rinjani. Saya pun mempercepat langkah kaki untuk menuju puncak. Sambil terengah-engah kepanasan, apalagi beberapa spot ada yang terbakar membuat keringat mengalir di kening. 

Matahari mulai terik menuju ubun-ubun. Rasanya berlama-lama di sini saya masih betah.
Tapi lebih baik nyebur, warna biru lautnya menggoda!
Dan tripod yang sengaja dibawa sampe atas pun akhirnya berguna juga buat foto bareng. Say cheeseee!! 


Setelah berpanasan di Gili Laba, saatnya nyebur! Lokasi snorkeling yang sudah ditunggu-tunggu, Pantai Merah atau terkenal dengan nama Pink beach. Di kapal saya selalu stand bye menggunakan drysuit. Kalau tiba-tiba kepengen nyebur kan tinggal nyebur, enggak repot-repot ganti baju, hehe. Pantai merah di sini arusnya besar. Kapal besar dilarang bersandar di tepi pantai, sehingga berenang menuju pantainya butuh tenaga ekstra. Baru kali itu saya berenang tanpa pengaman atau penanda(torpedo marker, bukan life jacket), karena beberapa kali sempat kelibet-libet sama talinya makanya saya malas. Saya pun berenang, snorkeling dan sesekali mencoba freediving sendirian. Yang alhasil membuat beberapa teman saya khawatir. Hahaha..

Pantai Merah dari kejauhan
Dinamakan pantai merah, karena memang pasirnya mengandung batuan berwarna merah. kalau diamati dari dekat tampak sekali pasir-pasir halus berwarna merah. Saat menyelam pun bisa terlihat batuan merahnya. Alam bawah laut pantai merah ini sudah tak diragukan lagi. Ketinggian satu meter saja segala jenis ikan dan koral berwarna warni bisa ditemui. Mengikuti saran teman saya yang sudah duluan sampe di isni pun akhirnya selama trip saya dua kali ke pantai merah! Daftar snorkeling di pulau Kelor pun dicoret. Hehe..

Mawar laut
Segala jenis ikan saya hanya sempat merekamnya dengan video.
Tunggu ya!
Sepertinya saya harus berlatih memotret di dalam air. Beberapa hasil rekaman video underwater saja banyak yang shake (wishlist 2013: punya gopro). Yasudahlah, saya memang ditakdirkan harus menikmatinya saja, tak perlu repot-repot merekamnya. Walaupun jelek, tapi masih bisa masuk proses editing, kok. Jadi tunggu ya videonya, saat menulis ini videonya masih digodok, belum matang. Hehehe.. Pun cerita petualangan saya di Flores masih panjang. Masih berlanjut di episode berikutnya. Seperti takkan habis untuk diceritakan. Bisa berenang bebas di laut Flores adalah impian saya yang kesekian yang sudah terwujud. Ah.. Thanks dreams! Because of you, I had many wonderful journeys!

Six years ago..





And now..



We're still the same.
We laugh. We talk too much. We share our life stories.
Or just make a joke about sex or... Hahaha..
And now we're single, Omg..
Do you remember, in 2007, what did we talk about when we rode Bianglala Dufan?
Who will be the first to get a bf/gf?
(It did not really important, seriously)
And now,
I ask you guys,
Who will be the first to get married?
Let's see 5 years from now on!!




"An ordinary beach, with beautiful waterfall.. Mmm, I think the opposite."
Pulau Moyo. Sumbawa, NTB | 16 November 2012
Hentaman marimba dan harmoni dalam lagu Mew - Hawaii membuat saya mengingat kembali tempat ini. Tujuan orang-orang ke pulau ini adalah air terjun Moyo. Tapi karena saat itu musim panas, air terjunnya jadi biasa-biasa saja. Malah lebih keren air terjun Cikaso di Sukabumi itu. Hehe.. "So why don't you take pictures of its beach?" I said to myself when my friends focused on the waterfall. Dan satu-satunya orang yang leyeh-leyeh di pantai ini ya saya.. sambil ngadem di bawah pohon.

Hari itu saya tak muda lagi, bertambah lagi satu bilangan di usia saya. Telepon berdering sejak malam yang menganggu tidur saya, pesan singkat yang masuk lewat ponsel, messenger, line dan whatsup, kawan-kawan lama tak jumpa yang masih saja ingat.

"Selamat datang Niken di dua puluh empat!"
"Mimpi dan cita apa yang sampai saat ini belum kesampean, ken?"

"Kau dapat salam dari laut flores."
Saat itu saya ingin sekali melewatkan hari bersama dengan laut. Tahun ini saya belum kemana-mana! Saya masih saja duduk dibelakang layar 14 inchi sambil mengetik. Saya kangen laut!

90 meters ray of light Goa Jomblang, Jogjakarta
11 Oktober 2011

Aku ingin hidup mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang beraksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan.

Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin.

Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!

~ Edensor, p. 42


Bermimpi menjelajah ke Eropa. Sepuluh Februari dua ribu delapan waktu itu. Lama sekali, hampir lima tahun berlalu. Saat itu, menjelajah Eropa hanya muncul di angan-angan saja karena saat itu saya belum menyadari adanya passion traveling di diri saya. Saat ini tekad sudah melekat, satu atau dua tahun lagi saya akan terjebak di dunia entah berantah, sambil menggendong ransel biru dan membaca peta. Saya akan bertemu dengan orang-orang asing. Saya akan tersesat, menjumpai tempat-tempat yang tak pernah saya lihat. 

Setahun lalu, saya bermimpi untuk bisa menikmati secangkir kopi di Labuan Bajo. Saat itu saya hanyalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang biaya hidup saja masih tergantung orang tua. Setiap merencanakan perjalanan, saya harus pintar-pintar menyisihkan uang jajan saya. Menjelajah Flores saat itu adalah penyemangat saya untuk menyelesaikan tugas akhir. Saya percaya saya akan benar-benar mewujudkannya. Dan benar, kurang dari setahun kemudian saya duduk di balkon paradise bar menghadap laut menikmati kopi flores setelah senja mulai hilang berganti malam..

Tahun ini saya ingin buat resolusi! "Hidup kita membosankan ya, ceu?" Obrolan itu dimulai di sebuah warung kopi. "Tapi kita itu awesome!" Malam itu kami membagi cerita dan keluh kesah. Hujan dan penat bercampur aduk dengan kopi hitam. "I want to make something great, I want to change my life." Kerja kantoran, duduk berjam-jam di depan komputer, sepertinya bukan gue banget!


Kali kedua saya mampir lagi ke warung kopi yang sama, bersama dengan sahabat-sahabat saya di kantor. Berkenalan dengan Mas Deni, barista paling cool di warung kopi itu. "Kita itu hidup pasti bekerja, siapapun dan sampai kapanpun. Uang adalah bonus, yang terpenting adalah kita menikmatinya atau tidak." Kata-katanya itu jleb membuat saya semakin ingin bergerak. Melangkah, maju atau mundur, cepat atau lambat, yang pasti saya tidak ingin tetap dalam posisi nyaman seperti ini. Saya ingin sesuatu yang berbeda yang bisa membuat saya meletup-letup. Kerja = passion. Itu adalah target saya tahun ini untuk menjadi jejak langkah dan bekal menuju mimpi saya ke Eropa. Dan saya percaya, semesta mendukung!