List itinerary selama di Kyoto sebetulnya banyak. Karena emang dari awal kita mau lama-lamaan di kota yang touristy ini. Tapi ada drama yang bikin kita jadinya hanya mengunjungi spot mainstream saja selama di Kyoto. Dan juga karena kita ngga bisa mengalahkan cuaca dingin yang bikin mager, jadi yang harusnya jam tujuh pagi kita udah di lokasi tujuan, jam segitu kita masih angop-angopan dibalik selimut yang anget.

— Postingan ini saya tulis sebelum pindah rumah. Didukung oleh foto-foto setelahnya.


Ceritanya sambil menunggu si rumah impian jadi, saya mulai sibuk nyicil barang-barang fungsional untuk di rumah nanti. Tujuannya sih biar lebih irit, secara kalau bangun rumah kan udah makan budget paling gede. Ditambah belum genap setahun kami pulang dari long trip ke Eropa, rasanya uang ga pernah mampir lama di tabungan T.T Beberapa barang yang saya buat dari hasil menyontek di Pinterest adalah barang yang usability nya paling gede, diantaranya sofa, coat stand dan meja kopi.


Dari tahun 2015 saya dan Nisa sudah mulai hunting tiket ke Jepang. Waktu itu kami hampir dapat tiket promo pas Spring 2016, tapi kehabisan di tanggal yang kita pengenin. Saya meyakinkan Nisa untuk merubah timing ke musim gugur aja. Kita ngepasin tanggal yang enak musim gugur di dua perfektur (Kanto dan Kansai) karena puncak musim gugur di Jepang ngga merata.

Suka banget pake Fuji X70. Ukurannya yang mini bisa masuk kantong jaket. Ngga perlu pake dua tangan buat jepret. Cekrak-cekrek. Ngga ribet buka tutup lensa, karena lens cap nya sengaja ku tinggal di Jakarta, cuma pake filter UV buat ngelindungin lensa depan nya yang cukup tipis. Gerimis hujan pun ngga masalah, karena tangan kiri ready megang gagang payung, tangan kanan jeprat-jepret. Jalan-jalan mengitari distrik-distrik di Tokyo pun jadi lebih menyenangkan.




Desember 2017, saya memutuskan untuk vakum dulu dari pekerjaan lepas sebagai fotografer wedding. Saya ingin mengembalikan gairah memotret yang sempat bikin jenuh karena tiap weekend harus standby moto-in orang. Itu lah kenapa saya lepas peralatan tempur memotret saya sebelum berangkat ke Jepang. Saya ganti dengan kamera poket super unyu yang muat di saku jaket. Saya ingin lebih menikmati perjalanan. Saya ingin bebas berekspresi. Karena hal pertama yang membuat saya jadi suka memotret adalah tempat-tempat amazing yang saya singgahi dalam perjalanan. And to make a bright fresh start this year adalah dengan posting foto lanskap Iceland yang masih terasa surreal sebelum terkubur di harddisk. Ini adalah perjalanan ku tahun 2016. Trip super impulsif dan super awesome saat kami di Eropa.

The best trip ever 

Mau jalan-jalan kemana lagi?

Pertanyaan yang ku jawab dengan senyum mesem saja. Karena tahun kemarin sejujurnya saya ngga kemana-mana. Dalam setahun kemarin saya hanya main ke Situ Gunung (nonton konsernya Float), kemping ceria sama adek-adek di Pulau Melinjo, main air sekeluarga ke The Jungle Bogor dan Snowbay lalu mengakhiri trip ke Jepang berduaan sama Nisa. Kenapa? Karena saya ngga bisa nabung buat jalan-jalan. Tabungan semua dikerahkan untuk bikin rumah. Rumah mungil buat tempat berteduh, bobok nyaman, dan bisa berkebun sesuka hati dan tentu saja karena saya udah capek pindahan terus. Tanpa disadari, rumah yang mulai dibangun sejak tanggal 12 Desember 2016 selesai di minggu ketiga Desember 2017 (lama banget!)