A misty morning at Pangalengan, Bandung. 
Berjumpa sang surya yang baru terbangun. 
Meniti jalan, melangkahkan kaki demi sesuap nasi. 

Jalan berkabut di pagi, menjadi teman setia memulai hari.

Pangalengan, Bandung 11 Februari 2012

Karena terlalu senang main air.. sampai sok-sok an nyelem pake masker. Padahal niatnya mau berburu foto di sana. Akhirnya cuma ini yang bisa ngegambarin kalau air terjun Cigamea yang terletak di Gunung Bunder, Bogor ini patut dikunjungi. Setidaknya ini tempat terdekat dari Jakarta untuk melepas penat. Daripada menghabiskan uang belanja ke mall atau ngopi ke cafe, nyebur di sini bisa buat fresh lagi! Modal naek commuter line sampai stasiun Bogor, dilanjut dengan sewa angkot patungan ber-sepuluh. Perjalanan one-day trip bareng teman-teman kantor dan pacar kecilku si Ibas ini, cukup menyenangkan dan bikin kita ketagihan untuk bikin trip-trip gembel selanjutnya di sela-sela weekend yang selow!

Curug Cigamea dari jalur trekking


Saya menyusur sungai agak kebawah, karena di atas sudah terlalu ramai

Adeeem..

Serius, monyet-monyet di sini nggak kalah galak sama monyet-monyet di Uluwatu.
Watch out your snacks!

Don't do duck diving there!

Ujung sungai dari aliran Curug Cigamea yang menjadi batas untuk dilalui. Bening men!

Someday he'll be a real adventurer.
(Mengikuti jejak sang kakak)

Anak lelaki ini datang tergesa-gesa menghampiriku dengan keringat yang mengucur dari dahinya. Ia menggenggam dua batang eskrim yang sudah mulai meleleh. Ia berikan satu batang eskrim itu untukku tanpa aku minta sambil tersenyum. Dan bibirku pun langsung mendarat di pipi kanannya. 

Sambil menemaniku merebus mie di dapur, dia bercerita sambil menjilat-jilat eskrim yang mulai membuat tangannya belepotan. "Kalo hukum Islam itu harusnya setimpal kan? Kalo ngebunuh ya harus dibunuh kan?" Wah anak seumur gini kok nanyanya berat banget. "Temen aku, si Ali, dia dikata-katain sama si Andi kalo dia kayak monyet. Eh terus si Ali mukul si Andi. Harusnya kalo dalam Islam si Ali ngatain balik dong, jangan mukul."

Sambil mengusap-usap kepalanya aku mencoba memberinya penjelasan. "Kalau hukum Islam memang harus setimpal, tapi itu gak berlaku di Indonesia. Kalau temen kamu dikatain kayak gitu ya sabar aja. Gak harus dibales kan. Nanti dosanya si Ali berkurang lho. Kalau sama-sama mukul nanti sama-sama sakit kan ga enak." Aku mencoba membuatnya paham sambil sesekali nyengir. Ia pun mencoba memahami perkataanku. "Berarti kalo aku dikatain orang atau dijahatin orang aku aminin aja yah. Nanti dosa aku berkurang." Aku pun mengangguk dan memberi senyuman tanda aku mendukung perkataannya. 

Di situ aku terhelak. Jujur saja seharian ini aku kesal. Aku marah. Aku ingin balas dendam ke orang yang hari ini melukai hatiku. Aku pun sempat kepikiran hal yang tidak-tidak. Aku tidak rela, aku juga ingin membuat dia terluka setidaknya sama seperti apa yang aku rasakan. Tapi perkataanku ke anak lelaki tadi membuatku tersadar. Aku malu. Dalam hati "Sudah ken, bersabarlah. Lupakan saja dan bersyukurlah saat ini kau masih bisa berkumpul dan tertawa lepas bersama dengan orang-orang yang kau kasihi." 

Kemudian kami makan mie rebus di mangkuk yang sama berdua. Sesekali aku menjitak ringan kepalanya. Ibas, adik lelaki ku yang paling kecil ini, yang usianya saja belum genap sepuluh tahun menyadarkanku, betapa pun sakitnya kita dilukai oleh orang lain, bersabar saja dan berbahagialah. Tunggu saja, karena Tuhan selalu punya rencana indah yang kita tidak pernah tahu. 

Love you, 
My little angel


Pose ala pangeran tuksedo bertopeng nya Sailormoon