Cara untuk menjadi tetap muda adalah dengan banyak tersenyum dan bahagia. Menikmati hal-hal yang sederhana, memberikan waktu untuk beristirahat dari penat pekerjaan, bertemu dengan teman-teman, dan piknik!



Jumat pagi (23/11), setelah solat subuh, kamu membangunkan saya yang masih enggan beranjak dari tempat tidur. "Mau cheese cake gak?" katamu. Ohiya, saya baru ingat kalau hari ini adalah hari pernikahan kami, empat tahun yang lalu. Karena masih kurang tidur, saya bilang nanti aja. Masih ingin melanjutkan memeluk bantal dan bersembunyi di dalam selimut.  Hahaha.. Nggak jadi romantis deh, kalah sama rasa kantuk.


Aku kangen Malaaaaaaang...!

Senin sore saat senggang, entah kenapa tiba-tiba saya kepikiran Sempol, salah satu jajanan khas dari Malang. Setau saya di Jakarta sangat jarang sekali ada jajanan ini, satu-satunya yang saya temukan dan lumayan enak cuma abang-abang gerobak di depan Stasiun Tebet. Itu juga kalau beli harus ngantri. Biasanya kalau lagi mudik ke Malang, dari bandara Abdurrahman Saleh, saya pasti langsung nyari jajanan ini. Beli 30 ribu tanpa digoreng, bisa dapet (70 tusuk) segerobak! Belinya bisa dimana aja, karena jajanan ini masih eksis di sana.

Ken Laruku dan Toru One Oke Rock

Beberapa hari belakangan ini lagi sering ngedengerin salah satu band Jepang aliran rock yang dari jaman kuliah  (sekitar tahun 2008-2010) lagu nya menemani ku di kala lagi main ke kosan nya si Aan. Namanya One Ok Rock (singkatnya OOR), lagu yang dulu didengerin cuma "Keep It Real", "Kanzen Kanku Dreamer" dan "Wherever you are". Soalnya waktu itu yang ada di hati cuma Laruku. Hehe. Terus jamannya kerja di kantor sekitar tahun 2012, aku mulai ngikutin lagi band ini gara-gara film Rurouni Kenshin yang ending soundtracknya diisi sama band ini. Wow, jenis musik nya mulai berubah, kalau dulu kan sound nya Linkin Park banget, sekarang udah mulai beda. Dengerin aja "The Beginning", keren abis tjuk kayaknya enak kalau buat dimainin di studio. Lalu terkumpul lah 4 orang temen kantor, Maki, Nino, Bre, dan Anto yang terpaksa mau diajakin main ke studio. Tapi akhirnya lagu yang dimainin malah lagunya Flip "Butterfly" gara-gara ngga ada yang mau nyanyi, jadi aku yang terpaksa nyanyi sambil nge-rhytem alay. Hahaha.




Juni, 2017— Ceritanya setelah liburan (baca: mudik) hampir dua minggu di Malang, saya dan Bre meluncur meninggalkan kota ini menggunakan kereta Jayabaya ke arah Jakarta. Saya transit di kota Semarang dan Bre lanjut ke Jakarta. Saya sendiri sengaja melipir ke tempat kelahiran saya ini karena rindu sama adik-adik sepupu yang kebanyakan mereka memang tinggal di Semarang. Sudah tiga tahun saya ngga mudik ke sini karena Mbah Kung dan Mbah putri sudah ngga ada, ke Semarang pun paling ke kondangan sepupu saja. Jadi ingin melepas kangen dengan panasnya kota yang membuat saya bisa mandi sampe tiga-empat kali sehari.



Lama tak jumpa, blog!

Ternyata sudah lewat lebih dari tiga bulan posting blog terakhir. Padahal ngga sibuk-sibuk banget, hanya saja waktu untuk berleyeh-leyeh memang agak berkurang. Jangankan untuk bersantai, pergi piknik saja tak ada waktu (dan dana). Sungguh lika-liku membangun tempat tinggal tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada saja problematikanya. Untung saja saya masih diingatkan bahwa sebagian kecil itu hanya urusan dunia —yang fana. Kita tidak boleh lupa untuk tertawa bahagia, untuk menyimbolkan rasa syukur.

Jika saya boleh buat kutipan, Rak mathuk na rak mangan ning pengger ndalan Jogja, yang artinya ngga sedap kalau ngga makan di pinggir jalan Jogja.


Lagi kepingin banget solo traveling, jalan-jalan keliling kota sendirian, karena semua temen yang udah diajakin sampai dirayu-rayu pada ngga bisa. Kenapa? Karena mereka ngga rela kalau harus motong cuti. Semua cuti disimpin buat long trip akhir —white collar problems. Sedih. Ngga dibolehin kalo pergi sendirian. Dilematis juga sama harga tiket akhir pekan. Yasudahlah pasrah saja sama semesta. Di sela-sela penatnya kerjaan, menyelipkan hiburan dengan nonton drama Jepang dan Korea. Akkk! Aku pingin jalan-jalan!


Hari ini begitu produktif. Meskipun bangun agak kesiangan, dari pagi hingga saat saya menulis ini sudah banyak hal yang saya kerjakan. Setelah sarapan pagi ala enggres —roti panggang dan teh manis anget, saya mendapat pesan singkat dari grup WhatsApp untuk mengecek tiket pesawat. Saya buka laptop dan mulai rempong membahas harga dan ketersediaan tiket yang bikin gundah gulali. Pukul setengah sembilan, saya terheran-heran melihat Bre masih tidur-tiduran baca buku. Kok ni orang ngga siap-siap berangkat ngantor sih. Ealaaah~ ternyata hari ini tanggal merah toh. "Mentang-mentang ngga ngantor jadi ga tau hari libur." Nisa ngeledek di telepon, Bre senyum-senyum sambil guling-gulingan di kasur.



Ini sudah kali ke empat ditanyain gimana caranya transfer antar bank bebas biaya. Sebenernya ngga perlu nanya ke aku sih, kan ada Mbah Google, bisa menjawab lebih cepat dari pada nanya ke saya yang lagi sibuk-sibuknya ngerjain proyek buat beli tiket ke *****. Tulisan ini ku persembahkan untuk teman-teman yang suka nanya lewat WhatsApp. Jadi biar nggak bolak-balik ngasi taunya, aku tulis lewat sini ya fren. Ada beberapa aplikasi gratis yang bisa kita gunakan, seperti ipotpay.com, flip.id, bebasbayar.com, shivapp.com dan payfazz.com. Salah satu yang sering saya gunakan adalah flip.id. Ini bukan tulisan berbayar yah, hanya tulisan iseng buat ngebantu teman-teman yang suka riwih dan sering transfer beda bank.



Saat tak ada ide menulis seperti ini, saya mencoba melihat daftar draft yang ternyata lumayan banyak, ada sekitar tujuh puluh judul tulisan yang tidak pernah tersentuh. Beberapa diantaranya hanya judul dan ada pula yang sudah sampai beberapa paragraf namun tidak memiliki judul seperti tulisan berikut. Sudah hampir 5 tahun tulisan ini terlantar tanpa judul, tentu saja saya lupa. Saya mencoba mengingatnya, karena saya sudah dua kali baca tulisan ini namun saya tidak ingat dengan siapa saya berbicara dan ini tentang siapa. Saya baca ulang lagi untuk ketiga kalinya, dan saya baru ngeh di kalimat terakhir. Dan saya sontak tertawa setelah mengingatnya. Oh, saya pernah galau juga ternyata!


Halo, Mar!

Ini bulan Maret, ya. Bulan yang penuh kasih sayang karena dalam sebulan ini orang-orang terdekatku merayakan hari kelahirannya. Mulai dari si partner hidup, mama, bapak & bapak mertua, Hana, Nisa, dan teman-teman main ku yang lain di penghujung bulan Maret. Jadi Maret adalah bulan bagi-bagi hadiah untuk mereka termasuk juga menghadiahi diri sendiri. Salah satunya adalah rak gudang. Saya meyakinkan untuk beli karena punya redeem poin sampai 250 ribu, yang mana pas beli jadi setengah harga *mak-emak banget*


Waktu itu masih saya masih duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah pertama. Berawal dari keisengan  saya saat main ke rumah Laili, saya tertarik membaca salah satu komik yang dia koleksi. Judulnya Flash of Wind (versi Jepangnya Kaze Hikaru). Komik ini bercerita tentang seorang anak perempuan yang menyamar jadi laki-laki (Seizaburo Kamiya) untuk bisa masuk menjadi anggota samurai karena jatuh cinta dengan gurunya (Soji Okita). Sejak pertama kali baca Kaze Hikaru, saya mulai mengoleksinya hingga hari ini. Untuk terbitan versi Indonesia baru sampai volume 32, sedangkan di Jepang sendiri buku ini tamat di volume 40 pada Mei 2017.



Kami menyusun rencana perjalanan yang cukup lebih rapi di hari ketiga di Kyoto (16/11/2017). Alhamdulillah sudah ngga ada lagi drama nyasar seperti hari sebelumnya. Hari itu kami menjelajah Fushimi Inari, menapaki jejak sejarah Shinsengumi, jalan-jalan di sekitar Gion dan mengakhiri hari di tepi sungai Kamo. 


List itinerary selama di Kyoto sebetulnya banyak. Karena emang dari awal kita mau lama-lamaan di kota yang touristy ini. Tapi ada drama yang bikin kita jadinya hanya mengunjungi spot mainstream saja selama di Kyoto. Dan juga karena kita ngga bisa mengalahkan cuaca dingin yang bikin mager, jadi yang harusnya jam tujuh pagi kita udah di lokasi tujuan, jam segitu kita masih angop-angopan dibalik selimut yang anget.

— Postingan ini saya tulis sebelum pindah rumah. Didukung oleh foto-foto setelahnya.


Ceritanya sambil menunggu si rumah impian jadi, saya mulai sibuk nyicil barang-barang fungsional untuk di rumah nanti. Tujuannya sih biar lebih irit, secara kalau bangun rumah kan udah makan budget paling gede. Ditambah belum genap setahun kami pulang dari long trip ke Eropa, rasanya uang ga pernah mampir lama di tabungan T.T Beberapa barang yang saya buat dari hasil menyontek di Pinterest adalah barang yang usability nya paling gede, diantaranya sofa, coat stand dan meja kopi.


Dari tahun 2015 saya dan Nisa sudah mulai hunting tiket ke Jepang. Waktu itu kami hampir dapat tiket promo pas Spring 2016, tapi kehabisan di tanggal yang kita pengenin. Saya meyakinkan Nisa untuk merubah timing ke musim gugur aja. Kita ngepasin tanggal yang enak musim gugur di dua perfektur (Kanto dan Kansai) karena puncak musim gugur di Jepang ngga merata.

Suka banget pake Fuji X70. Ukurannya yang mini bisa masuk kantong jaket. Ngga perlu pake dua tangan buat jepret. Cekrak-cekrek. Ngga ribet buka tutup lensa, karena lens cap nya sengaja ku tinggal di Jakarta, cuma pake filter UV buat ngelindungin lensa depan nya yang cukup tipis. Gerimis hujan pun ngga masalah, karena tangan kiri ready megang gagang payung, tangan kanan jeprat-jepret. Jalan-jalan mengitari distrik-distrik di Tokyo pun jadi lebih menyenangkan.




Desember 2017, saya memutuskan untuk vakum dulu dari pekerjaan lepas sebagai fotografer wedding. Saya ingin mengembalikan gairah memotret yang sempat bikin jenuh karena tiap weekend harus standby moto-in orang. Itu lah kenapa saya lepas peralatan tempur memotret saya sebelum berangkat ke Jepang. Saya ganti dengan kamera poket super unyu yang muat di saku jaket. Saya ingin lebih menikmati perjalanan. Saya ingin bebas berekspresi. Karena hal pertama yang membuat saya jadi suka memotret adalah tempat-tempat amazing yang saya singgahi dalam perjalanan. And to make a bright fresh start this year adalah dengan posting foto lanskap Iceland yang masih terasa surreal sebelum terkubur di harddisk. Ini adalah perjalanan ku tahun 2016. Trip super impulsif dan super awesome saat kami di Eropa.

The best trip ever 

Mau jalan-jalan kemana lagi?

Pertanyaan yang ku jawab dengan senyum mesem saja. Karena tahun kemarin sejujurnya saya ngga kemana-mana. Dalam setahun kemarin saya hanya main ke Situ Gunung (nonton konsernya Float), kemping ceria sama adek-adek di Pulau Melinjo, main air sekeluarga ke The Jungle Bogor dan Snowbay lalu mengakhiri trip ke Jepang berduaan sama Nisa. Kenapa? Karena saya ngga bisa nabung buat jalan-jalan. Tabungan semua dikerahkan untuk bikin rumah. Rumah mungil buat tempat berteduh, bobok nyaman, dan bisa berkebun sesuka hati dan tentu saja karena saya udah capek pindahan terus. Tanpa disadari, rumah yang mulai dibangun sejak tanggal 12 Desember 2016 selesai di minggu ketiga Desember 2017 (lama banget!)