Lelungan Ing Jogja

May 13, 2018


Lagi kepingin banget solo traveling, jalan-jalan keliling kota sendirian, karena semua temen yang udah diajakin sampai dirayu-rayu pada ngga bisa. Kenapa? Karena mereka ngga rela kalau harus motong cuti. Semua cuti disimpin buat long trip akhir —white collar problems. Sedih. Ngga dibolehin kalo pergi sendirian. Dilematis juga sama harga tiket akhir pekan. Yasudahlah pasrah saja sama semesta. Di sela-sela penatnya kerjaan, menyelipkan hiburan dengan nonton drama Jepang dan Korea. Akkk! Aku pingin jalan-jalan!

Doaku terjawab. Tiba-tiba Bre ngirim pesan lewat WhatsApp. Katanya, kantor doi mau ada gathering ke Jogja di bulan April. Wajahku pun langsung berbunga-bunga. Kok jadi saya yang seneng? Sebetulnya gathering buat karyawan nya aja, bukan family gathering. Tapi saya udah punya ide gimana caranya supaya saya juga bisa ngerasain liburan. Saya nyusul doi di hari terakhir acara gathering. Saat itu tanggal gatheringnya belum pasti. Akhirnya tiket pun di tangan setelah melalui drama panjang karena tanggal jatuh di long weekend (hari kejepit Hari Buruh Sedunia).

Selama gathering, Bre nyobain Jeep Lava Merapi Tour, Tebing Breksi, Cave Tubing Kalisuci, dan Hutan pinus Pengger. Setelah gatheringnya bubar, sebagai travel mate yang baik, saya pun membebaskan Bre untuk memilih itin selama di Jogja (It's his first time after long time —terakhir waktu dia masih SD). Toh saya udah sering banget ke Jogja, jadi kemana aja pun saya okeh. Berikut catatan singkat selama 4 hari kami berada di Jogja.

Gumuk Pasir Parangkusumo


Main ke Gumuk Pasir menjelang siang hari adalah pilihan yang salah (pakai baju hitam lebih salah lagi). Apalagi cuaca hari itu cerah. Dan Bre kekeuh mau belajar sandboarding. Kawasan Gumuk Pasir ini berada di daerah pantai Parang Tritis. Kalau dari kota hanya berjarak 25 kilometer, ngga sampai satu jam bisa kita tempuh.

Merosooot~
Kalau kemari hanya untuk foto-foto saja rupanya sayang. Cuma dapat panas sama gosong. Awalnya hanya Bre yang belajar sandboarding. Saya pun jadi ikutan karena gemes melihat Bre yang sudah lebih dari lima kali gagal sliding. Saya coba sekali langsung bisa dong [Achievement Unlocked]. Tapi yang kedua dan ketiga gagal waktu landing di bawah, sampai jungkir balik dan ngga cuma ngemut pasir, badan penuh pasir ampe ke dalem-dalem. Untuk melengkapi pengalaman main sandboarding, kami berdua merosot bareng sambil duduk lalu didorong sama mas Ivan, yang ngajarin kita. Seru banget berasa main rollercoaster.




Pantai Ngobaran


Tak ada rencana main ke pantai, karena barisan pantai ketjeh yang ada di Jogja cuma ada di Gunung Kidul dan Gunung Kidul itu jauh banget dari kota, bisa 2 - 3 jam jarak tempuhnya. Kelar main sandboarding Bre tiba-tiba ngajakin, pengen lihat matahari terbenam di pantai. Saya pun browsing pantai terdekat dari Gumuk Pasir. Ada pantai Gesing dan Ngobaran. Karena bingung saya nanya sama mamas yang jaga parkir. "Ngobaran aja mba, lebih bagus." Meluncur lah kita kesana lewat jalur dari Parang Tritis.


Dari sekian banyak pantai di pesisir Gunung Kidul yang sudah saya jelajahi, ada yang beda dengan pantai Ngobaran. Waktu baru sampai, saya langsung berasa ada di Bali. Suasana ramainya, banyaknya patung-patung dari batu, pura, pohon kamboja, dan wangi dupa. Kami menghabiskan waktu melewati senja di sini. Prikitiw!

Wisata Kalibiru


Gunung sudah, pantai sudah, hutan sudah, berarti tinggal danau. Namanya Waduk Sermo, danau buatan yang ada di wilayah Kulon Progo, salah satu dari empat kabupaten di Jogja (yang lainnya Bantul, Sleman dan Gunung Kidul). Selama ini tahu Kulon Progo waktu main ke Sendang Sono, ternyata sekarang sudah jadi primadona wisata di Jogja, biar ngga Borobudur terus sama Malioboro.


Wisata Kalibiru adalah tempat di mana kita bisa melihat pemandangan Waduk Sermo dari atas.  Waktu baru sampai kami langsung foto-foto di dua spot lalu mencari tempat selonjor (warung makan) yang menghadap ke waduk sembari makan siang. Cukup lama kami berada di sini. Menikmati sejuk angin, warna biru langit dan hijau hamparan hutan.

Alun-alun Kidul


Sore terakhir di Jogja, giliran Bre yang menanyakan saya ingin kemana. Sejujurnya pengen ke Candi Ratu Boko. Ngga terlalu jauh sih dari kota. Tapi sudah terlanjur malas membayangkan macetnya Jogja di sore hari. Kota Jogja udah ngga kayak dulu lagi, sekarang macet di mana-mana. Muter-muter lah kita di daerah sekitaran Alun-alun Kidul dan kompleks Taman Sari. Dan akhirnya motor kita parkir di Alun-alun Kidul. Terus jajan sempol sama telor gulung. Menikmati fragmen malam di kota yang riuh dan syahdu ini.


Kemudian Bre ngeyel pengen main sepeda hias yang tampak menggoda mata karena warna-warni cahaya lampunya. Aduh udah males nggowes sikil ini, dari semua yang dia pengen (Sandboarding Gumuk Pasir, ke pantai, terus maunya makan di Angkringan melulu, sama makan eskrim di Tempo Gelato), saya menolak yang ini.

Mlaku-mlaku nang Jogja (jalan-jalan di Jogja) adalah rencana dari tahun kemarin yang selalu tertunda, karena faktor waktu dan rumah (membangun rumah impian sungguh membutuhkan budget yang tidak sedikit). Untungnya Jogja kota yang ramah kantong terutama kulinernya. Hahaha. Dan ke Jogja tanpa kuliner itu seperti makan Samyang tanpa kimchi. Habis ini, tulisan tentang kuliner Jogja dengan budget mahasiswa akan saya tulis.


P.S.

Jogja adalah kota banyak kenangan, bagiku. Separuh cerita perjalananku ada di kota ini. Banyak cerita yang sudah terukir. Dan bersama dia membuat ku bisa menertawakan semua cerita itu, semua kenangan itu. Hidup hanyalah sekumpulan pertemuan dan perpisahan yang dirangkum dalam cerita-cerita. If you can laugh it off, you already living in the present. 

No comments

Post a Comment