So this year, we couldn't make to explore our destination dream.

Kenapa Macau?

Kami berdua sama-sama suka keliling kota. Maka pilihan paling pas untuk long trip sekalian honeymoon dan anniversary kami adalah keliling kota! Jatuhlah ke Macau, dengan alasan karena tergiur promo. Hehe.. Selain itu karena memang setelah browsing, kota Macau menyimpan banyak pesona sisa-sisa jajahan Portugis sehingga berjalan diantara bangunan-bangunan tua dan memiliki arsitektur yang kaya memberi romansa yang tak pernah membuatku bosan. 

Sepanjang perjalanan trip selama 5 hari ke Macau, kami mampir ke Kuala Lumpur, Hong Kong dan Bangkok. Kenapa jadi banyak mampirnya, hahaha.. Rencana awal mau ngabisin 5 hari di Macau batal gegara di Macau lagi ada Grand Prix (19-22 November, di mana jadwal trip kita 19-23 November). Karena tiket udah terlanjur di tangan dan males ribet ngurus reschedule, akhirnya kita ubah itinerary dan mampir ke Hong Kong. Tiga jam di bandara Kuala Lumpur, dua hari di Hong Kong, tiga hari di Macau dan tujuh jam di bandara Dong Mueang. Butuh itinerary lengkap? Mail me!

Selama tiga hari di Macau, kami keliling kota mengunakan bus dan jalan kaki. Dengan modal itinerary yang saya print, serta beberapa screen shot map di ponsel. Kami ngga beli SIM card seperti waktu perjalanan kami keliling Phuket naik motor, karena kami memperoleh info kalau di Macau wifi nya tersebar di spot-spot turis jadi ngga perlu khawatir bakal nyasar.  

Sekilas Macau : The Little Europe and Las Vegas of Asia

Macau, kota kecil bagian dari Cina yang terkenal dengan judi dan kasino-kasino nya ini mirip Las Vegas. Awalnya kami pikir hanya ini yang jadi sorotan wisata di sana. Terus teringat kembali sama drama Korea yang berkisah Gum Jan Di berkelana ke Macau ngejar-ngejar cintanya Gu Jun Pyo, banyak spot-spot yang dimunculin yang kayaknya buat promosi wisata kali yah. Kemudian saya coba browsing dan ternyata Macau menyimpan harta karun berupa arsitektural dan tata kota yang cantik. Macau adalah bekas jajahan Portugis yang baru merdeka tahun 1999. Banyak bekas peninggalan Portugis yang masih terawat dan menjadi daya tarik wisata. 

Screenshots KDrama Boys Before Flowers di Macau
Sumber: http://evacuatewithstyle.org/blog/2009/02/boys-before-flowers-episode-14/

Macau sebenarnya adalah wilayah administratif khusus yang berada di pesisir selatan Cina, yang memiliki mata uang sendiri dan bebas visa. Terdiri dari 3 wilayah yaitu Macau Peninsula, Taipa dan Coloane. Saat ini ada pulau baru bernama Cotaipa yang merupakan pulau buatan yang menggabungkan Taipa dan Coloane. Di pulau Cotaipa ini lah berdiri bangunan-bangunan megah berupa hotel, resort dan kasino. Beberapa nama bangunan di Macau menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Portugis dan bahasa Inggris. Meskipun begitu, bahasa yang digunakan oleh warga lokal adalah bahasa Mandarin atau Kanton. 

Pendudukan Portugis di Macau selama lebih dari 400 tahun, menjadikan Macau kaya akan kuliner yang juga menjadi daya tarik wisata dan arsitektur nya membuat kita serasa jalan-jalan di Eropa. Rasa-rasa nya Macau bisa jadi obat penenang kegelisahan kami gundah gulali karena menunda keberangkatan kami ke Eropa tahun ini. 

Menuju Macau

Sebetulnya kami beli tiket PP Jakarta - Macau, namun karena adanya GrandPrix kami putuskan untuk mengeksplor Hong Kong dahulu baru Macau. Jadi saat hari pertama sampai Macau, kami langsung ciao ke pelabuhan dan nyebrang ke Hong Kong. Baru lah di hari ketiga trip, kami berlayar ke Macau untuk menjelajah kota cantik itu sesungguhnya.

Dari penginapan kami di Hong Kong (21/11) kami jalan kaki menuju Hong Kong China Ferry Terminal (KowLoon Ferry Terminal) untuk go show membeli dua tiket ke Macau. Masih pukul delapan pagi tapi di lokasi departure yang berada di lantai 1F ini sudah ramai. Beberapa counter tiket menempelkan jadwal jam keberangkatan yang tersisa ke Macau. Pukul 12:00, dan kami harus menunggu selama 4 jam untuk ke Macau. Ngga peduli weekday atau weekend, kejadian kayak gini udah sering terjadi, makanya kita musti dateng lebih pagi atau pesan lewat online. Sayangnya pesan lewat online ini, jika kita telat datang dari jadwal yang sudah dipilih, tiketnya hangus. Maka nya kami terpaksa go show dan pasrah ketika harus nunggu selama itu. But wait, ngga ada yang namanya bosen dalam kamus jalan-jalan kami, 3 jam kami habiskan mampir ke KowLoon park yang lumayan luas dan lokasinya tidak jauh dari Ferry Terminal.

Tiket Turbo Jet Macau Outer - KowLoon. Tiket normal HK153, karena ini malem jadi kena HK189
Ingat tiket malam hari selalu lebih mahal kira-kira HKD36 (sekitar 60ribuan)
Space untuk kaki lumayan lebar jadi bisa selonjoran

Kapal ferry yang melayani penyebrangan dari Hong Kong menuju Macau dan sebaliknya ada dua, TurboJet dan CotaiJet. Info jadwal Ferry dari Macau dan Hong Kong lengkap sudah saya tulis di sini. Berhubung kami menginap di daerah KowLoon maka kami naik ferry dari Hong Kong China Ferry Terminal. Kami memilih naik TurboJet karena rutenya langsung menuju Macau, tidak seperti CotaiJet, meskipun berangkat lebih awal satu jam ternyata rute CotaiJet belok dulu ke Hong Kong International Airport (Sheung Wan Ferry Terminal).

Di dalam Ferry, kami harus pake sabuk pengaman. Jadi ngga ada yang mondar mandir kecuali ke toilet.

Taipa Ferry Terminal
Lokasinya berada dekat di samping Macau International Airport. Siang hari kita bisa jalan kaki langsung menuju kesana. Kalau malam hari agak riskan karena ngga banyak penunjuk jalan.
Cotai Jet
Operations Hours: 24 hours
Turbo Jet
Operations Hours: 14:00 - 17:00

Macau Outer Ferry Terminal 
Lokasinya berada di Macau Peninsula (pusat kota Macau).
Cotai Jet
Operations Hours: 09:30 - 17:00
Turbo Jet
Operations Hours: 24 hours

Hong Kong China Ferry Terminal (TST Pier, Kowloon Ferry Terminal)
Cotai Waterjet
Route : TST Pier - Taipa, TST Pier - Outer Harbour
Counter : Chu Kong Passengers Company Limited, Shop 1-5A, 1/F China Ferry Terminal, 33 Canton Road, Tsim Sha Tsui
Turbo Jet
Counter : Shop No. B09, 1/F China Ferry Terminal, 33 Canton Road, Tsim Sha Tsui

Hong Kong Macau Ferry Terminal (Hong Kong Island)
Cotai Waterjet
Route : TST Pier - Taipa, TST Pier - Outer Harbour
Counter : Shop 305D, Shun Tak Centre, 200 Connaught Road, Sheung Wan, HK
Turbo Jet
Counter: 3/F Shun Tak Centre, 200 Connaught Road Central, Hong Kong

Kami sampai Macau sekitar pukul satu siang, sudah ramai sekali karena Macau Ferry Terminal bersebarangan langsung dengan trek GrandPrix. Seperti anak ayam kami mulai kebingungan karena beberapa jalur bus ditutup. Seharusnya kami menggunakan bus no 10 ke penginapan. Namun ternyata hanya ada bus no 12X yang beroperasi ke Praca Ferreira Amarral. Haduh di mana itu? Kami masih coba bolak-balik di depan ferry terminal dan ternyata memang cuma ada bus itu. Yaudah deh kita masuk aja iseng dan ternyata free. Baru tahu setelah baca di sini memang saat musim Macau Grand Prix walaupun pusat-pusat turis tetap buka, namun ada sedikit gangguan transportasi umum.

Ternyata Praca Ferreira Amaral adalah terminal bus top yang paling rame, karena menjadi bus stop yang paling banyak di lewati bus-bus di Macau. Lokasinya persis di depan Grand Lisboa dan Hotel Wynn. Di sinilah para pelancong yang kebanyakan berasal dari Cina Selatan tumpah ruah. Penuh sesak seperti layaknya suasana mudik di terminal, dan ini di tengah kota!

Karena kami sudah mulai kelaparan, kami mencoba berjalan kaki menuju penginapan, sambil cari-cari makanan di sepanjang jalan. Trotoar penuh sesak oleh para pelancong, membuat kami mulai pusing karena lapar dan terlalu banyak orang. Lalu muncul lah secercah harapan di ujung jalan, sebuah plang berlogo Pizza Hut membuat mata kami berbinar-binar. Langsung lah kami belok dan masuk melalui lift karena Pizza Hut ada di lantai 2. Kami bertemu pelayan dan langsung di antar ke meja. Orang-orang di sekiling banyak yang melirik kami. Kenapa ya, ada yang salahkah dengan penampilan kami yang acak adut karena belum sempat mandi sejak dari Hong Kong? Ternyata .. oh ternyata kami baru sadar setelah melihat meja yang sudah tersusun rapih dan melihat menu yang harganya minimal 250HKD (sekitar 450ribu). Pizza Hut di Macau ini tipenya Full Course, ada appetizer, main course dan dessert. Beda banget sama yang di Jakarta. Ini alesannya kenapa banyak yang ngelirik kita yah, gembel mau coba makan di sana. Hitung satu dua tiga, saya dan Brew pura-pura ke kamar mandi (sambil bawa tas ransel) dan ngga balik lagi. That's the second time kami salah masuk restoran. Hahaha.. Di jalan kami ketemu dengan salah satu toko kue yang menjajakan Portuguese egg tart, langsung lah lahap dua biji kami makan di pinggir jalan. Ahm.... emmm... (sambil menelan telurnya yang lebut) enyaaaaak.. Lebay gitu lah sambil merekahkan senyum lebar, kue terenak yang pernah kami makan!

Yuuuum!
Setelah sampai penginapan, dengan percakapan yang acak kadut karena penjaga penginapannya ngga ngerti bahasa Inggris sama sekali, kami lalu diantar ke kamar yang ternyata kamarnya menyeramkan! Benar-benar ngga recommend deh ini Sanva Hotel. Tapi apa boleh buat, kami udah keburu bayar sebelum sempat ngecheck dulu kamarnya. Ngga lama-lama di kamar, kami langsung ciao keluar hostel. Baru aja keluar ke jalan Riberio, para pelancong masih membanjiri jalan. Kami masih mencoba mencari alternatif makan siang (yang sebenarnya sudah pukul 4 sore), mencari makanan halal di sekitar penginapan.

Karena masih buta peta, kami langkahkan kaki saja tanpa arah yang jelas menuju Ruins of St Paul dan yang ketemu bukannya toko makanan tapi lautan manusia. Sedih banget kan, maunya refreshing jadinya malah ikut-ikutan berdesakan kayak mau nonton konser. Akhirnya kami keluar lagi ke jalan raya dan balik ke toko kue yang menjual Portuguese egg tart tadi. Lalu menggunakan bus no 26A, tanpa pikir panjang kami langsung naik dan berhenti di daerah antah berantah. Sempet mau nangis, dan pake adegan lari-larian karena jalan Avenida do Oceano, spot buat ngeshoot Macau Tower yang udah ada di itinerary kami ternyata sedang dalam perbaikan. 
Short escape dari ramenya Kota Macau


Begitulah sepelintiran awal kisah petualangan kami di Macau. Baru mulai dan udah bikin gundah, karena kami dihadapkan pada situasi yang ngga enak mulai dari penginapan yang ngga sesuai ekspektasi, itinerary yang gagal, penuh sesaknya jalanan, kelaparan, nyasar, dan hari yang mulai gelap. Tapi ternyata, ada kejutan-kejutan yang sudah menanti. Life's like a box of chocolate. Perjalanan kami di Macau masih berlanjut. You're never know what you're gonna get. Banyak kejutan menunggu untuk diceritakan.

Bersambung . . .

Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 1)
Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 2)
Mengabiskan Sisa Hari Di Coloane 

Guia Light House and Chapel

Jika punya waktu lebih dari sehari di Macau mampirlah ke Guia Hill, salah satu tujuan wisata di Macau yang tidak dipadati turis. Apalagi kalau misalnya kita datangi saat pagi hari, sepi sekali. Pemandangan yang sangat berbeda dibandingkan Ruin's St Paul atau Senado Square, padahal jarak dari sana ke Guia Hill kurang dari dua kilometer berjalan kaki. 

Pagi itu, setelah sejam duduk-duduk unyu di tangga Ruin St Paul (waktu terbaik mengunjungi benteng ini adalah sebelum pukul delapan pagi), kami langsung menuju Guia Hill. Karena terlanjur jalan kaki memutar ke Senado Square, akhirnya kami putuskan naik bus dari bus stop Praia Grande, sekalian sarapan roti di toko kue di depannya. Sembari menukar uang receh, karena selama di Macau kami menggunakan bus (tanpa Macau Pass!). Setelah bolak-balik nanya dan ngecek map, tanpa ragu kami langsung naik bus no 7 (Praia Grande - Estrada Do Cemiterio, 2 stops) yang ternyata lumayan jauh dari pintu masuk Guia Hill.  Lalu mampir ke CK, sambil jajan dan nanya-nanya. Eh ternyata kasirnya wong Semarang, hahaha.. sukses deh kita sampe ke Guia Hill berkat pertolongan mbak Nana. 

Zooming in Guia Light House dari depan CK

Setelah nanya-nanya sama petugas polisi,
kami dapat info jalan pintas sementara menuju Guia Hill karena jalan utama ditutup sama Macau GrandPrix

Beberapa warga lokal ikut asyik nonton GrandPrix gratis

Pas kami sampai di gerbang masuk Guia Hill, di sini lah awal mula kami get lost (yaelah cuma jalan menanjak 15 menit aja pake nyasar). Banyak warga lokal yang melakukan jogging di Guia Hill, maka tanpa pikir panjang langsung aja kami ikutin. Kalau mereka jogging kami santai jalan kaki. Yang lain lengkap dengan training suit kami pake jeans sama kaos hahaha. Setelah lumayan jauh kok kayaknya ngga sampe-sampe ya, jalannya juga ngga begitu menanjak tapi datar-datar aja. Kami mulai nyari tangga sepanjang jalan, dan mulai nanya-nanya ke warga lokal yang lagi jogging. 

Karena masih jam 9 pagi, kami belum ketemu turis lain! Tau lah warga lokal ngga begitu banyak yang ngerti bahasa Inggris, campur aduk sama bahasa tubuh, akhirnya salah satu dari mereka bilang kalo jalan yang kita lewatin ini trek jogging bukan trek ke Guia Light House. Doeeeng...! Masa kita musti balik lagi.. akhirnya kita nemu tangga yang sangat-sangat mencurigakan. Kami nekat naik lewat tangga itu.  Kanan kiri hutan, sepi ngga ada yang lewat.  Kami mantepin dan terus melaju melewati tangga bebatuan yang sempit sampai akhirnya tembus ke jalan yang lumayan lebar. Wuih.. ternyata tangga ini adalah jalan pintas ke jalan umum menuju Guia Light House. Kalau diinget-inget, kejadian ini mirip sama pas kita ke Puncak Phi Phi, berangkat nyasar, pulangnya lancar. Hahaha..


Dari tangga pintas tadi tembus ke sini,
ngaso dulu sambil kipas-kipas

Mirip-mirip sama benteng bukit Kahlenberg gitu lah
(inget film 99 cahaya di langit Eropa)
Dari jalan menuju Guia Light House sudah mulai terlihat skyline kota Macau
Sampai di Guia Fortress kami hanya bertemu petugas penjaga dan seorang bapak-bapak narsis yang minta difotoin melulu padahal kita lagi nikmatin pemandangan kota Macau dan sepoi-sepoi angin sejuk di atas bukit. Setelah 10 sampai 15 jepret dengan berbagai gaya akhirnya si Bapak yang setelannya pake training suit ini pamit pulang. Sangat sepi! Cuma berdua, me time banget lah. Jungkir balik guling guling nyanyi-nyanyi nari-nari dengan latar belakang kota Macau!

Macau tower nya keliatan, kecil banget tapi yah, kalah sama gedung Grand Lisboa yang sangat menonjol.

Guia Chapel and Lighthouse
Meriam yang ada di sebelah kiri benteng, menghadap ke jembatan San Va penghubung ke Pulau Taipa

Sayang nya kami tidak bisa masuk ke Lighthouse (padahal dari sana kita bisa melihat 360 derajat kota Macau). Yang bisa kita masuki hanya chapel yang ada di sebelahnya dan Guia Fortress Information Center yang ada dibawah. Sejak summer 2015, banyak dilakukan pemugaran di dalam chapel. Begitu juga dengan Information Centre yang sangat membantu turis. Lumayan sekali lah kami ngadem di dalam ruang Information Centre yang designnya bikin kita betah di dalamnya. 

Miniatur Guia Fortress di dalam Guia Information Centre

Gambar kiri: meja tempat kita ngisi buku tamu
Gambar kanan bawah: Ada buku catatan kesan yang bisa dibubuhi dengan cap Guia Fortress

Guia Fortress tidak terlalu banyak dikunjungi wisatawan pagi itu, mungkin karena kebanyakan turis baru tiba dari Hong Kong sekitar di atas pukul jam 11 siang dan kebanyakan beredar di sekitaran Senado Square. Sungguh pagi menuju siang yang menyenangkan, serasa di antah berantah. Sesekali terpikir berasa di Santorini, sebuah pulau di Yunani yang menjadi kota impian kami. Anggap saja ini permulaan dari perjalanan menuju mimpi. Setelah matahari mulai terik, dan saatnya mengisi perut lagi karena waktunya makan siang, kami kembali ke jalanan kota yang sudah mulai ramai. Melanjutkan kembali petualangan kami di Macau sampai ke Coloane. 

Last but not least,
Berkat bantuan tripod, bisa mejeng foto buat anak cucu kami nanti