Hujan, suara gemiriciknya membuat ku rindu. Pagi itu pun aku menekan tombol dial di ponselku. Kapan terakhir kalinya aku menelpon nomor itu ya. Sebuah nomor berkode area 021. Ya, aku menelpon ke rumah. Dan betapa senangnya ketika suara di sana adalah suara perempuan itu. Aku pun serasa kembali seperti anak perempuan kecil yang sedang bermanja-manja pada ibunya. Menceritakan padanya bahwa semalaman aku tidak bisa tidur. Dan sekarang aku begitu rindu ketika bangun pagi, ruang pertama yang aku tuju tentu saja dapur di rumah. Mengintip dan mencium wangi sambal di pagi hari. Ma, pisang gorengnya abis ya? Menyesal sekali pagi itu aku bangun kesiangan. "Sarapan nasi gih, mama bikin sambel sama ikan asin ueenaaak deh.." Katanya sambil merayu-rayu. Tentu saja tanpa ia merayuku pun, aku akan sangat lahap memakan sambal buatannya, karena sambal itu satu-satunya terenak yang bisa kunikmati di pagi hari saat orang-orang menghindari makanan itu di saat perut belum siap menerimanya.

Mungkin aku tak pernah memiliki seorang teman perempuan yang dekat sekali. Tapi aku memiliki seorang teman perempuan yang selamanya akan jadi teman hidupku. Ya, dia lah yang setiap dalam pesan teksnya selalu bertanya aku sedang apa dan apakah aku sudah makan. Hmm, pesan teksnya seperti copy-paste saja. Karena selalu sama setiap sampai di ponselku. Hehehe, atau dengan tambahan, "Sudah sholat belum?"

Kadang aku rindu, aku ingin sekali dia memanggilku dengan namaku. Tapi ia tetap saja memanggilku dengan sebutanku dirumah. Kakak. Mungkin ia ingin membuatku menjadi sosok pribadi sulung yang berwibawa dan dapat memberikan contoh yang baik untuk adik-adiknya. Aku tau namaku itu adalah murni pemberiannya karena ia begitu mengagumi guru SMA nya dulu. Seorang guru perempuan yang mengajar bahasa inggris, cantik, dikagumi para siswa-siswi nya, dan entah apa lagi sampai dia menamai anak perempuan sulungnya dengan nama Niken. Sesederhana itu.. apakah mungkin aku bisa membalasnya..apakah rasa kagumnya yang sederhana bisa aku buktikan..

Foto ini sudah hampir 5 tahun,
sejak pertama kali aku putuskan untuk kuliah di luar Jakarta

Ahh tulisanku ini mungkin tak cukup menuangkan semua perasaan rindu ku padanya.. kalau ku telpon lagi, pasti ponselnya belepotan sambal "Mama lagi masak sayang, nanti lagi ya!"

Berbicara dengan foto-foto di album sepanjang 2011, seperti bertemu dengan kawan lama. Entah mungkin karena aku rindu mereka. Tersenyum atau tertawa sendiri, aneh tapi itu yang terjadi. Dan folder 2012 pun aku buat, untuk diisi dengan petualangan-petualangan baru tahun ini. Suatu saat nanti pun akan sama, aku akan tertawa sendiri melihatnya lagi. Istilahnya flashback kali ya atau kilas balik. Dan seterusnya akan ku buat folder-folder dengan angka yang bertambah, agar suatu saat nanti aku tidak hanya menikmatinya sendiri tapi bisa menceritakannya ke mereka, ke anak cucuku nanti!

Kali kedua saya ke tempat ini, menikmati segelas kopi dan bercerita. Udara yang dingin serta pemandangan lanskap menawan dari lampu-lampu kota Bandung menambah kemewahan malam.

City lights Kota Bandung
  
Latte di sini kurang enak, saya pun memesan caramel machiatto.
Tanpa gula sudah manis seperti saya. Hehe

Sebentar lagi imlek

Bermain bokeh

Cookies Homemade Kopi Ireng

Tak lupa disela obrolan bersama dengan seorang teman, saya membuka laptop dan mengklik folder Tugas Akhir. Kesukaan untuk mengerjakan skripsi di luar rumah ini akan membuat saya ingat bahwa di tempat ini saya pernah berjuang bersama dengan segelas kopi. 


Kopi Ireng, Jalan Bukit Pakar Timur No. 1 Bandung

Review
Untuk menu kopinya, Rumah Kopi di Dago Pakar lebih variatif. Tapi karena lokasinya yang paling tinggi, pemandangan lanskap kota bandung lebih di dapat dari sini. Caramel Machiatto campuran dari espresso, susu dan caramael serta Zigzag Cappucino campuran espresso, susu dan coklat recommended dari saya. Kalau luwak atau toraja saya belum mencobanya, harganya tak terkiraaa..


Galeri Antara, Jakarta


setelah dua bulan lebih tidak melangkah, tidak pergi kemana pun, inspirasi saya hanya dia. menemani setiap mata mulai lelah meratapi liku. segelas kopi latte. 


Bober Cafe, Bandung