Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 1)

Jan 4, 2016

Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia.



Memulai petualangan kami di Macau dengan perasaan campur aduk karena hari sudah semakin sore dan kami belum menentukan akan menghabiskan sisa hari di mana. Avenido do Oceano, tempat kami terdampar karena menghindari keramaian kota Macau semakin sepi saja. Dari sana kami putuskan untuk mencari halte bus terdekat dan rute bus ke Venetian Resort. Brew menyemangati saya, "Udah nikmatin aja, asik kan kalo gini jadi banyak cerita."

Halte bus yang ada di antah berantah itu sangat sepi. Hanya ada dua orang bapak-bapak, yang satu sedang makan dan satunya lagi menemaninya mengobrol. Setelah acak kadut mencoba berkomunikasi dengan mereka, akhirnya kami naiki saja bus no. 15 itu sambil menunggu tidak pasti kemana bus ini akan melaju. Dan saat bapak yang baru selesai makan tadi tau-tau duduk di kursi pengemudi barulah kami memastikan apakah bus ini menuju Venetian dan bapak itu hanya mengangguk dan langsung tancap gas!

Venetian Resort

Setelah menempuh liak-liuk jalanan di pulau Cotaipa, kami disuguhkan pemandangan hotel dan resort yang megah. Lalu berhenti persis di bus stop yang bersebrangan dengan Venetian Resort. Kenapa saya kekeuh pengen ke sini? Karena bangunan-bangunan dan sungai yang dibuat didalamnya mirip-mirip sama kota Venesia di Itali. Dan saya baru tahu pas di sana, ternyata langitnya artifisial bukan asli! Jadi di tengah-tengah resort dibangun sungai dan atasnya diberi langit (palsu) biar suasananya serupa aslinya.

Suasana Food Court Venetian Resort

Waktu pertama kali masuk resort, kami sempet dibuat bingung karena yang ada justru malah kasino-kasino yang tersebar merata di lantai 1. Setelah muter-muter di dalam kasino, ternyata ada eskalator khusus untuk menuju lokasi perbelanjaan dan makanan. Rasa lapar yang bikin jadi baper sepanjang jalan dari penginapan tadi memaksa kita makan di tempat yang harga makanannya lumayan nguras kantong ini. Setelah makan, kami bisa tersenyum kembali. Saya mulai cerewet, dan Brew mulai tertawa terbahak-bahak setiap kita membahas petualangan-petualangan kami mulai dari Jakarta dua hari lalu. Ternyata segala kalut tadi adalah gara-gara lapar yah. 

Kimbab nya si halal, tapi ngga tau kuahnya deh. Hahaha.. 
Segala kesedihan sejak tadi siang sampai Macau terobati saat kami berjalan menyusuri sungai artifisial yang kanan kirinya berdiri toko-toko yang di design ala bangunan Eropa. Yang ada di kepala kami saat itu adalah, tahun depan kita bisa sampe Venesia beneran. Amiin! 

Mau coba naik Gondola? Cukup bayar MOP108 (sekitar 190ribu)
Dapet bonus lagu romantis dinyanyikan dengan suara seriosa yang menggema
Foto kiri: Brew di dalam Venetian Resort
Foto kanan: depan Hotel Grand Lisboa
Setelah hampir jam 10 malam kami keluar dari Venetian Resort dan berniat kembali ke Macau. Kami dengan pedenya langsung menaiki bus no 26A dari bus stop yang sama saat kami berhenti tadi, karena kami pikir jalurnya satu arah, jadi tinggal naik aja. Tapi ternyata kami salah, kami dibawa sampai ke bus stop Hac Sa Beach di ujung di pulau Coloane dan harus membayar lagi jika ingin ke Macau. Dan lucunya ternyata saat perjalanan ke Macau kami melewati lagi Venetian Resort. Hahaha.. Muter-muter ini tho namanya. Dari sini kami belajar jadi warga lokal, musti paham betul rute-rute bus di Macau. Kami sampai mulai hafal tarif bus nya yang di bedakan bukan berdasarkan jarak tapi berdasarkan naik nya dari pulau apa dan turunnya di pulau apa. Kalau masih satu pulau tentunya lebih murah, dan masing-masing pulau punya tarif yang berbeda. 


Wynn Fountain Show

Untungnya bus-bus di Macau supirnya garang jadi meskipun kami muter-muter dari ujung ke ujung kota, waktu tempuhnya tidak terlalu lama. Kami kembali lagi ke Praca Ferreira Amaral, bus stop yang lokasinya di pusat kasino Macau. Sudah tidak seramai siang tadi, karena kebanyakan para pelancong hanya singgah di Macau tanpa menginap. Kami juga sempat bertemu dengan pelancong dari Indonesia yang hanya mampir di Macau beberapa jam saja karena memang jika ke Hong Kong tujuan mereka rata-rata ke Shenzen dan Guangdong. Macau hanya jadi tempat transit untuk menumpang pesawat pulang ke Indonesia. Saya sendiri lebih memilih untuk tinggal lebih lama di Macau, karena di kota ini lah terasa banget sisa-sisa peninggalan arsitektur Eropa. 


Malam pertama di Macau, kami habiskan dengan duduk-duduk unyu di taman depan air mancur Hotel Wynn. Sambil menikmati pertujukan air mancur yang menari-nari diiringi musik cina klasik. Makin berasa lah Cina jadulnya, pas diputerin lagunya Teresa Teng. Pertujukan air mancur depan Hotel Wynn ini berlangsung tiap lima belas menit sekali mulai dari jam sebelas pagi sampai tengah malam. 

Macau Tower

Tidak jauh dari air mancur, kita bisa berjalan kaki di sepanjang pesisir Nam Van lake (Avenida do Sagres) dan di seberang nya terlihat Macau Tower yang berdiri menjulang. Tidak seperti sore sebelumnya saat kami hunting Macau Tower di Avenida do Oceano. Setelah bersusah payah nyari spot Macau Tower di Taipa, justru dari samping Hotel Wynn, view Macau Tower terlihat lebih menarik.

Pemandangan kota Macau dengan towernya yang menjulang itu, serta lagu Teresa Teng yang masih keputer di kepala, kami bawa pulang sampai ke hostel. Sepanjang jalan kami masih ngobrol dan tak henti-hentinya bercerita tentang kompleks nya hari pertama kami menjelajah Macau. Esok pagi masih menunggu dan kami tak sabar untuk segera bangun pagi. Good night, Macau!

Macau Tower dan jalan layang Nobre de Calvalho

Bersambung . . .

Berkeliling Kota Macau
Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 1)
Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 2)
Mengabiskan Sisa Hari Di Coloane

2 comments