Belum ke Malang kalau belum nyobain bakso bakar.

Dikutip di majalah aneka yess, kira-kira saya masih SMP waktu itu. Budhe Nik yang asalnya memang dari Malang melirik majalah yang sedang saya baca, lalu menjanjikan saya bakso bakar jika saya mau main ke Malang. Dua kali ke Malang, tapi janji itu tak juga ditepatinya, mungkin karena beliau sibuk mengurus anak-anak nya yang masih kecil. Kesempatan itu akhirnya saya dapat bersama Brew saat main lagi ke kota Malang. 





Swimming here, don't wanna leave this place..
Pulau Kambing, Sulawesi, Indonesia | November 18th 2013

Amusement Park. Taman bermain atau taman ria adalah salah satu favorit destinasi saya.
Tapi tidak untuk wahana yang satu ini.


BNS. Singkatnya begitu, dari tahun 2009 waktu pertama kali solo traveling ke Malang, muncul keinginan menggebu buat main ke BNS. Yang akhirnya baru kesampean enam tahun kemudian. Waktu itu sih mikirnya tempat ini kayak taman-taman lampion gitu. Tapi ternyata BNS itu tempat wahana bermain mirip BCL (Bandung Carnival Land) yang hanya buka mulai dari sore hari hingga tengah malam. 

Jam menunjukan pukul 4 sore, di warung bakso bakar Pahlawan, mangkuk kedua, sambil kepedesan, saya iseng mengajak Brew ke BNS (baru inget dulu pengen banget ke sini). Toh hari itu malam terakhir di Malang jadi kami memutuskan ngga pergi ke tempat-tempat yang ekstrim kayak bromo dan sekalian ngobatin paralayang yang gagal. Lokasi menuju BNS sangatlah mudah di capai, karena berlokasi tidak jauh dari Jatim Park. Di tengah jalan kami juga sempat berhenti, sekedar menikmati udara sejuk dan pematang sawah dibawah langit yang mulai senja.


Jadi teringat buku gambar SD


Sampai di BNS, kami langsung menuju loket tiket. Untuk masuk saja kita dikenakan biaya 25 ribu rupiah (weekend). Jika kita hanya membayar tiket masuk, maka untuk setiap wahana kita diharuskan membayar tiket lagi per wahana, rata-rata per wahana adalah 10-15 ribu rupiah. Jadi kita diberi opsi lain dengan membeli tiket terusan sebesar 90 ribu rupiah untuk semua wahana kecuali Go Kart, The Battle Area dan Banji Trampolin. Tentu saja kami beli tiket terusan, karena rempong kalau harus buka-buka dompet setiap mau masuk wahana. 

Disana kami lupa, kami kembali menjadi anak-anak. Berlari-lari ke sana kemari layaknya pasangan muda yang jatuh cinta. Halah.. Kami mulai dengan wahana Kora-kora kalau di Dufan mereka bilang. Disco Bumper Car, dimana kami main bom bom car diiringi musik dangdut pantura. Lucu nya dari semua wahana kebanyakan kami cuma naik berdua saja, jadi waktu teriak-teriak itu aneh karena cuma saya saja yang teriak.


Ghost Stories

Di BNS, ada wahana yang unik namanya Art Trick. Seperti dua foto di atas, kami lumayan lama berada di dalam sana. Selanjutnya Gravitron, yang bikin Brew ketagihan. Kalau saya sih ngga, karena sensasi ngambang setelah diputer-puter dengan kecepatan tinggi itu bikin mual. Salah satu wahana yang paling antri adalah Sepeda Gila, sama seperti di BCL kami menaiki sepeda di atas ketinggian. Yang membedakan di BNS adalah jalurnya memutari taman bermain dan di sebelah kiri kami disuguhi pemandangan bukit bintang. Lokasi BNS memang diatas bukit di malam hari pun view kota Batu terlihat dari sana.


Lampion Garden, tujuan utama kami ke BNS
Setelah menaiki beberapa wahana yang bikin ngos-ngos an, kami pun beristirahat di Lampion Garden. Banyak bangku taman yang disediakan. Lampion yang dibuat pun beraneka ragam dan unik. Ada yang memang diletakan di kolam air mancur dan ada yang dibuat terbang seperti hot air balloon. Permainan kami akhiri dengan mengunjungi Night Market dimana kita bisa berbelanja souvenir bertema kota Batu dan Malang. Harganya pun sangat murah menurut saya. Berbeda sekali dengan souvenir yang dijual di taman bermain di kota besar seperti Dunia Fantasi atau USS di mana terkadang harga souvenir lebih mahal dari harga tiket masuk. Begitu juga dengan harga makanan yang dijual di Food Court, lebih murah daripada jajan di kantin kantor. Hehehe. 

And the final attack is Hot Rodeo! Wahana ini jadi tontonan banyak orang. Tadinya sepi banget wahana ini, lalu tiba-tiba jadi ramai setelah saya coba naikin dan berkali-kali jatuh ngga berhasil. Brew ternyata ngga boleh naik wahana ini karena berat badannya melebihi 70 kilo. 


Detik-detik mau jatuh


Bermain di taman hiburan, entah itu di Pasar Malam, atau di taman hiburan kota, semua menyenangkan. Menyadarkan kita bahwa kita masih memiliki jiwa kekanakan. Melatih adrenalin dan menguras keringat. Ada satu permainan yang membuat saya tertantang, yang menontonnya saja membuat saya sesak napas. The Streaming Condor, roller coaster berbentuk U yang kecepatannya bisa mencapai 122km/jam. Wahana ini pernah ditayangkan di episode Running Man. Mungkin next challenge kalo mampir ke Taiwan? Let's see.


Sedih rasanya begitu melihat catatan jurnal di tahun kemarin, cuma 6 artikel. Yap! enam artikel dari 365 hari yang sudah terlewati sia-sia tanpa diisi waktu dengan menulis. Apa karena terlalu sering jalan-jalan sampai ngga ada waktu buat ngeblog? Atau karena tahun kemarin lagi deadline kerjaan kantor sampai lupa diri kalau menulis cerita sebenarnya hobi bukan tuntutan? Atau karena lagi sibuk-sibuknya ngurusin kawinan sendiri? Hahaha opsi terakhir kayaknya deh yang bener. Jadi tahun ini ngga ada alasan lain buat nunda-nunda nulis jurnal. Ini udah Maret dan cerita perjalanan seharusnya makin seru karena tahun ini penulis sudah nggak hidup sendirian. She is on the journey, a never ending journey, with a lifetime partner, to make a story for tomorrow!

Jadi sebelum nulis perjalanan di tahun 2015, saya akan tebus dosa-dosa karena ngga nyempetin waktu buat nulis dan sering ditagih sama temen-temen dan juga suami. Berikut perjalanan tahun 2014 yang menyenangkan karena sebagian besar waktunya penulis masih single, hehehe. 

Januari



Trip ke Jogja bareng dua perempuan gila traveling yang mau diajak kemana aja. Sebenernya saya sih yang diajak buat jadi guide mereka ke pantai Klayar, hehehe. Berhubung saya murahan buat diajak kemanapun maka bersama Nisa dan Chintya selama empat hari kita habiskan waktu keliling kota dan touring ke tepi samudera hindia. Selain pantai Klayar, kami juga singgah ke pantai Timang. Muter-muter malioboro, kulineran sate klathak Pak Pong, main ke pasar buku, gaya-gayaan ke Mirota, nongkrong-nongkrongan di angkringan dan makan mie ayam di antah berantah.

Perjalanan yang dimulai dengan sangat dahsyat ini membuat kami nggak akan pernah lupa gimana rasanya berjam-jam duduk di jok motor ujan-ujanan. Sambil kedinginan dan pantat kram, kami tetap bisa melebarkan senyum meski matahari tenggelam yang kami kejar dari Jogja sampai Pacitan ini nggak mau muncul karena masih ditutup mendung. Perjalanan menuju pantai klayar ngga hanya kami bertiga, ada Uchank, Wahyu dan Jalil, pahlawan yang berhasil nganter kita sampai ke sini.

Esoknya matahari pun muncul memenuhi janjinya pada kami
yang sudah bersusah payah menuju kesana. (P.S. ada kuncen jogja nebeng foto)

Februari

Jalan-jalan ke Bandung sama temen kantor. Bukan jalan-jalan sih tapi sekalian karena ada kondangan di sana dan kami mampir ke Kopi Ireng. Niatnya mau makan-makan di HDL Cilaki cuma berdua sama (calon) suami (waktu itu), malah jadi ngopi-ngopi di cafe yang lokasinya ini paling atas di bukit dago pakar timur. Oya, bulan februari ini saya berulang tahun yang ke-25, dan dapet hadiah spesial polaroid z2300 dari (calon) suami (waktu itu). Berkesan deh ngopi yang harusnya berdua di Kopi Ireng ini malah jadinya rame-rame. 

Dia menulisnya penuh perjuangan karena ia sadar tulisan tangannya jelek,
apalagi gambar gitarnya hahaha


Maret

Di bulan inilah awal mula saya dan (calon) suami (waktu itu) mulai jadi sering jalan-jalan bareng. Kenapa sering, karena dia ini manggut aja kalo diajak kemana-mana. Kan ngga gampang juga ngajak temen yang selalu kapanpun bisa diajak kemana-mana (sampe bolos kuliah sama bolos kerjaan). Kami ke Sukabumi, jalan-jalan naik kereta. Ya, iseng aja naik kereta Bogor-Sukabumi sambil bawa bekal. Ngobrol sepanjang 2 jam, bercerita tentang apa saja. Sampai di Sukabumi kami pun dadakan ke air terjun Cibereum. Nggak sampe air terjunnya, karena hujan terus deras dan sendal jepit yang dipake (calon) suami (waktu itu) putus. Sekarang udah dijahit lagi dan masih dia pake kemana pun pergi ngetrip sama penulis.

Di akhir bulan, saya juga dengannya, jalan-jalan trip sehari ke Kep Seribu yaitu pulau Cipir, Onrust dan Kelor  Kami ikutan trip murah meriah yang udah di organisir, jadi kami tinggal ikutin aja deh itin mereka sampai akhirnya terpaksa ikutan games lucu-lucuan yang jayus. Hahaha..

Si (calon) suami (waktu itu) sambil meluk pacar kecilnya.


Mei

Sebenarnya saya udah lama kepengen naik gunung Semeru, nah skalian sama (calon) suami (waktu itu) yang katanya mau naik Semeru juga sama temen-temennya disana pas long weekend (25-31 Mei). Jadi lah kami naik gunung Semeru dan lalu dilanjut ke pantai Papuma di Jember. Aduh nikmatnya jalan-jalan ngeteng plus ngga ada beban bawa barang berat. (P.S. semua peralatan kemah dan beberapa baju nitip di (calon) suami (waktu itu). Cerita tentang Papuma sudah saya tulis di sini. Lalu cerita tentang Semeru, yang akhirnya saya berdua dia saja yang berangkat karena hmmm.. Saya simpen saja ya buat anak cucu kami. Hehe.

Pada suatu hari, disini lah, cerita itu dimulai..


Juni

Mendekati bulan puasa, Bang Rahmat yang udah terkenal di dunia per-traveling-an karena suka banget naik gunung (namun nggak naik-naik ke pelaminan) ini ngajakin saya kemping di gunung Krakatau. Niatan ini udah dari tahun 2012 waktu kami berdua pertama kali ketemu di trip Krakatau juga. Di sini kami benar-benar kemping di kaki gunung anak krakatau. Bersama dengan para pejalan lainnya, menikmati malam penuh bintang, menepis mentari pagi yang begitu syahdu di atas gunung, dan tentunya alam bawah laut gunung krakatau yang begitu indah. Di sini saya nemu ubur-ubur besar!



Agustus

Ceritanya kami nggak upacara tujuh-belasan, tapi upacara lamaran di rumah tercinta di Ciganjur. Nggak percaya deh ternyata tanggal 17-Agustus bakal gampang buat diinget keluarga kita masing-masing. Sore hari selepas lamaran, keluarga (calon) suami (waktu itu) minta diajakin muter-muterin jakarta karena calon mertua dan tante mertua baru pertama kali ke Jakarta. Jadilah ke Monas, terus lanjut ke PGC. Hadeuh, namanya ibu-ibu ya ngga bisa kedip liat pusat perbelanjaan.  

November

Kenapa ngga ada cerita di bulan September-Oktober? Ya tentu karena persiapan nikah yang cuma dikasih waktu 3 bulan. Tiap weekend bolak balik kesana kemari ngurusin tetek bengek kawinan. Dan Alhamdulillah, di akhir bulan November kami diberi kesempatan buat jalan-jalan juga akhirnya. Berdua sama suami ke Phuket dan Krabi. Sempet Mampir bentar di Singapur karena suami pengen banget naek Subway (aduh kamu ini selama hidup kemana aja sih?) juga mampir ke Penang kulineran. Cerita di Thailand mungkin nanti akan saya bahas di tulisan berikutnya, mungkin lho mungkin hehe. Jadi teasernya foto ini saja dulu ya..

Pulau Similan. Pemandangannya ajiiib!!


Desember

Di bulan Desember kami (lagi-lagi berdua suami, iyalah kan partner traveling sejati) mengambil libur long weekend natal. Seharusnya di bulan-bulan hujan begini naik gunung dihindari, tapi ya namanya lagi pengen, ujan-ujan juga tetep dihajar buat ngejar sunrise dari Gunung Prau. 

Dimulai dengan perjalanan yang melelahkan dari Jakarta, karena kami harus bolak-balik nyari bus jurusan Wonosobo. Sempat menyerah setelah hampir 2 jam mencari dan menunggu, akhirnya dapat juga bus pariwisata yang tarifnya 2 kali lipat dari harga normal. Lalu dilanjutkan dengan perjalanan yang tak berujung, karena macet sepanjang jalur pantura. Dan kamipun sampai di kota Wonosobo jam setengah 2 pagi (17 jam !!). Bayangkan jam segitu kami harus nyari hotel sambil jalan kaki sampe masuk-masuk daerah pasar dan akhirnya dapat juga. Petualangan yang tak terlupakan itu pun berlanjut dengan pendakian gunung Prau yang hujan sepanjang jalur. Dan kabut, yang terus menemani sampai pagi esoknya. Hanya 2 jepretan yg saya ambil, karena background yang disediakan alam hanya kabut. Hiks. Perjalanan itu nggak bikin partner sejati saya ini menyesal, dia bilang masih penasaran dengan view magis saat matahari terbit. Dia mau ke sana lagi, harus pokoknya. Saya cuma merengek sedih, "tanjakannya.... nggak tahan!!"


"Kita harus kesini lagi!!"

A story of the mountain and the sea that falling each other.
Krakatau, Lampung, Indonesia | June 22nd 2014

White isn't always mean beautiful. Sometimes black is.

Because there’s nothing more beautiful than the way the ocean refuses to stop kissing the shoreline,
no matter how many times it’s sent away. 

~Sarah Kay