Agra Fort: Benteng Merah Masa Kejayaan Mughal

May 31, 2020


Seperti informasi yang saya peroleh dari teman-teman yang sudah trip ke India, tidak banyak destinasi wisata yang bisa di eksplor di Kota Agra, salah satu dari Golden Triangle India. Selain Taj Mahal ya Agra Fort. Itu sebabnya rata-rata turis singgah ke kota ini pulang-pergi, seperti rencana saya sebelumnya. Namun, rencana berubah saat kami memutuskan untuk menginap semalam di Agra. Tidur yang cukup di hotel, kemudian menjelang matahari terbit kami bergegas ke Taj Mahal untuk mendapatkan momen magis di salah satu dari tujuh keajaiban dunia ini.

(7 Maret 2020) Setelah puas menikmati keanggunan makam yang semua serba putih ini, kami kembali ke hotel untuk check out lalu menitipkan tas-tas besar kami di resepsionis. Kami masing-masing hanya membawa daypack yang berisi barang-barang yang penting seperti kamera, dompet, gorillapod, makanan dan air mineral. Lalu kami naik Tuk Tuk menuju Agra Fort. Saat sampai di sana, si bapak supir menawarkan diri untuk menunggu kita. Waduh, kita nggak bisa mastiin karena biasanya kalau sudah nyaman kita suka lupa waktu. Karena kasian yaudah deh aku bilang 2 - 3 jam, biar bapaknya bisa keliling dulu cari penumpang lain.

Gerbang masuk dan loket tiket ke Agra Fort
Tiket masuk ke Agra Fort sudah kami beli berbarengan dengan tiket masuk bundling Taj Mahal dan Mausoleum melalui website Klook. Maksudnya biar nggak ngantri di loket tiket. Kami langsung ke gerbang masuk dan menunjukan tiket dari Klook tapi ternyata harus ditukar dengan tiket fisik di loket. Balik lagi deh. Saat mengantri pada awalnya kami disuruh bayar penuh. What?! Padahal saya sudah menunjukan tiket dari Klook,  lalu setelah sedikit cekcok akhirnya kita hanya disuruh bayar tiket tambahan. 


Peraturan untuk masuk ke Agra Fort ternyata sama dengan Taj Mahal. Tidak boleh membawa tripod/ gorila pod, makanan dan benda-benda seperti mainan. Saya dan Bre terpaksa bolak-balik sampai 3 kali di pos pemeriksaan. Pertama karena saya bawa gorillapod, kedua karena di tas saya ada magnet-magnet kulkas, dan ketiga karena di tas Bre banyak makanan. Hahaha. Barang-barang itu bisa dititipkan di pos penitipan yang ada di paling luar kompleks Agra Fort, dekat pinggir jalan raya. Biaya nya gratis, tapi kalau mau ngasih tip boleh banget nanti dibalas senyum sumringah sama petugasnya. Karena peraturan yang ketat ini jadi di dalam kebersihannya memang sangat terjaga.






Masuk ke Agra Fort seperti masuk ke lorong waktu karena kemegahan bangunan nya dan mencoloknya warna merah seolah-olah menunjukan kekuatan Dinasti Mughal yang menguasai India antara abad ke-16 hingga abad ke-18. Selama Kekaisaran Mughal, raja yang paling mempengaruhi seni arsitektur yang hingga kini masih terlihat di setiap sudut kota di India adalah Shah Jahan, yang juga membangun salah satu dari tujuh keajaiban dunia, Taj Mahal. 




Bagian sebelah timur benteng yang menghadap Taj Mahal
Dari jauh tampak Taj Mahal yang kabur karena kabut

Saya tidak terlalu tertarik dengan sejarah, tapi di sini saya akan bercerita sedikit tentang Agra Fort. Dulunya Agra adalah ibukota India dan selama Dinasti Mughal, benteng dan istana ini adalah tempat tinggal para raja. Hingga pada tahun 1638 saat India dijajah oleh Inggris, ibukota India berpindah dari Agra ke Delhi.

Sebagian besar bangunan memiliki ciri berwarna merah tua karena dibangun menggunakan Red Sandstone. Benteng ini selesai dibangun setelah 8 tahun yang dikerjakan oleh lebih dari 4000 pekerja. 




Selama masa kekuasaan Shah Jahan, beberapa bangunan lain mulai dibangun dengan ciri khas kesukaannya, yaitu menggunakan batu marble berwarna putih, sama seperti Taj Mahal. Dari sisi timur Agra Fort, kita bisa melihat Taj Mahal. Sayangnya saat itu sedang berkabut, kamera lensa fix saya tidak bisa menangkapnya.




Sejujurnya benteng ini luas banget! Dan sepertinya nggak semua sudut kita hampiri. Setelah berkeliling selama hampir 2 jam, saya mulai lelah. Ini adalah destinasi terakhir kami selama di India, jadi tinggal sisa-sisa tenaga saja. Baterai kamera saya pun melemah karena sudah malas nge-charge

Ini ngga bener ya guys. Meskipun tidak ada tulisan larangan untuk melompati pagar pembatas.
Gemes banyak banget tupai. Nggak cuma di Agra saja, di Jaipur juga.
Pembersihan dinding Red Sandstone yang dilakukan secara apik. 
Selain Agra Fort, ada satu lagi destinasi yang biasanya jadi pilihan saat berkunjung ke kota Agra. Namanya Fatehpur Sikr, kota kecil yang berada sekitar 37 kilometer dari Agra Fort. Ah rasanya sudah cukup puas dan letih mengelilingi Golden Triangle (Jaipur - Agra - Delhi) selama 3 hari berturut-turut. Saat keluar gerbang Agra Fort, ternyata si bapak supir yang tadi sudah bersiap menunggu kami. Kami minta diantar ke warung kelontong besar sebelum ke hotel untuk memborong coklat Amul buat oleh-oleh. Sebelum meninggalkan Kota Agra, kami mampir ke Masjid Fatehpuri untuk sholat Zuhur sekaligus menjamak Ashar. Menghabiskan sisa sore di pelataran masjid dan menikmati udara sejuk Kota Agra sebelum kembali ke Delhi.

No comments

Post a Comment