Samalona Island, A heaven in noisy port city

Oct 17, 2012

Yes, a heaven in noisy port city. Zoom out this picture, and see the port and the city can be seen!
Kami tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sekitar jam 1 pagi waktu Indonesia tengah(6/10). Tentu lokasi pertama yang kami cari adalah musholla, karena kami memang tidak berencana untuk menginap di mana pun di Makassar, meski kami punya travelmate yang sekarang sudah menetap di Makassar. Sambil berbaring di karpet hijau, saya mulai browsing mau kemana saja selama di Makassar. Jujur! Saat itu saya benar-benar blank mau kemana. Rencana ke Bulukumba, Tanjung Bira dan Selayar sudah pasti nggak mungkin. I'm alone and don't have much time there. Karena dua travelmate saya berencana ke Tana Toraja dan satu lagi berencana naik gunung Bawakaraeng. Terus belum lagi jarak yang jauh dari kota sampai ke Selayar. Bisa-bisa di sana cuma numpang pipis aja. Hahahaa.. 

Nah saat itu, tanpa mikir panjang inilah kata kunci yang saya ketik di mesin pencari : pulau terdekat dari kota makassar. Dan pulau Samalona adalah jawabannya. Cuma setengah jam! Saya ngga berburu foto seperti apa pulaunya. Toh, paling ngga beda jauh sama pulau-pulau di Kep Seribu. Apalagi cuma setengah jam, kalau bisa dapet warna air laut yang biru tosca anggap aja hadiah. Pagi itu juga, kami di jemput Wiwi langsung menuju Bantimurung. Hah? Kenapa ke Bantimurung? Ya karena salah satu travelmate saya pengin kesana. Ngalah deh sambil berdoa semoga sampai di Samalona ngga terlalu siang. Dan ternyata kami sampai dermaga Kayu Bangkoa siang terik. "Nggak apa-apa, kulit gosong itu pertanda abis liburan."

Dermaga Kayu Bangkoa

Dermaga Kayu Bangkoa terletak tidak jauh dari Fort Rotterdam dan masih satu garis pantai dengan pantai Losari. Kami menyewa kapal untuk antar-jemput kesana setelah nego dengan si empunya kapal lewat telpon sebelumnya. Kami dapat informasi tentang penyewaan kapal ini dari salah seorang teman yang baru kami kenal di UKM pecinta alam UNHAS. Biasanya sewa kapal di sana ratenya 300-500 ribu, berangkat hari ini dan dijemput esok harinya. Karena one-day trip jadi kami bisa dapat harga lebih murah. Berangkat lah kami kesana setelah makan siang dengan menu coto makassar di pinggir dermaga. 

Ternyata masih banyak pulau lain yang ada di sekitar pulau Samalona, ada pulau Lae-lae dan pulau kayangan. Saat tiba di pulau Samalona, nafas saya tertahan. "Gila! Sedeket ini tapi airnya bisa ijo toska, keliatan bening lagi. Nyesel ninggalin alat snorkeling di rumah!" Sambil ngitung jumlah persediaan baju yang dibawa, nggak mungkin banget nyebur. Telanjang? Ini bukan naked beach! Sewa baju? Lima puluh ribu satu stel, belum perlengkapan snorkeling nya yang harga sewanya di atas harga pasar! Jadilah leyeh-leyeh adalah aktivitas termurah yang bisa kami lakukan saat di Samalona. Eits! Ternyata leyeh-leyeh pun di sana juga nggak gratis lho. Kami juga harus bayar sewa tempat berteduh seharga lima puluh ribu yang sudah ada bale nya dan terletak di bawah pohon. 

"Oh segitu kere nya kah gue sampai ga rela bayar segitu buat menikmati keindahan Samalona?" Bukan, saya bukan engga rela. Kalau ada yang lebih murah dan sama-sama nikmat, kenapa harus bayar? Tiba-tiba teringat dengan budget yang musti di tabung buat sailing trip bulan depan. Kami menggelar flysheet tepat di samping kapal motor yang sedang nganggur. Lumayan buat berteduh. Tidur.. Ya saya tertidur di samping kapal. 

Semua serba lima puluh ribu di Samalona! Termasuk toilet yang sekali masuk lima ribu. Hahahaha..

Air laut ternyata pasang, yang membangun kan saya sehingga kami harus pindah tempat. Sambil menunggu matahari terbenam, melihat hijau birunya pesisir di pulau ini.

Why am I here? Ke Makassar adalah rencana dadakan buat gantiin tiket pesawat temen yang batal berangkat


Dermaga di pulau Samalona

Dan biru langit pun kini berganti warna menjadi senja. Rencana kami yang ingin menghabisi senja batal karena Wiwi harus kembali ke kota Makassar. Ia harus kembali sebelum magrib. Jadilah kami menikmati matahari tenggelam dari atas kapal. Kami nggak nyesel, karena menikmati matahari pulang ke rumah, dari atas kapal itu tetep keren kok.

Dermaga bagi kapal yang berlabuh di Samalona


Tetap menikmati, meski laju perahu kami menjauhi arah matahari.

Perahu ini melaju, goyangannya seperti Elf yang biasa saya naiki ketika traveling di Jawa Barat. Beberapa kali kami teriak menjaga keseimbangan. "Mat, fotoin benderanya pasti keren." Karena nggak berani berdiri sendiri saya meminta tolong Mamat. What a beautiful view!


Sudah berapa pulau yang anda jelajahi di Indonesia? 
Berbanggalah, Indonesia adalah negara dengan kepulauan terbesar di dunia.

Samalona, yang dulu hanya angan-angan karena nggak sengaja pernah baca reviewnya di kaskus. Kini, sudah jadi salah satu wilayah jajahan saya. Eh, bukan itu maksudnya. Tapi paling tidak, karena belum bisa berjumpa dengan Phinisi, saya bisa memenuhi hasrat untuk bertemu laut!

Nenek moyangku seorang pelaut!

9 comments

  1. sayang euy ken nda nyobain snorklingnyaaaa...
    keyen kenn..
    tapi ejie snorklingnya agak ke tengah so, yang bagus bnyk di dalem. berhubung ejie belum bisa diving dan nda dikasiy izin nyoba, jadilah maen2 diatas dan nyelem yg cetek2 ajahhh...

    dan alhamdulillah ejie FREE all, kenn... ihihihhi
    tak ada yg namanya bayar sepeserpun...
    kapal pun pake sea rider nya KRI Surabaya. dan nyelem bareng komandan serta awaknya.

    hmmmm.... samalona emang cakep yah keenn?
    #senyum tosca wat samalona

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaa ga bayar ya.. berarti kasian dong orang sananya. at least dari kita bayar itu kita juga mendukung hidup mereka. it's not only about take something from there, but also give something.. wkwkwk ngomong apa sih gue haha iya ji, kan rencananya ga jadi ke bira makanya alat nyebur semua ditinggalin dirumah

      Delete
  2. Pernah baca pulau samalona katanya emang keren ya pantainya.... jieh gile, udah sampai makasar nih penjelajahannya, bentar lagi irian dijamah juga tuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. pantai dimana-mana semua sama om. pasir..pasir.. dan pasiiir. hehee..
      raja ampat ya om? belum minat ke sana, terlalu mainstream sekarang, terlalu ngetren. padahal masi banyak lebih keren, alor NTT contohnya! :D

      Delete
    2. ah, ntt juga mainstream ken *siul-siul*

      Delete
  3. keren juga ya..ke makassar belum pernah ke pulau2nya...

    Salam Kenal..:-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah pemilik backpacker borneo mampir kesini.. salam kenal juga!

      Delete
  4. ini yang lu nawarin tiket ke gw itu ya? gapas bener waktunya hha

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nu. tapi akhirnya yg punya tiket tetep jadi berangkat :p

      Delete