Rasanya menjadi suatu wajib ke Belanda untuk mampir ke Zaanse Schans, desa kecil yang lokasi nya sekitar satu jam dari Amsterdam menggunakan transportasi umum. Desa yang nampakin ke-Belanda-an ini punya semua yang jadi khas Belanda. Ada kincir angin, sungai-sungai kecil, sepatu bakiak, dan keju (yang ngga ada Red Light District). Untuk ngelilingin desa ini kita ngga dipungut biaya, masuk ke rumah keju nya aja free, kita bebas nyobain testernya. Kecuali untuk masuk ke museum-museum nya baru kena biaya. Dan juga toilet umum ke charge rata-rata toilet €0.5 - 1, duh lumayan banget kan sekali pipis kena 8 ribu! Di sini air gratis (tap water di mana pun bisa diminum), tapi pipis bayar. Hahaha.


Kalau malam sebelumnya Bre mengajak saya mengintip Red Light District yang sangat ramai dan penuh sesak, pagi ini saya memilih untuk menikmati suasana pagi di kompleks para seniman dan studio seni di Jordaan District. Cukup berjalan kaki dari hostel, karena memang hostel kami berada di pinggiran Central Amsterdam.

Belanda itu sepeda, sungai, jembatan, kincir angin, sepatu bakiak, dan keju.


Pertama kali (2016/08/09) kami menginjakkan kaki di Eropa adalah Belanda, yang dulu nya pernah ngejajah negeri kita tercinta ini lama banget lho. Makanya sebagian bahasa nya mirip-mirip kayak korting, gratis, keran (kraan), apotek (apotheek), kassa, dan lain-lainnya yang bisa dijumpai di beberapa tempat. Kalau kenapa kami memilih Belanda sebagai pintu masuk pertama adalah karena aplikasi visanya mudah. Lewat imigrasi Belanda di Schipol Airport kami juga ga lama-lama, hanya dicek paspor saja.


8 Agustus 2016. Pagi yang sendu karena hujan, kami diantar ke Bandara Soekarno Hatta. Baru kali ini Mama dan Bapak meminta untuk mengantar kami, karena biasanya solo traveling pun saya selalu berangkat sendiri tak ada yang mengantar. Mungkin karena perjalanan ini bukan sehari dua hari, bukan seminggu dua minggu. Seperti mau pergi jauh, kali ini saya dan bapak berpelukan erat. Begitu dengan mama, peluk dan cium. "Mah, impian kakak terwujud. Makasih ya mah udah mendukung sampai saat ini.

Bersama full time-travel mate di Terminal KLIA Malaysia, menunggu penerbangan ke Doha.