First Taste of Europe in Amsterdam

Aug 13, 2016

Belanda itu sepeda, sungai, jembatan, kincir angin, sepatu bakiak, dan keju.


Pertama kali (2016/08/09) kami menginjakkan kaki di Eropa adalah Belanda, yang dulu nya pernah ngejajah negeri kita tercinta ini lama banget lho. Makanya sebagian bahasa nya mirip-mirip kayak korting, gratis, keran (kraan), apotek (apotheek), kassa, dan lain-lainnya yang bisa dijumpai di beberapa tempat. Kalau kenapa kami memilih Belanda sebagai pintu masuk pertama adalah karena aplikasi visanya mudah. Lewat imigrasi Belanda di Schipol Airport kami juga ga lama-lama, hanya dicek paspor saja.

Jadilah kami langsung bertolak ke Leidsplein, lokasi hostel kami berada. Hari pertama sampai hostel kami ngga kemana-mana. Cuma ke dapur hostel masak indomie goreng, makan siang lalu langsung tidur semalaman karena masih jetlag. Barulah hari kedua, kami mulai keluar. Merasakan dinginnya Amsterdam (Agustus harusnya masih summer tapi suhu udara mencapai 12 derajat) dengan balutan windbreaker saja. Ngga nyangka bakal sedingin ini. Waktu siang di sini juga mencapai 15 jam. Bayangin jam 6 sore saya pasti udah ngantuk berat karena masih jetlag dan matahari lagi terang-terangnya sampai jam 8 malam.

Dari dua hari puter-puter Amsterdam (jalan kaki) kami mencoba menafsirkan kayak apa sih kota yang super sibuk dan ramai turis ini. Kenapa cuma dua hari kami eksplor Amsterdam? Karena di hari pertama kami fully energy charging, dan hari ketiga kami langsung cao ke Utrecht. Saya nulis ini sambil gegulingan di kasur, di kompleks perumahan Utrecht yang sepi dan damai. Karena meskipun saya menginap di daerah pinggiran Amsterdam, tetep aja rame dan berisik jadi ngga bisa lebih santai menikmati hari. Dan ini lah Amsterdam dalam penafsiran kami.

Sepeda

Sepertinya semua orang pakai sepeda. Kalau di Jakarta motor adalah raja, di sini sepeda. Mereka pun punya jalan khusus yang lebarnya kadang ngga kalah sama lebar jalur mobil. Kita sebagai pejalan kaki pun ngga boleh lewat di jalur sepeda, bisa disemprot sama pengendara sepeda yang ngebut nya suka kalang kabut kayak kejar setoran. Ngga sekali dua kali terkadang kami ngga sengaja masuk ke jalur sepeda dan hampir mau ditabrak. Dasar turis!




Sungai dan Jembatan

Inget dulu gimana terpesonanya sama Sungai Melaka, sekarang kami nemuin tempat yang lebih kece lagi. Emang hal-hal yang berbau air (seperti pantai, sungai, air terjun, aquarium) selalu bikin romantis, sama lah kayak bintang aku Aquarius, romantis dan melankolis!

Amsterdam dikelilingi oleh banyak kanal dan dihubungkan dengan beratus-ratus jembatan. Ngga perlu tutup hidung kalau jalan dipinggiran sungai, karena air nya bersih dan tidak berbau. Banyak bebek liar dan sejenis burung-burung sungai yang hidup di sana. Karena tempatnya yang romantis ini, banyak berjejeran cafe dan restaurant. Hostel kami sendiri terletak persis di pinggir sungai (Manixstraat). 




Kincir Angin

Kenapa Belanda disebut negeri kincir angin? Karena memang banyak kincir anginnya *ngga hobi banget baca sejarah*. Dari baca-baca di mbah google negeri ini sangatlah kecil dan berada di bawah permukaan air laut, oleh karena nya adanya kincir angin akan mengeringkan air laut sehingga permukaan tanahnya semakin lebar. Oiya, yang perlu diinget di Belanda air itu gratis, tapi pipis bayar. Air keran lebih tawar dan segar dibandingkan dengan air botolan. Jarang banget ditemui air botol kecuali mineral soda. Sekali pipis di toilet umum rata-rata 50-70 sen, yang harganya sama dengan 500ml mineral soda. Karena saya sendiri males masuk museum kincir angin, jadi saya cerita tentang pipis di Zaanse Schans kan. 





Sepatu Bakiak


Belum lengkap kalo ke Amsterdam ngga nyobain sepatu bakiak nya atau biasanya disebut clogs. Berhubung di Zaanse Schans membuka satu toko sekaligus workshop clogs dengan entry free jadi skalian saja kami mampir dan pas sekali sedang ada penampilan mas-mas ganteng memperagakan pembuatan clogs mulai dari kayu mentah.


Keju

Sudah mengelilingi Zaanse Schans dan mulai lapar? Mampir lah kami ke toko Keju yang dikeliling peternakan domba dan kambing. Pas sekali di luar sedang hujan, di dalam toko jadi ramai dengan turis yang belanja oleh-oleh. Bre tadinya mau beli buat sendiri (karena doi suka banget keju), tapi saya tarik dan saya langsung ajak muter-muter buat nyobain testernya. Jangan khawatir dengan harganya, kalau ngga bisa beli cukup icip-icip kesana kemari karena setiap jenis keju ada testernya. Dijamin kenyang deh kalau cobain semuanya. 



Dan terakhir tentang Amsterdam yang kurang lengkap kalau tidak ada Red Light District. Kami mampir sebentar, sekedar lewat karena Bre penasaran banget kayak apa sih di sana. Lokasinya tepat di depan OudeKerk. Daerah nya cukup remang diterangi cahaya lampu neon berwarna pink ke merah. Di sana dilarang memotret, kami cukup sadar diri karena itu bukan pekerjaan yang menyenangkan bagi wanita. Artikel tentang RLD yang cukup singkat dan menarik dibaca sebelum mencoba kesana http://www.eatingamsterdamtours.com/blog/red-light-district/.

Semakin malam, pukul 23:48 sekarang. Setelah seharian cuma hangout di Lombok area Utrecht, saatnya mengisi tenaga untuk petualangan seru besok ke Slot Zuylen. Karena dua hari kemarin benar-benar santai ngga kemana-mana. Mari mengejar mimpi!

No comments

Post a Comment