Susur Sungai Bedengan Malang

Dec 13, 2020


Menutup penghujung tahun 2020, saya dan Bre memutuskan untuk main ke Bumi Perkemahan Hutan Bedengan. Sudah satu bulan kami tinggal di Malang, keinginan untuk ngelencer (pelesiran) ke alam bebas pada akhir pekan begitu besar. 

Awalnya kami berencana ke Bukit Savana atau Teletubbies Hill Bromo di kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru). Sabtu malam sebelum berangkat, saya baru diinfokan sama Ayy kalau ke TNBTS sekarang kita (diharuskan) beli tiket lewat online dan menunjukkan Surat Keterangan Sehat atau Hasil Rapid Test. Betul sekali, saya cek langsung ke web nya, kita bisa melihat kuota tiap spot di TNBTS dan kita diwajibkan membawa surat tersebut. Spot Bukit Savana masih kosong sih, tapi spot lainnya saya cek sudah penuh. Malam itu juga saya langsung ke Rumah Sakit dan Puskesmas. Sayangnya Rumah Sakit Swasta tidak menyediakan Surat Keterangan Sehat. Puskesmas juga sudah tutup, untuk membuat Surat Keterangan Sehat hanya bisa Senin - Sabtu pukul 8 - 11 pagi. Ya sudah lah kita putuskan untuk ke Bromo lagi tahun depan, setelah sepi, setelah orang-orang yang lagi liburan kembali ke kota nya.


Tercetuslah Bedengan ini setelah scroll-scroll Instagram nya Explore Malang. Asyik nih trekking nyusurin sungai lalu nggelar tiker piknik di pinggir sungai. Saya memang suka sekali trekking, kegiatan yang secara umum sama dengan berjalan kaki, menyusuri jalan yang berliku di hutan, pegunungan atau lembah. Satu setengah tahun yang lalu saya trekking di kawasan Tumpak Sewu, perjalanan menyusuri air terjun di sepanjang lembah Tumpak Sewu. Dan awal Maret tahun ini saya berkesempatan trekking di Kothi Village, salah satu desa di kaki bukit Rohtang Pass yang ada di Pegunungan Himalaya. Trekking yang hanya secuil ini pun bikin nagih.

Hutan pinus di sepanjang aliran sungai
 
Jarak ke Bedengan dari Kota Malang sekitar 12 kilometer, atau 22 kilometer dari rumah Bre. Cukup dekat, ditempuh kurang dari 40 menit menggunakan kendaraan roda dua atau empat. Bedengan terletak di Dau, kecamatan di Kota Malang yang populer dengan wisata petik jeruk. Sepanjang perjalanan kesana kami berpapasan dengan para pesepeda. Jalur yang terus menanjak tak membuat mereka gentar mengayuh sepeda sampai ke Bedengan. 

Ambil jalur ke kiri sesuai dengan plang bertulisakan Bumi Perkemahan Bedengan.

Gunakan titik ini untuk menuju lokasi Bedengan menggunakan opsi kendaraan roda empat di Google Map. Saya dan Bre salah jalur karena kami menggunakan opsi kendaraan roda dua. Dari gambar diatas kami diarahkan lurus. Kami masuk melalui jalur pedesaan melewati kebun jeruk dan hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Sampai di sana, jalur masuk ke Bedengan ditutup dengan portal bambu. Jadi kami parkir motor seadanya saja di situ. Eh tapi ternyata bukan kita saja kok yang salah jalan, ada Vespa juga yang nyasar sama kayak kita.

Sampai di sana kami langsung belok ke warung-warung makan yang berjejer rapi di bawah pepohonan pinus. Tentunya mengisi dulu perut dengan semangkuk Indomie Goreng telur sebagai cadangan tenaga sebelum menyusur sungai. 



Jalur masuk yang benar ke Bedengan melewati sungai untuk kendaraan roda empat dan melewati jembatan kayu untuk kendaraan roda dua. Dari sini kami mulai susur ke arah kanan atau ke arah atas hulu sungai.

Ponco baru beli iseng kena iklan yang lewat di timeline Instagram. 
Beli nya di Awanethecraft
Kece juga buat foto ala-ala. Selain mendukung fesyen, ponco ini juga fungsional. Jahitan di lengan saya lepas semua jadi bisa digunakan sebagai selimut atau alas untuk rebahan di rumput.



Watch out your steps!

Di Hutan Bedengan ini sebetulnya ada jalan setapak bebatuan yang memang digunakan sebagai jalur pejalan kaki dan roda dua, tapi kami memang sengaja memilih untuk trekking di sungai. Seru aja sambil main air. 




Mas nya nyepeda terus masang hammock. Duduk nyantai sambil baca buku.

Di pinggiran sungai ada beberapa anak muda dan keluarga yang mendirikan tenda. Saya jadi kepikiran untuk mengajak keluarga wisata alam di sini karena mereka senang sekali keceh (main air). 


Ponco motor yang saya bawa nggak jadi saya gelar
karena banyak bebatuan besar untuk rebahan. 
Sampai di penghujung sungai, yang sepertinya sudah tidak ada lagi kegiatan berkemah, kami berhenti dan menikmati suara hutan dan deras sungai. Banyak capung berterbangan yang menandakan air di sungai ini begitu jernih. Jadi kepikiran terus mau bangun rumah di Malang. Tinggal di perbukitan dan punya kebun lemon yang tiap minggu nya panen. Terus bisa main ke pantai, sungai, lembah, air terjun, gunung, semuanya dekat bisa tiap akhir pekan. Ngimpi aja dulu deh.

3 comments

  1. Malang banyak spot tempat2 yang keren dan pasti adem suasananya, baru 2 kali kesana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya om, mana deket2 tinggal ngesot aja. Jadi pengen pindah Malang wkwk

      Delete
  2. Ken.. lo skrg tinggal di Malang ? Ya ampun gue nemu postingan ini baru skrg hehe

    ReplyDelete