Juventus Fino Alla Fine

Oct 30, 2021

Tulisan ini ditulis oleh Bre, suami dan teman perjalanan saya ke Eropa selama 50 hari. 

— 


Juventus, siapa yang tidak tahu klub bola paling legendaris di Italia ini. Saya sendiri sudah jadi Juventini, penggemar klub Juventus, sejak mengenal sepak bola kira-kira kelas 2 SD. Alasan saya menyukai klub ini, mungkin karena pada saat itu Liga Italia sedang ramai-ramainya ditayangkan di televisi dan Juve adalah klub yang paling banyak menjuarai liga ini. Jika saat itu Liga Inggris yang ditayangkan, mungkin saya jadi Cityzens, penggemar klub Manchester City.


2 bulan sebelum kami berangkat ke Eropa, Niken sedang pusing-pusingnya menyusun itinerary trip 50 hari keliling Eropa. Saya memintanya untuk memasukan kota Turin ke itinerary, di mana Juventus Stadium berdiri. Saya baru mengecek jadwal pertandingan Juventus beberapa hari sebelum singgah ke Turin, dan sayangnya saat singgah ke sana dua malam, Juve sedang bertandang ke Milan. Jadi saya putuskan untuk tetap ke Turin dan ikut tur keliling stadion dan  museum Juve. 

17 September 2016

Pagi sebelum berangkat ke stadion, kami memastikan cara ke Juventus Stadium dengan bertanya langsung ke Harry, host AirBnB tempat kami menginap selama di Turin. Maklum kami tidak punya paket data, jadi segalanya musti siap sebelum melanglang ke kota. Harry memberikan penjelasan yang detail. Meskipun berbeda dengan rute yang kami dapatkan dari Google Maps, akhirnya kami lebih percaya akamsi, karena menurut dia jalurnya ngga memutar dan lebih cepat daripada yang kami cek di Google Maps. 


Kami mengikuti petunjuk Harry dengan menaiki bus satu kali saja. Ketika sampai halte Grosetto di Jalan Corso  Molise, kami turun dan saya langsung terkesima saat melihat Juventus Stadium dari kejauhan. My dream comes true! Kami berjalan sekitar 10 menit sampai di halaman stadion yang sangat sepi. Lalu saya celingak-celinguk mencari pintu masuk yang buka. Saya ke arah kanan lalu ke kiri, bolak-balik, namun hasilnya nihil. Sampai akhirnya kami menemukan kehidupan, ada 2 orang yang terlihat seperti pasangan ABG lewat. Mereka menggunakan atribut Juve.  Saya langsung menghampiri mereka lalu bertanya menggunakan bahasa Inggris, eh mereka malah geleng-geleng sambil menyebut No, no, lalu menghindar dan berjalan cepat. Waduh mungkin dikira saya mau merampok atau teroris?

Area 12 Shopping Center, pintu masuk tempat penjualan tiket tur stadion

Niken mulai lelah membantu saya mencari pintu masuk. Saya juga mulai panik karena takut kehabisan waktu tur stadion yang hanya ada di jam-jam tertentu. Akhirnya saya sendiri lari-larian mencari pintu masuk, melewati banyak tempat parkir dan juga Juve Health Centre. Setelah memutari setengah stadion, saya melewati Shopping Center atau mall. Di sana saya bertanya ke petugas security, dan untungnya dia bisa berbahasa Inggris. 

Setelah masuk mall nanti ada tempat penjualan tiket tur stadion. Saya langsung memesan tur keliling Juventus Stadium seharga 22 Euro dan mendapatkan free entrance ke museum Juve. Saya cek saat ini tiketnya terpisah, 8 Euro untuk tur stadion dan 12 Euro untuk tiket museum Juve. Saya beruntung karena masih ada satu slot jadwal tur yang akan di mulai sekitar 40 menit lagi. Tur yang berdurasi sekitar satu jam ini hanya ada beberapa kali saja karena mereka harus melakukan maintenance rumput stadion setiap hari. Setelah urusan tiket beres, saya kembali menjemput Niken yang menunggu di belakang stadion, tempat kami kesasar tadi. Saya melihat bagian depan mall, ternyata di sana ada halte bus juga. Wah ternyata info dari Harry lumayan menyesatkan, memang sih kita nggak perlu transit ganti bus (hanya sekali jalan), tapi kita musti jalan kaki yang lumayan jauh dan harus memutari setengah stadion bagian luar.

Oiya, saya hanya membeli 1 tiket karena Niken tidak ingin ikut. Dia tidak mengerti bola apalagi Juventus. Jadi sambil menunggu saya tur, dia keliling mall. Di dalam mall banyak toko, pedagang yang menjual merchandise Juve KW dan juga ada Juventus Store yang menjual official merchandise Juve. 

Masuk ke Museum Juve

Sambil menunggu jadwal waktu tur dimulai, saya memutuskan untuk masuk ke Museum Juve terlebih dahulu. Saya dibuat kembali terkesima dengan barang-barang yang dipajang di museum. 

Di ruang pertama dipajang jersey-jersey legendaris. Ada jersey Michael Platini, Dino Zoff, Peruzzi dan pemain-pemain lainnya. Generasi champions league winner (1996) menggunakan jersey away biru legendaris bergambar dua bintang kuning yang dipakai Juve menang di final melawan Ajax. Jersey biru itu digunakan oleh Del Piero, Ferrara, Deschams, Conte, Pesotto, Rafanelli dan juga Vialli yang saat itu jadi kapten, dan masih banyak lagi jersey yang saya tidak kenali. Jersey - jersey itu diurutkan berdasarkan banyaknya mereka bermain. Rekor paling banyak adalah Del Piero. Selain jersey ada juga pernak pernik seperti bola, kaos kaki & sepatu yang dipakai pada pertandingan pertandingan penting. 

The trophies

Champions League Trophy

Ruangan selanjutnya adalah ruangan yang membuat saya berdecak kagum. Trophies room, di mana semua piala juve dari awal berdiri sampai saat itu dipajang memutari ruangan. Saya menghabiskan waktu paling lama di sini. Di ruangan ini juga diputar beberapa rekaman pertandingan penting di mana teriakan penonton dan teriakan komentator terasa emosional sekali. Tanpa sadar saya sudah menghabiskan banyak waktu di sini. Sebetulnya masih ada ruangan lain yang belum saya singgahi. Tapi karena waktu tur sudah mau dimulai saya langsung keluar museum. Saya mencoba nego ke petugas dan katanya saya masih bisa masuk ke museum dalam hari yang sama selama tiketnya masih saya pegang.


Rombongan tur

Kami satu rombongan tur bersama dengan seorang pemandu tur mulai masuk dari pintu stadion yang masih satu area dengan museum Juve. Pemandunya seorang laki-laki, tidak terlalu tinggi, mirip Pjanic. Saya lupa namanya, jadi kita sebut saja Sebastian. Sebastian mulai menjelaskan Do's & Don'ts. Sambil mendengarkan, saya baru ngeh ternyata dalam 1 rombongan ini ada orang Indonesia juga. Namanya Mbak Mula. Dari obrolan singkat, dia bercerita sudah singgah ke beberapa stadium besar di Eropa. Seperti stadion Camp Nou di Barcelona yang ukurannya lebih besar, namun secara fasilitas lebih bagus Juventus Stadium karena stadion ini masih tergolong baru. 

Sebastian mengajak kami ke lorong pintu masuk tempat bus yang membawa tim sambil menjelaskan secara detail. Kemudian kami naik ke lobby vip yang bernama Gianni and Umberto Agnelli Club.  Di dekan pintu masuk terpampang papan yang bertuliskan bahwa Juventus Stadium adalah salah satu stadion elit di Eropa yang ditandatangani oleh Michel Platini, Presiden UEFA saat itu. Di dalam ruangan terlihat meja dan kursi untuk gala dinner, kata Sebastian ini untuk layanan hospitality membership VIP. Tempat itu langsung tersambung dengan tribun paling mahal yang merupakan the best view untuk menonton pertandingan, saya biasa melihat Agneli di tribun ini dari televisi tentunya.


Tribun VIP (Gianni e umberto agnelli club sector)

View dari Gianni e umberto agnelli club sector

Tribun VIP tersebut terletak di bagian samping tribun stadion persis di tengah, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah sehingga bisa melihat 1 pertandingan dari semua sudut dengan jelas. Pemandangan dari depan terlihat gambar Michael Platini raksasa yang terbuat dari kursi tribun yang di cat hitam dan putih. Pemandangan samping kanan dan kiri terdapat gambar 3 bintang kuning yang merupakan tanda jika klub ini sudah juara lebih dari 30 kali, tepatnya sudah 34 kali di tahun 2016. Motif corak hitam putih dengan apik terlihat sebagai background 3 gambar besar tersebut. 

Sebastian, si pemandu tur

Setelah puas melihat view stadion dari tempat Agnelli menonton pertandingan, kami dibawa ke ruang bawah, tempat lorong pemain masuk. Tepat di depan pintu, Sebastian mengingatkan kami untuk tidak boleh mengambil gambar atau video. Dia membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk. Saya masih tidak percaya, saya sedang berada di ruang ganti pemain. Ruangan ini sangat rapi dan terlihat nama dan nomor semua pemain di setiap kursi. Ada Buffon, Dybala, Mandzukic, Pogba, Chiellini, Lichtsteiner, Bonucci dan semuanya. Ruangan ini tersambung dengan gym dan ruang terapi pemain.

Lorong jalur pemain sebelum keluar lapangan


Kemudian kami keluar ruangan, berjalan di lorong pemain saat detik - detik mereka akan keluar menuju lapangan. Saya selalu melihat lorong ini di televisi & juga di game PES, Pro Evolution Soccer yang sering saya mainkan karena saya selalu memilih Juventus untuk bermain master league. Kami berjalan melalui lorong ini hingga terlihat pintu bergambar lambang juve. Lalu Sebastian membukakan pintu untuk kami. Terlihat lapangan hijau yang sangat rapih rumputnya, satu persatu kami masuk ke dalam lapangan. Kami berada di pinggir lapangan tempat para pemain keluar masuk. Ingin rasanya saya lari langsung ke lapangan lalu berguling-guling di rumput yang halus ini, tapi sayangnya hal tersebut dilarang. 


Ini bukan saya


View dari pinggir lapangan

Puas melihat view dari pinggir lapangan, kami kembali masuk ke lorong dan dibawa ke tempat konferensi pers. Mirip juga dengan yang saya lihat di layar kaca dan PES. 

Media Conference Room

Sebastian lalu membawa kami ke atas stadion. Di sana terdapat Walk of Fame seperti di Hollywood. Tercetak nama nama pemain legendaris Juventus seperti Dino Zoff dan PlatiniDari hall of fame ini  terlihat mangkuk tribun dari luar. Kami memutar hingga tiba di pintu keluar. Selesai tur kami bersalaman dan foto bersama. Saya pun kembali lagi ke museum Juve, karena masih belum puas. 

Suatu saat nanti akan ada nama Gianluigi Buffon disini

Mangkuk tribun terihat dari luar

Ini adalah pengalaman paling tak terlupakan. Saya serasa masuk ke dalam pertandingan-pertandingan Juventus yang saya tonton di televisi dan juga game PES yang (hampir) setiap malam sebelum tidur saya mainkan. Pemandangan yang selama ini hanya lewat imajinasi dan layar kaca, terwujud di depan mata. Satu hal yang saya sesalkan adalah tidak mengajak Niken ikut tur. Padahal kalau dia ikut, saya pasti punya foto-foto yang lebih bagus. 

View Turin yang banyak beredar di kartu pos.
Seharusanya di belakang ada pegunungan Alpen saat cerah.

Selama di Turin, kami hanya mampir ke view point Turin di Chiesa di Santa Maria del Monte setelah dari Juventus Stadium. Itupun sudah malam dan hujan sepanjang waktu. Padahal jika sedang cerah, kita bisa melihat pemandangan kota Turin dengan latar belakang pegunungan Alpen. Cukup disayangkan karena Niken tidak bisa menikmati kota ini. But I'm thanking her for bringing me here! Mimpi saya berikutnya tentu saja menonton langsung pertandingan klub favorit saya, Juventus.

No comments

Post a Comment