Ngafe Dipuri

Feb 23, 2023


Sudah lama tidak update lagi tentang berburu kafe nih. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang salah satu kafe di sudut Selatan Jakarta. Setelah pulang dari Bali, terakhir saya ngafe di Twin House Cipete sekitar bulan September tahun kemarin. Tapi bukan kafe ini yang akan saya bahas di sini. Tepatnya seminggu yang lalu saya dan Bre mampir ke coffee shop yang juga berada di daerah Cipete (yes, Cipete adalah area kafe yang paling menjamur di Jaksel). Namanya Dipuri, mengambil namanya dari nama jalan di mana letak kafe ini berada, Jalan Puri Mutiara Raya, Cipete Selatan. 

Rencana awalnya, Sabtu pagi itu saya dan Bre ingin mengunjungi Kozi Coffee yang ada di Jeruk Purut karena dari dulu belum pernah kesampaian ngafe di sana. Namun saat kami sampai di parkiran hujan gerimis, dan sudah kami pastikan area indoor untuk duduk yang nyaman main laptop tidak banyak. Saya langsung mengajak Bre ke Gordi HQ, yang tidak jauh dari sana tapi tidak jadi, saya baru ingat kalau dulu pernah mampir ke sana dengan Mira dan Danceu. Kita coba kafe yang baru yuk, langsung deh kita jalan ke Dipuri. Ratingnya di Google cukup bagus, 4.8/5. Saya memang sudah menyimpan beberapa kafe alternatif di fitur Saved Maps yang ada di Google Map dan ini sungguh sangat membantu.


Bunga asli yang dipajang di setiap meja menambah kesan alami yang menenangkan

Kami sampai sekitar pukul setengah 10 pagi, baru ada satu orang pengunjung. Cukup sepi ya. Bre memesan Cappucinno panas seperti biasa dan saya memesan Matcha latte panas. Untuk harga kopinya standar untuk kafe di kawasan Kemang dan Cipete sekitar 38,000 - 45,000 rupiah satu gelasnya. 

Meskipun terletak tepat di pinggir jalan raya, area tamannya cukup sejuk dan rindang

Area indoor paling depan dengan atap kaca. Terlihat menyilaukan dan panas tapi AC nya cukup dingin.

Pertama kali masuk ke ruangan kafe ini saya takjub dengan adanya dua buah air purifier yang cukup besar. Rasanya jarang sekali ada kafe yang menyediakan air purifier. Saya pernah sekali menemukannya di kafe daerah Senopati, itupun digunakan sebagai penghisap asap rokok di dalam ruangan (karena menyatu dengan area lain). Mungkin ini salah satu yang membuat ruangan nya jadi lebih dingin. Jujur kami agak kedinginan di sini. 

Kursi goyang dan wadah untuk tas dan barang bawaan.

Ada yang unik dari kafe ini, yaitu disediakannya kursi yang bisa diayun-ayun dan wadah untuk meletakan barang bawaan kita. Ini juga baru kedua kalinya saya menemukan wadah di kafe yang dikhususkan untuk meletakan barang bawaan kita. Beberapa pengunjung sepulang olahraga yang membawa alat olahraganya seperti raket atau tas fitness juga bisa meletakkan barangnya di sini. Jadi kafe tidak terlihat berantakan dan kursi kosong yang biasa digunakan untuk meletakan barang bawaan jadi berfungsi dengan semestinya. Wadah atau keranjang ini terbuat dari anyaman enceng gondok dan rotan sehingga menambah kesan estetika dalam ruangan.



Menurut Bre kopinya enak dan vibes kafe ini juga cocok sekali untuk kerja. Cukup banyak kursi dan meja yang memang dirancang untuk memakai laptop. Jadi mau nongkrong lama juga nggak bikin pegal. Kalau mau rebahan atau selonjoran juga disediakan satu sofa besar dengan meja rendah. Mau hangout di bagian outdoor juga lumayan adem pas mendung. Ada angin sepoi-sepoi menimpa dedaunan di taman.

Ada banyak medali dari seluruh dunia. Sepertinya pemilik kafe hobi ikut festival.

Selain suasana kafenya yang cukup nyaman ada hal yang membuat saya dan Bre betah yaitu sabun cuci tangan yang dipakai di wastafel. Wanginya enak banget bikin jadi kepingin cuci tangan terus. Saya sampai sengaja foto lho, jarang sekali saya foto di depan kamar mandi kafe (sambil swafoto). "Nanti beli ah", sampai rumah saya langsung cek di marketplace. Merknya Oaken lab, wanginya plein air. Harganya 299,000 untuk ukuran 500ml. Saya langsung mengernyitkan dahi. Dah lah~ pakai dettol saja.

No comments

Post a Comment

Older Post