Cerita Tentang Kunci

Jul 29, 2022

Kehilangan kunci sudah jadi hal yang lumrah buat saya dan Brew. Alasan saya yang pasti karena ceroboh dan terburu-buru. Sedangkan Bre mungkin karena dia pelupa. Sudah dua kali kami membobol pintu rumah karena kehilangan kunci. Saya sendiri sudah berulang kali kehilangan kunci kostan saat kuliah di Bandung. Ibu kost sudah hafal hingga menyimpan beberapa kunci cadangan. Ingat betul, kunci kostan saya sering tertinggal di Jakarta, dan saya baru sadar saat sudah di depan pintu kost. Pernah juga saya menjatuhkan kunci di got kampus (seperti gorong-gorong) padahal sudah saya pasangkan dengan lanyard agar bisa digantung di leher. 

Ada satu cerita yang betul-betul jadi pelajaran buat saya. Kejadiannya sekitar 5 bulan lalu. Saya mengajak Bre untuk belanja pot tanaman di daerah Sawangan, sekitar 15 kilometer dari rumah. Tentu saja kami membawa Pikachu, si mobil merah mini yang sudah menemani 1,5 tahun perjalanan kami. Sampai di lokasi saya langsung beranjak keluar dari mobil dan bergegas ke toko. Baru sekitar sepuluh langkah, terdengar suara alarm mobil. Saya yang saat itu sudah bersemangat pun tidak menoleh sama sekali, "Ah paling pintu mobilnya kurang nutup." Pikir saya. Saat itu lah awal mula musibah terjadi.

Bre menghampiri saya yang sedang asyik memilah pot. "Kunci mobil yang tadi gue titipin, lo bawa ga?" Saya pun menggelengkan kepala, "Gue taruh kursi lo tadi. Emang nggak lo masukin kantong?" Saya mulai panik. Baru kali itu Bre menitipkan kunci mobilnya ke saya karena saya yang masuk duluan ke mobil. Kami pun mencoba tenang sambil mencari solusinya. Oiya di rumah kan kita masih punya 1 kunci cadangan mobil. "Yaudah gue balik ke rumah deh pake ojek. " Saya pun teringat kalau tas saya masih di dalam mobil. Waktu keluar dari mobil saya hanya membawa HP. Kunci rumah yang saya pegang ada di tas, sedangkan yang Bre pegang ada di dalam mobil juga. Haduh! Gimana dong caranya masuk rumah? Akhirnya timbul masalah baru. 

Saya mencoba mencari cara untuk membuka pintu mobil otomatis di YouTube. Setelah mencoba 1-2 cara, kami jadi seperti maling. Wkwk. Lagi pula kunci Pikachu modelnya sudah menggunakan remote, Sedangkan trik-trik yang ada di YouTube kebanyakan untuk kunci manual. Kami nyerah, lalu mencoba berpikir kembali. Ada 2 solusi yang harus kita pilih salah satunya. Pertama membobol pintu mobil atau kedua membobol pintu rumah. Kamipun memilih opsi kedua karena setelah dihitung biayanya lebih murah. 

Saya melanjutkan shopping, karena memang rencananya mau saya jual kembali, bukan sekedar untuk hobi. Lalu Bre langsung menuju tukang kunci di daerah Brigif, yang ternyata tutup. Ia pun menelepon saya untuk mencarikan tukang kunci yang lain. Saya menyuruhnya ke swalayan Fortuna yang agak jauh sekitar 3,5 kilometer dari rumah. Bre lalu mengajak tukang kunci nya untuk membobol pintu rumah. Membobol kunci rumah bukan hal yang pertama, pernah juga dulu saat mengontrak, kunci rumah jatuh ke got tepat di pagar depan. Sudah diobok-obot itu got tapi tidak ketemu, jadi ini kali kedua memanggil orang yang sama. 

Tiba-tiba ada telepon masuk dari tetangga saya. "Niken, kamu lagi di mana? Tadi Elbar lewat depan rumah kamu, ada 2 orang naik pagar. Coba dicek."

Dua orang itu adalah Bre dan si tukang kunci. Saya ketawa ngakak. Setelah lebih dari setengah jam Bre menelepon saya, 

"Ini pintu yang paling depan gampang dibobolnya. Yang pintu kedua agak susah nih, gimana ya. Dihancurin aja nggak apa-apa ya?" Yaudahlah mau bagaimana lagi. Ternyata pintu itu sulit dibuka karena dalamnya made in China jadi gampang hancur malah jadi sulit diakalin. 

Setelah berhasil masuk, Bre menanyakan di mana letak kunci mobil cadangan. Saya juga sebetulnya pelupa, tapi kalau masalah naro barang, saya sangat hafal. Kunci cadangan ketemu, dan Bre kembali ke toko naik gojek. Lalu pulangnya kami mampir ke KFC, jajan sepuasnya, lalu pesan McFloat sambil ngobrol menertawakan kejadian tadi. Entah kenapa kami berdua tidak saling menggerutu, mungkin karena kami tahu kami berdua sama-sama salah. 

Setelah kejadian ini, saya selalu membawa kunci cadangan di tas bahu yang juga tidak pernah saya lepas selama di mobil. Selama ada kunci cadangan di tas ini, saya merasa tenang. Lalu ada kejadian kehilangan kunci lagi. Tepatnya 2 bulan lalu saat kami berdua sedang trip selama sebulan di Bali. Baru hari ke-3, saya menyadari kunci cadangan yang biasanya ada di kantong kecil di dalam tas saya hilang. Saya mencoba mencarinya di setiap sudut dan kolong-kolong jok mobil, namun tidak ketemu. 

Setiap hari saya frustasi, saya selalu mengingatkan Bre untuk selalu membawa kunci mobilnya setiap kita mau keluar dari mobil. Jika tertinggal di dalam mobil, maka kejadian di Sawangan itu akan terulang lagi. Setelah tidak berhasil mencari kunci cadangan di kostan, area parkir kostan dan di dalam mobil, saya mencari alternatif untuk membuat kunci cadangan baru. Mulai dengan mencari lokasi tukang kunci di area Denpasar dan menghubunginya satu persatu melalui WhatsApp. Ternyata harga kunci duplikat remote cukup fantastis, sekitar 500 ribu rupiah. Haduh, buang-buang duit saja.

Seketika saya membuka buku jurnal dan mencoba menelusuri catatan harian saya di situ. Untung hampir setiap hari selama di Bali saya selalu selalu membuat catatan. Jadi di hari sebelum kehilangan kunci, saya cek satu persatu tempat yang kami kunjungi. Ada tiga tempat di mana feeling saya memberitahu di mana kejadian kunci itu jatuh. Indomaret depan bubur ayam saat kami sarapan, Klinik Kimia Farma saat saya berobat, dan Ace Hardware saat membeli matras yoga. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Kimia Farma yang lokasinya tepat di depan tempat Bre biasa laundry baju. Saya langsung ke resepsionis, dan tara! Ternyata kunci saya memang tertinggal di ruang klinik. 

"Saya juga bingung kok nggak diambil-ambil ya, sudah seminggu di sini." Kata mbak resepsionis.

Akhirnya saya bisa tenang menghabiskan sisa 3 minggu liburan di Bali.

Memang drama kehilangan kunci ini seperti sudah jadi keseharian kita. Jadi apakah sebaiknya kita ganti model kunci rumah seperti di drama Korea yang pakai pin begitu? Sempat terlintas juga sih ini. Ah nanti lagi saja lah dipikirkannya. 

No comments

Post a Comment