Berburu Kafe dan Perkopian di Bali (Part 1)

Jul 19, 2022


Rasanya nggak lengkap kalau selama sebulan tinggal di Bali nggak eksplorasi kafe-kafe di pulau dewata ini. Jadi gimana nih rasanya Work From Bali? Kalau hanya di kosan ya tetap saja jenuh, nggak ada bedanya dengan di rumah. Jadi kami menyempatkan nongkrong di kafe yang kopinya lumayan enak dan vibesnya asik.

Kebanyakan kafe saya pilih dari daftar yang dibuat oleh Kak Eunike, salah seorang content creator yang berdomisili di Bali yang saya follow di Instagram. Pokoknya saya sudah tidak percaya dengan hasil googling dengan judul artikel seperti "Kafe hits di Bali" atau "Kafe instagrammable di Bali" karena biasanya pasti berujung ramai dan overrated. Lokasi kosan saya sebetulnya ada di kecamatan Kuta, di mana banyak kafe yang tersebar di sepanjang daerah Kuta sampai Canggu. Tapi rata-rata kafe yang saya kunjungi di daerah Denpasar Selatan. Kafe yang paling jauh kami singgahi ada di Kintamani, yang ditempuh sekitar 2 jam dari kosan, dan yang nyebrang pulau di Nusa Ceningan. 



1. Bron Cafe

Jl. Hayam Wuruk No.136, Sumerta Kelod, Kec. Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali
Jam buka 09:00 - 23:00

Dari semua kafe yang kami kunjungi, kafe ini adalah tempat yang paling membuat kami betah. Rasanya membuat kami ingin kembali lagi. Mungkin ini jadi tempat ngopi terbaik versi saya di area kota Denpasar.


Ngafe di sini nggak akan takut ngerasa sumpek karena selain memiliki ruang indoor yang semi terbuka, kafe ini memiliki area terbuka yang sangat luas. Bahkan mereka memiliki ruang meeting ber-ac di bangunan rumah yang terpisah yang bisa disewa. Meskipun berada di tengah kota yang mungkin notabene panas, menurut saya kita nggak perlu ruangan ber-ac karena banyaknya pohon dan area yang luas membuat hawanya jadi lebih dingin. 

Foto kiri: di setiap meja disediakan obat semprot untuk menghalau nyamuk.
Foto kanan: kolam koi yang tiap sore kita boleh kasih makan

Hal yang membuat kami betah selain suasananya yang homey dan latar belakang musiknya yang syahdu adalah harga kopi dan makanannya yang di bawah standar kafe-kafe ukuran di kota. Saat kami di sana ada satu grup yang merayakan ulang tahun di kebun, itu pun tidak mengganggu kami yang ada di ruangan semi indoor. Ngajak anak-anak ke sini pun juga bikin mereka betah karena ada perosotan besasr dan area bermain di taman. 

Jadi punya cita-cita bikin meja ngafe di kebun belakang


2. The Tropical Ants

Katik Lantang Street (Campuan 3), Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali
Jam buka 08:00 - 22:00

Ini dia salah satu kafe tepi sawah favorit kami. Suasana kafe ini sangat tenang, sepanjang 2,5 jam nongkrong di sini kami tidak terganggu dengan obrolan meja sebelah. Kebanyakan pengunjung turis luar, yang sedang bekerja dari pagi dengan laptopnya, keluarga yang sedang sarapan, atau pasangan yang ngobrol cantik sambil minum kopi. 


Mbak bule di belakang pesen kopi sampai dua kali. Kayaknya dia dari pagi.

Menurut saya kenapa di sini nggak ada hingar-bingar adalah karena tempatnya yang memang dirancang untuk kerja dari kafe. Nggak banyak detail estetik buat foto-foto jadi tidak terlalu hype untuk kafe bertema pinggir sawah. Kopinya menurut saya di sini enak, dihidangkan dengan cookies yang imut. Pelayannya ramah, baristanya juga. Jadi kalau duduk di kursi bar sudah pasti ngobrol asik sama mereka.



3. Stocked Iced Coffee

Jl. Umalas 1 No.5, Kerobokan Kelod, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali
Jam buka 08:00 - 22:00

Di kafe ini saya jadi punya minuman favorit. Namanya Georgia Coffee, longblack dengan campuran sirup peach dan topping potongan jeruk panggang. Sama seperti list saya sebelumnya, ini kafe mepet sawah. Saya mengerti mengapa kami jadi suka kafe model gini, selain karena viewnya yang membuat hati tentram, anginnya yang sepoi-sepoi bikin ngantuk. Lalu kami minum kopi biar melek, jadi pas buat suasana kerja.



Mungkin karena lokasinya tidak jauh dari pantai (sekitar 2km), semilir anginnya sangat kerasa. Sepulang dari kafe ini kami mampir ke Pantai Batu Belig, menghabiskan sunset. Di minggu akhir tinggal di Bali saya berencana ke sini lagi namun setelah cek di Google Map ternyata tutup. Setelah menghubungi via DM, kami diinfokan kalau kafenya sedang direnovasi. Parkir mobil dan motor di belakang dan memuat cukup banyak. 



4. Huma Cafe

Jalan Cinta, Tegallalang, Gianyar, Bali
Jam buka 08:00 - 22:00

Saya menyempatkan dua kali ke kafe ini. Kunjungan kedua bersama dengan Hana seusai main di Alas Harum Tegallalang. Huma Cafe ini masih satu brand dengan kafe The Tropical Ants yang merupakan milik Goldmine. The Tropical Ants lokasinya masih di pusat kota Ubud, sedangkan Huma Cafe masih naik lagi ke arah Tegallalang sekitar 10 kilometer. Jadi siap-siap bawa jaket karena makin ke atas tentu saja makin dingin, apalagi kalau hujan. 



Karena lokasinya yang benar-benar di tengah sawah yang lapang, maka matahari pagi dan sore akan langsung menyapa kita. Kafe ini dirancang tanpa ada ruang indoor. Semua area terbuka lebar, jadi kalau misalnya hujan angin, nggak bisa deh duduk di area pinggir, kita harus ke tengah biar nggak kena cipratan hujan yang tampias. 


Jalan menuju Huma Cafe juga sangat memanjakan mata, bentangan sawah hijau yang bertingkat-tingkat. Sayangnya di area Huma Cafe tidak ada pohon padi yang sedang tumbuh.



5. Resident Coffee & Tea

Jl. Pemuda VI No.4, Renon, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali
Jam buka 10:00 - 18:00

Setelah akhir pekan random mampir ke Pantai Balangan di Kuta Selatan, kami makan siang di Kood Sanur. Tadinya kamu mau lanjut kerja (yiay, saya masih nyempetin kerja di hari Minggu) di tempat makan favorit kami ini. Namun ternyata di sana tidak ada colokan listrik, jadi kami pindah ke Resident Coffee & Tea yang tidak jauh dari Kood. Waktu sampai sempet bingung karena kafe ini seperti rumah biasa yang ada di dalam komplek.


Yang membuatku terkesan dengan kafe ini adalah toiletnya, semi outdoor yang bikin deg-degan pas buang air kecil. Hehe. Ruangan indoor di kafe ini sebetulnya ber-ac tapi sayangnya pintu utamanya dibuka. Langit sore yang langsung menembus kaca membuat jadi agak hangat. Jadi Bre memesan Ice Cappucino.


Kalau dilihat dari design meja kursinya kafe ini memang lebih cocok untuk ngobrol santai. Kalau untuk kerja ada meja panjang besar yang bisa menampung sekitar 7-8 orang. Suasananya cukup tenang, tidak ada bising suara latar belakang musik, jadi cocok untuk tempat blogging.




Kalau yang ini bukan kafe, tapi tempat duduk yang berjejer tepat di depan kamar saya menginap di Nusa Ceningan. Sarapan pagi pancake pisang dan kopi panas sembari menikmati pemandangan laut dan pulau Nusa Lembongan. Masih ada 10 kafe lagi di Bali yang nanti akan saya bahas di artikel tulisan saya berikutnya. Stay tuned!

No comments

Post a Comment