Hong Kong itu kebayangnya Chow Yun Fat, Stephen Chow, Andy Lau sama Jimmy Lin. Dulu waktu masih SD ngefans banget sama Jimmy Lin, eh tapi dia mah dari Taiwan yah hahaha. Tapi satu hal yang pasti, Hong Kong is probably world's best shopping site with shopping malls, markets and, where the best three buys are clothes, cosmetics and e-products (kutip dari chinahighlights.com). Jadi kalau denger ngetrip ke Hong Kong pasti mikirnya belanja, belanja dan belanja. Tapi belanja itu "A big NO" buat budget traveler kayak kami yang buat beli tiket aja cari promo dulu. Makanya waktu memutuskan untuk mampir ke HongKong, kami cari wangsit dulu ke temen kami Gugum yang udah merantau ke HongKong buat cari tau destinasi explorer bukan destinasi turis. Hihi.. jatuh lah pilihan ke Dragon's Back, selain itu masih ada Repulsive Bay, Stanley Beach and Market, St Stephen Beach dan sebagainya. Terus karena kami cuma punya waktu kurang dari dua hari HongKong, maka itinerary kita ini sederhana dengan budget secukupnya, tapi seru!


Makan Dimsum halal di Wanchai

Jam satu siang, setelah hiking ke Dragon's Back dan leyeh-leyeh di Big Wave Bay, waktu nya mengisi perut yang udah keroncongan karena cuma diisi roti pas sarapan. Di Big Wave Bay ada resto kecil, namun kami urung kesana, takut-takut banyak babinya. Memang susah banget nyari makanan halal di HongKong. Tapi dari susahnya itu, pasti ada yang halal juga. Tinggal gimana kita mau usaha buat nyarinya. Dibanding Macau, muslim di HongKong jauh lebih banyak karena masih ada masjid di sekitaran HongKong. 

Add caption

Di daerah Wan Chai ada sebuah komunitas muslim, namanya Osman Ramju Sadick Islamic Centre. Di dalam nya terdapat masjid dan kantin yang ada di lantai 5. Kebetulan sekali menu andalan yang ada di kantin tersebut adalah dimsum. Nah, rasanya ada yang kurang kalau mampir ke HongKong ngga makan dimsum. Langsung lah kami ciao dari stasiun Shau Kei Wan, menggunakan MRT menuju Central, turun di stasiun Wan Chai. Dari stasiun Wan Chai, exit A3 lalu kami jalan kaki menyusuri Johnston Rd sampai ke O Kwan Rd dengan modal peta yang kami screenshot pas di hostel (tips get lost: ngga terhubung ke internet). Awalnya kami beneran nyasar sampe muterin O Kwan Road (namanya O mungkin karena jalannya melingkar), dan baru nemu Islamic Centre pas di penghujung jalan. Jadi ujung ke ujung kami nyusurin O Kwan Road.


Berhubung hari mulai sore, menu yang kami pesan adalah sisa dimsum yang ada di meja karena sebagian besar sudah habis. Kami memesan soybean sheet with chicken and vegetable, siu mai with beef, seaweed rolls with seafood, dan tofu with shrimp. Dimsum yang terakhir itu yang paling enak. Range harga dimsum antara HK11 - HK15. Jangan lupa ditemani teh tarik nya yang segar.

Lokasi:
Islamic Centre Canteen
5/F Osman Ramju Sadick Islamic Centre
40 Oi Kwan Rd. Wanchai


Nyobain Tram

Belum ke Hong Kong kalau belum nyobain tram nya. 
Tram ini hanya beroperasi di main island Hong Kong. Hanya ada dua rute, East Bound dan West Bound. Jalurnya hanya ada di bagian utara dari pulau Hong Kong. Untuk informasi lengkap tentang rutenya bisa dibuka di sini. Tarif transportasi umum ini adalah yang paling murah dibandingkan dengan bus atau MTR. Jauh dekat hanya dikenakan HK2.8 atau sekitar 5 ribu rupiah dengan mata uang saat ini. Tram ini sama seperti bus tingkat namun bentuknya lebih ramping dan memiliki jalur sendiri seperti kereta. Asiknya naik Tram dia jalan lebih lambat di banding kan bus, jadi kita bisa cuci mata sama bangunan-bangunan di pulau Hong Kong. Karena itu hari Jumat, ada banyak warga Hong Kong yang seliweran sana-sini. Meskipun rame, kondisi jalan tetap rapih. 

Trem dari arah berlawanan, dan di belakangnya bangunan legislatif Hong Kong, Old Supreme Court.

Bedanya dengan Bus, kalo tram kita masuknya dari belakang, keluar di depan sekalian bayar. Kalo Bus, kita masuk nya lewat depan, bayar dulu. Lalu turun di bagian tengah atau belakang. Bayar pake koin tanpa kembalian atau tap pake Octopus Card. Jangan khawatir ketinggalan tram, karena tram disana banyak, tunggu aja dua sampai lima menit pasti ada lagi. Kami naik tram dari Burrow Street (halte terdekat dari Islamic Centre), dan turun di Bank Street. Kami turun di Bank Street untuk nyobain Peak Tram ke Victoria Peak. Di sana kami salah turun, karena kelewatan akhirnya jalan kaki lagi ke Bank Street, dan setengah jam nyasar nyari gedung Peak Tower. Begitulah asiknya tanpa GPS, mau ngga mau kami mulai hafal jalanan di Hong Kong (meskipun baru sehari). 

Tram dari jendela, dan Brew lagi mejeng asik di stop tram Burrows street

Tram stop bertanda kuning. Tram nya warna-warni bergambar iklan.


Hiking Dragon's Back

Meeen, jauh-jauh ke Hong Kong malah naik gunung. Hahaha.. ya, itu juga ke Hong Kong kan dadakan karena di Macau lagi ada GrandPrix. Terus browsing blog Indonesia belum banyak yang ngebahas soal Dragon's Back. Padahal mah kata Gugum dan temennya yang udah kesana, katanya biasa aja kalau dibandingin gunung-gunung di Indonesia. Ya iyalah! Indonesia's the best, tapi kalo mau bandingin berarti kan harus nyoba dulu. Kita ngga akan tau seberapa nikmatnya sambel terasi kalau belum ngerasain tinggal di luar negeri di mana nyari tempe aja susah. 

View sebelah kiri Dragon's Back: Tai Tam Bay

View sebelah kanan Dragon's Back: Shek O Village

Hiking ke Dragon's Back ini kita ngga dipungut biaya. Cukup bayar transportasi aja dari hostel sampai ke Shek O Road. Jangan lupa bawa air minum dan pakai sepatu yang nyaman. Karena ini mau masuk musim gugur, udara sudah mulai dingin dan berangin jadi jangan lupa bawa jaket. Tulisan lengkap tentang Dragon's Back sudah saya ulas di sini.


Leyeh-leyeh di pantai Big Wave Bay

Setelah lelah menempuh jalan kaki sembilan kilometer naik turun bukit, saatnya leyeh-leyeh di pantai. Meskipun di pantai, tapi suhu udara mencapai 23 derajat celcius, cukup dingin walaupun baru pukul setengah satu siang. Kalo summer, pasti udah banyak bule mejeng-mejeng perut di sini. Di sini yang ramai hanyalah anak-anak SMP yang masih menggunakan training suit dan beberapa turis yang sedang selancar air.

Salah satu safety guard tower di sebelah kanan pantai

Pantai yang menghadap gunung


Sky Terrace 428 Victoria Peak

Menghabiskan sore di pulau Hongkong, rencana awal kami adalah mampir ke Stanley Beach yang terletak di paling selatan pulau. Tapi ngerasa kami udah tau gimana pantai di Hong Kong (tulisan di atas pantai Big Wave Bay), kami jadi urung dan langsung bergegas ke Victoria Peak. Pengen liat sunset dari ketinggian 500mdpl. Karena kelamaan nyasar, pas sampe Peak Tower di sana udah ada antrian panjaaaaang sekali, banyak turis berderet mengantri untuk naik Peak Tram. Kalau dihitung total kami ngantri adalah satu jam! Padahal naik Peak Tram nya ngga ada sepuluh menit. Hahaha.. Tapi serunya, tram ini kemiringannya 45 derajat, jadi sensani naik tram miring ini serasa lagi naik halilintar tapi jalannya pelan. Ada 2-3 pemberhentian, di mana tiba-tiba tram berhenti di stasiun kecil yang memajang papan tulisan bersejarah.  Pikiran yang ada di kepala kita saat itu adalah.. "Huaaa.. takut merosooooot..!"

Sumber: http://www.hongthai.com.sg/img/timage/feasy_389.jpg
Peak Tram berhenti di dalam mall Peak Tower. Kita langsung disuguhkan area pernak-pernik Hong Kong untuk oleh-oleh. Saya dan Brew pun langsung menuju lantai GF untuk menuju Costumer Service Center untuk membeli tiket ke Sky Terrace 428. Kami beli on the spot seharga HK48 untuk tiket Sky Terrace nya saja. Untuk Peak Tram, kami menggunakan Octopus Card, sekali pakai kena tarif HK12. Kalau dari website resmi nya The Peak, untuk return ticket dan Sky Terrace kena HK83. Jauh lebih murah kita beli on the spot yaitu HK72 (Sky Terrace HK48 + Peak Tram PP HK24).

Sky Terrace 428 berdiri diatas 428mdpl adalah lokasi view point tertinggi di Hong Kong dengan 360 derajat panoramic view kota Hong Kong. Di sana kami diberikan "Hong Kong Sky Tour", sebuah gadget dan headphone sebagai interaktif audio tour yang tersedia dalam enam bahasa. Di sini lah pusat destinasi turis. Saking rame nya, untuk masuk dan keluar The Peak, kami harus ngantri masing-masing satu jam. Dari sekian tourist attraction nya Hong Kong, di sini lah kami ngerasa sesak napas, dan baru bisa bernafas lega pas ngelihat pemandangan di bawah.



View kece dari Sky Terrace 428


Tidur siang di Bangku Taman KownLoon Park

Destinasi ini adalah bonus di hari kedua di Hong Kong. Rencana kami pagi-pagi sekali ngejar Ferry ke Macau, tapi apa daya, kami baru dapat tiket Ferry jam 12 siang. Jadilah terlunta-lunta di HongKong lagi selama 3 jam. Karena Octopus Card sudah kami refund, jadi kami putuskan untuk ngaso di KowLoon Park, yang lokasinya tidak jauh dari Mall HongKong China Ferry Terminal. Cukup jalan kaki atau nyebrang melalui mall di sebelahnya. Ngabisin waktu dua jam di sini sambil nikmatin angin semilir dan rindangnya pepohonan. What a great adventure ya Bre, walaupun cuma sehari semalam. The memory of this moment will never fade, as long as we still can make another story for tomorrow.



Gambar atas: Hong Kong Museum of History

Ini tidur beneran, sampe saya tinggal jalan-jalan keliling taman, 
balik-balik masih tidur -___-



Jika masih ada yang nanya, ngapain jalan-jalan keluar negri kalau Indonesia itu udah Indah? Jawabannya seperti ngutip dari postingan mas Angga:

Indonesia itu indah. Begitupun dunia.


Modal pake gagang tripod sama SLR
Foto selfie buat nunjukin ke anak cucu, terus lanjut balik ke KowLoon, nyari sevel buat makan malam

Welcome to HongKong!

Hari masih gelap, setelah menumpang taksi yang kami pesan malam sebelumnya, kami naik bus damri dari terminal Pasar Minggu menuju bandara Soekarno Hatta. Cara paling cepat dan hemat untuk menuju bandara dari rumah kita yang jauh dari mana-mana. Dua carrier besar sengaja kami bawa, supaya beban bisa kebagi dua, karena ngga pesan bagasi jadi berat maksimal satu tas tujuh kilo. Pesawat kami take off pukul 8:30 pagi ke Kuala Lumpur, lalu lanjut penerbangan berikutnya ke Macau pukul 14:55, dengan total waktu transit di bandara KLIA2 selama 3,5jam. Lumayan lah, kami putuskan buat jalan-jalan cuci mata keliling KLIA2.

Hiking Dragon's Back & Lying Around Big Wave Bay


Dragon's Back

Setelah packing secukupnya, saya bawa daypack dan Brew bawa carrier (memuat raincoat dan jaket-jaket serta tripod), kami mulai perjalanan di Jumat pagi yang agak mendung itu di McD depan mansion. Hahaha, gegayaan sarapan di McD, ujung-ujungnya cuma beli roti manis karena canggung takut ngga halal dan harganya juga ngga kejangkau buat budget sarapan. Kami mampir ke 7 Eleven untuk membeli On Loan Octopus card yang ternyata mereka tidak menjualnya, mereka hanya menjual Sold Octopus card yang biasanya dibeli para turis. On Loan Octopus card bisa didapat di tiap stasiun MTR. Untuk bedanya check disini aja ya. Dua tiket On Loan Octopus card seharga masing-masing 150HK, dengan deposit 50HK ini bisa digunakan di semua transportasi di HongKong dan juga untuk berbelanja.

Tsim Sha Tsui MTR

Untungnya, Chungking Mansion letaknya dekat sekali dengan stasiun MTR. Cukup jalan kaki dan nyebrang dari depan mansion menuju Tsim Sha Tsui MTR. Pukul setengah 8 pagi, subway MTR ini sudah lumayan ramai lalu-lalang warga HongKong yang akan berangkat kerja dan sekolah. Kami langsung menuju Tsuen Wan line tanpa nyasar, tenang saja, petunjuk arah di dalam subway HongKong sama seperti di Singapura, cukup jelas dan sangat membantu untuk first time visitor.

Booth tempat membeli dan refund Octopus card

Sampai di Shau Kei Wan station, cek itinerary dulu untuk menuju Shau Kei Wan terminus

Dragon's Back terletak di sebelah tenggara Pulau HongKong. Rute untuk menuju Dragon's Back dari KowLoon sangat lah mudah, ada beberapa alternatif diantaranya:

Menggunakan MTR dan Bus
Dari Tsim Sha Tsui station, pilih jalur Tsuen Wan Line menuju Central lalu berhenti di Admiralty station (1 stop), lalu lanjut menggunakan jalur Island Line menuju Chai Wan dan berhenti di Shau Kei Wan station (9 stop). Ngga perlu takut salah turun, di setiap MTR ada map interaktif dan pengeras suara yang mengarahkan setiap pemberhentian di stasiun. Setelah sampai di Shau Kei Wan station, cari jalan keluar menuju Shau Kei Wan terminus, ditunjukan dengan Exit A3.  Dari Shau Kei Wan terminus, kita menuju tempat pemberhentian Bus No. 9. Di sana sudah berjejer antri para penumpang yang akan menuju Big Wave Bay. Perjalanan bus kurang dari setengah jam, kami berhenti di To Tei Wan (11 stop).

Menggunakan Ferry, Tram dan Bus
Menggunakan Ferry menuju Pulau Hongkong dari Tsim Sha Tsui Star Ferry pier yang ada setiap 15 menit sekali. Cek di sini untuk biaya dan jadwal rutenya. Menggunakan Ferry lebih murah dibandingkan dengan MTR. Lalu dilanjutkan dengan menggunakan Tram jalur East Bound dan berhenti di Shau Kei Wan Main Street, lalu menuju Shau Kei Wan terminus untuk menumpang Bus No. 9.

Bus No 102, kami harus berjalan sampai ujung terminal untuk nemuin Bus No. 9

Tentunya karena kami mau ngejar pagi, kami memilih alternatif pertama yang lebih cepat. Alternatif kedua kami rencanakan untuk perjalanan pulang dari Dragon's Back ke KowLoon. Saat naik bus, pilih di bagian atas dan paling depan. Kebanyakan supir di sana ngebut ditambah Shek O Road ini jalanannya kecil, naik turun dan berliku membuat kami serasa naik halilintar di Dufan. Oiya, ini pertama kalinya kami naik bus tingkat! Jadi agak norak dikit gapapa lah ya. Hahaha..

Setelah perjalanan kurang dari satu jam, kami sampai di To Tei Wan stop. Di sini lah kami memulai untuk trekking ke Dragon's Back. Jalur yang kami pilih ini adalah Stage 8 ditambah jalur ke Big Wave Bay. Untuk map nya bisa di download di sini.

Section 8
(sumber: http://hiking.gov.hk/eng/longtrail/hktrail/hktrail/hktrail08.htm) 

Awal perjalanan lima hari yang dimulai dengan hiking ini adalah keputusan yang sangat mendadak. Karena dari awal kami ngga ada niatan ke HongKong, namun karena di Macau sedang ada GrandPrix jadilah kami sampai di sini. Iseng-iseng ceritanya kita ingin mengulang perjalanan trekking puncak Phi Phi tahun kemarin, jadi tahun ini kami mau sampai ke puncak Shek O yang tingginya tidak lebih dari 280 meter diatas permukaan laut.

Penunjuk arah menuju Dragon's Back tepat di To Tei Wan stop

Tai Tam Bay
Baru lima belas menit jalan, udah disuguhin pemandangan asoy begini

Coba ngga mendung yah, pasti bakal jelas banget horizon nya keliatan.
Ini belum sampe Dragon's Back yah, baru seperdelapan perjalanan dari total 8,5 km.

Berenti dulu Broh!
Beberapa kali kami dilewati banyak anak-anak seusia sepuluh sampai dua belas tahun. Mereka bule-bule kecil yang sepertinya trekking itu kayak main-main aja. Sambil kejar-kejaran mereka ngga mau kalah sama yang udah duluan jalan. "Morning.. morning." Begitu tiap kami dilewati. Saya dan Brew tentu saja tidak terburu dan santai menikmati hiking, karena sebelum sampai di puncak Shek-O perjalanan kami disuguhi pemandangan asoy di kiri pesisir Tai Tam Bay dan kanan pesisir Big Wave Bay.

Setelah satu setengah jam trekking, akhirnya kami sampai di puncak Shek O. Angin makin kencang, untuk foto aja tripod kami sampai goyang dan mau ngga mau minta tolong sama bule yang lewat. Oiya, jarang sekali ada turis cina yang Hiking ke Dragon's Back. Kalau pun ada kebanyakan sudah sesepuh, sepertinya mereka warga asli yang sudah berumur, berjalan pelan dan sambil menyetel musik klasik mandarin menggunakan loudspeaker handphone. Sungguh pemandangan yang sangat berbeda sekali dengan hiruk pikuk pusat turis di kota HongKong.



Puncak Shek-O, masih sekitar setengah jam sampai ke Dragon's Back

Setelah Dragon's Back, pemandangan hanya berupa bukit-bukit sampai ke Big Wave Bay

Dari Dragon's Back, di sini lah kesabaran dan kenekatan kami diuji. Dragon's Back adalah sepertiga dari total trail 8,5km. Apakah kami harus kembali ke To Tei Wan, atau lanjut 2/3 perjalanan lagi ke Big Wave Bay? Karena dari Dragon's Back, tidak ada pemandangan sama sekali, yang ada hanya bukit-bukit serta semak-semak, di mana kami mulai masuk ke hutan-hutan. Perjalanan total sampai ke Big Wave Bay yang kami tempuh adalah tiga setengah jam, kalau sesuai dengan data trail diatas kelebihan setengah jam adalah untuk foto-foto dan santai-santai. Setelah sampai di titik akhir trail Dragon's Back, kami sampai di kampung Tai Long Wan. Dari sana, tinggal ikuti jalan menuju pantai Big Wave Bay.

Jalan memotong menuju Pantai Big Wave Bay

Setelah 3,5 jam trekking sampai di sini juga akhirnya!

Pantai Big Wave Bay sudah ramai pengunjung, di dominasi oleh anak-anak SMP dan beberapa turis asing yang melakukan olah raga selancar air. Pantai ini lebih ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang menyukai surfing.

Salah satu safety guard tower di sebelah kanan pantai

Bermain dodge ball

Pantai Big Wave Bay, dan di belakangnya bukit Dragon's Back

Udara dingin, tapi kurang lengkap rasanya kalo ngga makan eskrim di pantai

Leyeh-leyeh di pantai ngelemesin dengkul, setelah menempuh hiking tiga setengah jam. Sembari menikmati desir angin dan deru ombak. Tjieeh.. Hampir setahun kita bro!

Sekarang tanggal 20 November di Big Wave Bay,
3 days to go!

Kalau ditanya, ke Malaysia enaknya kemana ya? Saya pasti jawab Melaka! 


Bukan berarti saya udah kemana-mana di negara tetangga kita itu, jujur aja baru dua kota yang sudah saya singgahi, hehehe.. Melaka dan Penang. Jadi saya jawab berdasarkan pengalaman pribadi tanpa pembanding yang berarti. Yes! Kota pertama yang saya kunjungi di negara tetangga kita ini adalah kota tua bersejarah yang cantik bekas jajahan Portugis, bukan Inggris ya guys. Menjelajahi Melaka ini sebenarnya ide spontan habis dapet bisikan maut dari Si gadis timur. Tiket promo pulang pergi Jakarta-Singapura, membawa saya dan  ke empat teman perjalanan saya sampai ke Melaka. Habis mau gimana lagi, di Singapura lagi ada Singapore Grand Prix yang mana beberapa jalan ditutup karena jadi lintasan balap. Jadilah di hari ketiga kami di Singapura kami putuskan untuk menjelajah Melaka selama dua hari semalam.

Lima tenda terpasang, dengan tenda cinta saya ada ditengah-tenagh
Anyway, kanan kiri ada warung sama musholla. Hahaha.. 
Setelah ngga puas snorkeling di Pulau Dolphin bulan April lalu (tulisan menyusul), si pacar kekeuh ngajakin lagi melaut. Doi lagi ketagihan banget nyemplung-nyemplung setelah berani lepas pelampung dan mulai keasikan pake fins. Pas banget, di grup What's App yang sepi itu tiba-tiba ada yang ngepost ngajakin trip ke Pulau Pahawang, Lampung. Beberapa kali ada yang menanggapi dengan pertanyaan, "Kapan? kapan? kapan?" Namun tidak mendapat balasan. Akhirnya saya pun berinisiatif untuk langsung japri TS nya, si Bang Matz ini yang emang trek jalan-jalannya keliling Indonesia udah ngga keitung lagi. "Bang jangan PHP dong, minat nih nanti gue bantuin cari massa." Begitu lah sampai setengah memaksa akhirnya diputuskan tanggal 23 Oktober kemarin kami berangkat, H-9 plan kami tercetus dan dalam jangka seminggu kami harus dapet 14 orang biar budgetnya minim.



Aloha!

Udah hampir setahun usia pacaran kita #eh usia nikah ding. Tapi belum pernah sekalipun saya posting tentangnya. Yaiyalah, nikah itu kan urusan pribadi, apalagi kawin. Hahaha. Mungkin beda lagi kayak Rafi - Gigi yang suka banget bikin kehebohan sampe honeymoon nya aja diikutin media. Saya cuma mau share sedikit tentang tetek bengek kawinan kita yang ngurusin nya aja bikin kita jadi nggak liburan selama tiga bulan, dan setelah selesai acara bukannya langsung jalan-jalan, yang ada saya manggil tukang urut karena kecapean!

Sambil dengerin lagunya Jown Powell - Kiss and Cake, yang jadi soundtracknya P.S. I Love You, menulis tentang persiapan pernikahan ini serasa baru kemarin aja nikah, padahal udah hampir setahun. Bahagia banget rasanya, bukan seperti habis menemukan harta karun, tapi seperti sedang terbang ke langit berpegangan tangan dan melihat dunia! Semua tulisan udah saya rangkum dan tinggal pilih mau baca bagian mana. Happy reading!


Contents:
Dari semua tetek bengek kawinan diatas, intinya kita bikin acara nikahan yang di rundown nya ngga banyak foto-foto bareng ngga jelas. Bukan acara yang kita hanya salaman tanpa tahu siapa yang salaman ama kita (meskipun beberapa ada dari kalangan tamu orang tua). Kita maunya berbaur sama temen-temen dan sodara. Suasana kebun yang adem, di tambah es milo siang-siang, pemandangan yang bikin mata sejuk, serta tawa dan riang dari teman-teman yang datang membuat kita tak bisa melupakan momen paling bahagia ini.

Special guests!


All wedding photos courtesy of Yusway Photography.
If you need further info of vendors, then put comments below also your email. 

Wedding Organizer

Sebenarnya dari awal nyusun rencana kawinan, saya ngga nyewa Wedding Organizer atau singkatnya WO. Dikarenakan tentu aja budget, denger-denger sih sewa WO itu biayanya bisa sampe 25% dari total budget nikahan. Makanya saya pun akhirnya ngurusin semuanya sendirian dibantu oleh adik sepupu saya Yuli yang masih kuliah di Bandung.

Seragam resepsi team WO, pas akad mereka pake seragam formal hitam.
Dari kiri ke kanan: Gendon, Bram, Sigit, Yuli, The Groom, The Bride, MC Mbak Lala, Sobo, Hanif, dan Fajar

Mulai dari cari lokasi, pesan dan design undangan, souvenir, bridal dan make up, entertainment, dekorasi dan katering, semuanya saya yang cari, survei, bikin detail sampai tahap pembayaran dan memastikan semuanya oke. Orang tua saya ngga saya libatkan, paling ayah ngurusin penghulu sama buku nikah, dan mama hanya ngurusin pengajian seminggu sebelum acara. Kan ngga mau ngerepotin, biar mereka tinggal duduk manis aja di pelaminan. Paling untuk beberapa hal saya konsultasi dengan mama biar mantep bikin keputusan untuk memilih vendor.

Setelah belibet ngurusin wedding sampe saya kena cacar (ini sembuhnya lumayan lama, sampai dua minggu libur ngga masuk kerja), adik saya Yuli yang pernah punya pengalaman jadi team wedding organizer beberapa kali di Bandung ini, mendapat paksaan dari teman-teman setim nya ini agar mereka ikut andil sama kawinan saya. Awalnya saya ragu, karena budget untuk wedding organizer ngga ada. Mereka pun menawarkan diri setengah memaksa, "Ngga dibayar juga ngga apa-apa mbak, kami seneng kok bisa bantu mbak Yuli." Begitulah rayuan maut mereka, sampai saya mengiyakan. Dua kali pertemuan, saya yang mengurus transport dan penginapan mereka.

Gladi bersih di hari sebelum acara.
Gambar kiri: Diskusi dengan Fajar dan Gendon
Gambar kanan atas dan bawah: Team WO menjelaskan rundown acara ke keluarga besar
Mereka menamakan teamnya Syailendra Wedding Organizer (SWO). Mereka ternyata asik-asik. Muda-muda juga, sekitar 4 tahun lebih muda dari saya. Mereka benar-benar membantu saya dalam mengatur rencana pernikahan ini. Kami (saya dan SWO) mendatangi vendor yang sudah saya sepakati sebelumnya satu per satu. Mereka ingin memastikan setiap vendor yang sudah sepakat bekerja sama untuk kawinan saya. Mereka juga membantu menyelesaikan masalah-masalah kecil yang timbul saat menyiapkan kawinan ini. Selain merapihkan perencanaan yang sudah saya susun, mereka juga memberikan ide-ide yang sama sekali ngga terlintas di pikiran saya. Seperti lepas balon dan dekoratif tambahan yang menggambarkan kita banget.

Hasilnya kita puas banget sama kinerja mereka. Dan kayaknya mereka ngga tidur deh pas malem sebelum acara. Mereka benar-benar all out mengerahkan tenaga agar acara pernikahan kita lancar ngga ada hambatan. Setelah acara selesai, mereka pun mengajak saya dan Brew untuk evaluasi, dan mereka menjelaskan adanya beberapa kekurangan-kekurangan yang terjadi saat acara. Saya hanya tersenyum, dan mengungkapkan bagaimana puas nya kita dengan bantuan mereka. "Teman-teman pengen hadiah trip dua hari satu malam di Pulau Seribu, atau cash aja nih?" Dan mereka pun hanya tersenyum malu. Malamnya, Yuli mengirim pesan ke saya, "Mereka pengennya cash aja mbak." Hahahaha.. Alhamdulillah masih ada budget, malam itu juga saya transfer langsung ke rekening Yuli.

Foto kiri ke kanan: Galuh, Lele, Hana, Nisa dan Gusma
Harusnya ada tujuh orang, karena yang satu lagi keliling Indonesia timur ngga pulang-pulang
dan satu lagi tiba-tiba sakit baru pulang jalan-jalan. Huft!

Selain SWO, teman-teman terdekat ada juga yang membantu saya di hari-hari sebelum acara. Bahasa gaulnya sih mereka disebut Bridemaids. Bantu bikin DIY buat dekor, bikin baju nikahan, nemenin nyari bahan, ngasih ide buat undangan, ngurusin souvenir, bantu nyebarin undangan, dan kerennya lagi ada yang bantu nyumbang lagu! Hahaha.. Mereka dateng sebelum akad nikah, Nisa juga sampe nginep karena rumahnya jauh banget. Mereka ngiringin aku ke tempat akad setelah ijab qabul.

Menjalankan sebuah acara yang once in a lifetime ini, harus dipersiapkan dengan matang. Dan itu membutuhkan berbagai pihak untuk mewujudkannya. SWO yang paling banyak kerja pas acara juga menjadi jembatan antara kita, keluarga, semua vendor, dan panitia dari tetangga, dan temen-temen. Dan acara ngga akan sukses kalo kita ngga kompak, maka adanya mediasi dan koordinasi yang diadakan sebelum hari H itu penting. Kalau mau bikin kawinan yang ngga ribet kayak gitu, emang paling enak bikin acara yang undangannya dibawah seratus orang. Cuma keluarga dan temen aja, bikin di rumah atau sewa villa kecil yang unyu pasti asik banget. Hanya saja.. hanya saja, kami ingin membahagiakan orang tua. Because in seeking happiness for others, you find it for yourself.

If you need further info of vendors, then put comments below also your email. 

Photo and Video Documentation

Sesi foto setelah akad

Untuk foto kita percaya kan sama Yusway Photography, dimana founder nya adalah temen setim saya sekarang freelance. Dulu sih waktu kita minta tolong sama dia, saya dan Indra baru ketemu sekali karena jual beli lensa. Kami COD an di Pasfest, dia minat sama lensa tamron 17-50mm f2.8 yang jual dan akhirnya dipake juga pas wedding kita. Lucu nya sih, sekarang kita join-an buat Prewedding dan Wedding Photo yang jadi usaha sampingan saya selain jadi programmer lepas dan istri yang memanjakan suami di rumah. Hahaha. Ngobrol sama dia udah kayak teman lama, meskipun baru sekali ketemu, waktu saya minta tolong buat jadi fotografer di kawinan saya dia langsung nerima dan nyanggupin banyaknya permintaan saya yang aneh, contohnya buat motoin boots.

Back to topic, saya memberikan keleluasaan Indra untuk mengeksplore acara kawinan saya, karena menurutnya pernikahan kita ini terbilang unik dan dia belum pernah dapet job seperti yang saya kasih ke dia. Banyak minta dan seru kata nya. Padahal saya hanya minta dokumentasi mulai dari sebelum acara sampai acara beres. Ngga perlu editing, cetak foto dan album, yang penting ada dokumentasi aja. Dengan tema seperti ini, kalau pake photographer profesional yang kayak ada di Boho Weddings, budgetnya pasti ga jauh beda sama budget Catering.

Enaknya sama Indra itu dia bisa diajak kooperatif. Menyesuaikan sama apa yang kita pengen. Saya ngga perlu foto studio, saya juga ngga banyak-banyak foto di pelaminan kecuali sama keluarga dan beberapa teman. Saya hanya mau dia ngikutin saya pas berbaur sama tamu, dan juga sekalian foto setelah akad biar kayak prewedding.

Thanks a lot ndra!

Yang jadi perhatian dari dokumentasi kawinan kita adalah kurangnya fotografer. Hasil foto Indra buat kita memuaskan banget, hanya aja ada beberapa detail kecil yang miss. Biasanya detail kecil ini dijepret sama asisten fotografer misalnya para penerima tamu, souvenir, foto-foto candid tamu dan keluarga, makanan yang dihidangkan dan sebagainya. Sayangnya sebelum hari H, Indra ngga bisa dapetin asisten fotografer, ia hanya bawa asisten buat megangin reflector dan setting alat. Teman-teman saya banyak juga yang bisa motret, tapi ngga ada yang mau dimintain tolong karena mereka maunya jadi tamu! Hehe.. Dari pengalaman sebagai fotografer kawinan, kalau sendirian bisa berabe deh pegel dan ngga ada back up. Hasil jepretan Indra memuaskan, lihat aja semua foto di bawah hasil jepretannya. Mungkin akan lebih kece lagi kalau pake kamera fullframe dan lensa bukaan lebar. Sekarang baru kepikiran, kenapa dulu ngga sewa aja ya. Hahaha.

Untuk video, saya ngga perlu repot-repot cari videographer, karena dari team WO sendiri udah ngasih bonus video documentary yang direkam pake lensa fix 50mm. Video dikirim setelah sebulan nikah kayaknya. Dokumenter nya unik dan ngga berlebihan, fokus ke bagian penting dan tiap nonton jadi senyum-senyum sendiri.

Berikut hasil jepret-jepretan nya Indra, yang lainnya bisa dilihat di setiap postingan Wedding Preparation kita yang hampir semuanya hasil jepretan Indra.







All wedding photos courtesy of Yusway Photography.
If you need further info of vendors, then put comments below also your email.